Rabu, 22 April 2009

Apakah Al-Qur'an adalah karangan Pendeta?


Adanya tuduhan bahwa Al-Qur’an dan Ajaran Islam adalah hasil karya pendeta Bahira. Ia kemudian memberikan pada Muhammad saw ketika berada di Syam. Muhammad bersama pamannya pernah sekali berkunjung ke Syam. Di Bushra pernah mengenal pendeta warga Natsuri di sebuah biara Kristen yang mengajarkan ilmu tentang Taurat.
Tuduhan tersebut terbantahkan dengan pendeta yang mereka sebut-sebut tidaksama. Tergantung pada tuduhan dan sumber berita bohong yang mereka olah.
Ketika sumbernya adalah Kristen, pendeta yang dimaksud adalah Sergius atau Bahira. Atau bahkan Waroqoh bin Naufal. Namun ketika bersumber dari Yahudi, maka Al Qur’an buatan pendeta Yahudi yang tidak dikenal. Kita tidak tahu persis bagaimana hal itu bisa terjadi. Konon Bedrody Alfonso, pria yang disinyalir keturunan bani Israel adalah guru Muhammad saw.
Ada beberapa alasan yang membantah tuduhan tersebut antara lain:


  1. Versi yang tumpang tindih memnunjukkan bahwa tuduhan ini tidak memiliki keuatan. Terkadang Bahira, kemudian Waraqah, atau Badrody Alfonso, Bukankah kenyataan ini sudah cukup untuk membantah kebohongan tersebut?

  2. Sewaktu berada di Syam bersama pamannya, Muhammad kala itu masih berusia sembilan tahun. Sungguh tidak masuk akal, bila seorang bocah yang tidak pernah sekolah dapat mengerti apa yang didiktekan Bahira. ?
    Ketika berusia dua puluh lima tahun, Muhammad bersama Maisarah, orang kepercayaan Khadijah, kembali mengunjungi Syam dalam sebuah perjalanan niaga. Maisarah hanya menutukan penampakan pemeliharaan Allah pada Muhammad. Pada kesempatan ini, Muhammad tidak perna bertemu seorang pendeta pun. Lalu mengapa kita menafikan mukjizat-mukjizat Allah kepada nabinya dalam perjalanan niag ini? Mengapa timbul prediksi bahwa menerima agama baru pada perjalanan ini.
    Ketika Muhammad berusia sembilan tahun sungguh tidak masuk akal ia mampu memahami Al-Qur’an. Terlebih lagi ia tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Kemungkinannya Muhammad saw baru memahami Al-Qur’an pada ketika ia telah berusia dua puluh lima tahun. Namum asumsi ini termentahkan oleh bantahan rsional bahwa ketika berusia sembilan tahun dirinya tidak mengenal baca tulis. Ketidakmampuannya baca tulis Muhammad, pun tidak beda ketika ia berusia dua puluh lima tahun.
    Kemudian bagaimana Muhammad mengatur bisnis dengan Khadijah binti Khuwailid, sementara Khadijah belum resmi jadi istrinya? Mungkinkah dirinya dengan kantong pribagi pergi ke Syam secara sembunyi-sembunyi dalam rangka menemui Bahira untuk menerima Al-Qur’an?
    Apa hubungan Muhammad saw dengan Buhira? Mengapa Bahira memilih Muhammad saw untuk mengemban misi ini? Mengapa bukan anak, keluarga dekat atau bahkan mungkin dirinya sendiri?
    Mengapa Bahira dengan cuma-cuma memberikan polularitas transendental, titel manusia terbaik dan penyelamat umat kepada seoran Arab yang yatim ini? Bukankah dirinya lebih memiliki kelayakan dibanding yatim Abu Talib?

  3. Dalam perjalanan pertamannya, Muhammad tidak memiliki banyak waktu dengan Bahira. Sebab kerumunan disekitarnya. Ditambah lagi ketika itu Romawi menguasai Syam dan warga asing yang berada di Syam terancam dibunuh. Sementara waktu dan keamanan merupakan faktor yang mesti diperthatikan. Apakah seorang bocah yang tidak sekolah memapu memahami global dan rindi sebuah Al-Qur’an hanya dua atau tiga hari?
    Seandainya Muhammad menerima sesuatu dari Bahira, sudah dapat dipastikan ketika dirinya mengklaim kenabian, kaum Quraisy akan mengatakan Bahiralah yang mengajarkan agama baru padanya. Tentunya hal ini adalah kartu mati yang dikiliki Quraisy. Karena Muhammad tidak akan dapat berkelit dengan yang dia dapat dari Bahira. Sebab mereka juga menyaksikan pertemuan Muhammad dengan Bahira. Hal ini tidak pernah diekpos Quraisy dalam perang opini melawan Muhammad dan al Qur’an. Namun argumen itu kini mengemuka dalam upaya menggugat Nabi dan al Qur’an.

  4. Telah terbukti secara rasional objektif bahwa al Qur’an bukan produk manusia. Bahira begitu pula Waraqah bin Naufal dan Badrody Alfonso, semua adalah manusia. Meski Muhammad mengajar mereka ribuan tahun mereka tidakakan pernah mampu menjiplak al Qur’an dan menemukan format hukum yang menakjubkan.

  5. Baik Bahira maupun Waraqah tidak hidup sezaman dengan rentetan waktu kejadian yang disebut dalam al Qur’an.
    Dimana Bahira dan Waraqah ketika Rasulullah menanyakan suatu permasalahan? Ketika al Qur’an langsung memberikan jawaban dan penegasan. Bukti ini sangat membantah dugaan al Qur’an berasal dari mereka. Tentu kejadian-kejadian yang terjadi sesudah mereka disebut Nabi dengan gaya bahasa yang berbeda. Kemudian meniscayakan dualisme gaya bahasa dalam al Qur’an. Hal ini jelas tidak dapat dibenarkan. Sepintar apapun Bahira maupun yang lain, ia tidak akan pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi sepeninggal dirinya sepuluh tahun mendatang.

  6. Dalam al Qur’an banyak sekali ayat yang bertentangan dengan akidah Kristen dan Yahudi. Bagaimana mungkin Bahira atau Waraqah yang Kristen dan Pendeta Yahudi membeberkannya?

  7. Adakah Bahirah yang pendusta atau Waraqah tukang bohong? Pembenaran apa yang dapat membenarkan ketika agamawan yang kerap iktikaf di biaranya, yang akal dan ruh aktif beribadah, melakukan praktek kebohongan? Bohong di kalangan masyarakat awan adalah aib yang mencederai kredibilitas seseorang. Bagaimana ketika yang melakukan bohong itu dilakukan oleh seorang tokoh agama terkemuka? Mungkinkah seseorang dari mereka mengatakan keberasalan al Qur’an dari Allah yang diturun kepada Muhammad bi Abdullah saw, padahal sebenarnya al Qur’an berasal dari mereka sendiri?

  8. Al Qur’an yang mereka sebut sebagai hasil karya Bahira ataupun manusia lain adalah al Qur’an yang telah mereka preteli. Hingga interpretasi-interpretasi versi Eropa sangat tidak mewakili unsur estetis dan perundangan al Qur’an. Kehilangan kejujuran sejarah dan ilmiyah dalam menukil, sebab kepentingan yang melatarbelakangi otak-otak interpreter.
Pengada-adaan yang tidak masuk akal: Mengatakan kebohongan bahwa al Qur’an berasal dari pendeta sangat tidak dapat diterima.

Sabtu, 11 April 2009

Al-Qur’an buatan Nabi Muhammad ?


Dalam ”The readers Companion To World Literature” halaman 298 diseburkan bahwa Muhammad adalah pemimpin religius dan penulis Al-Qur’an. Begitu pula Julius welhausen dalam buku “Tarikh ad Daulah al ‘Arabiyah” mengatakan demikian dan demikian pula Dr. Bruce Guru besar Bible Universitas Bill dan Dirmingham, dan demikian pula Labon dalam buku sejarah Arab juga berpendapat yang sama. Tulisan ini berasal dari tulisan DR. Syauqi Abu Khalil dalam buku ‘Islam menjawab Tuduhan’ dengan ringkasan dan sedikit perubahan.

Al Qur’an tidak mungkin karya Nabi Muhammad disebabkan oleh beberapa hal:

  • Pertama: Gaya bahasa Al Qur’an berbeda dengan gaya bahasa Nabi Muhammad. Jika dibandingkan antara hadis-hadis nabi yang tersebar diberbagai buku dan Al Quran maka akan terasa jelas bedanya. Gaya dialog, orasi, makna populer dalam kalangan Arab. Berbeda dengan
    gaya bahasa Al Qur’an yang tidak memiliki kemiripan dengan gaya bahasa Arab kebanyakan.

  • Kedua: Mereka yang membaca hadis akan merasakan eksistensi sosok manusia, ego yang takut dan lemah di hadapan Allah. Berbeda dengan Al Qur’an yang memamerkan kepada pembaca melalui ayat-ayatnya, ego yang maha perkasa, maha adil, maha bijak, maha pencipta, maha kasih, dan Kasih Nya tidak membuatnya lemah.Seandainya Al Qur’an karya Muhammad tentunya ada kesamaan antara gaya bahasa Al qur’an dengan gaya bahasa Nabi Muhammad. Adalah aksioma ahli bahasa bahwa tidak mungkin seseorang mempunyai dua gaya bahasa dengan perbedaan prinsip dalam penuturannya.

  • Ketiga: Nabi Muhammad adalah seorang yang buta akasara bahwa tidak mungkin seorang yang buta aksara dapat mampu menciptakan buku hukum yang paripurna, yang diakui oleh kalangan Timur dan Barat, Muslim dan Non Muslim, hingga menjadi rujukan hukum eropa.

  • Keempat: Visi al Qur’an tentang kosmos, kehidupan, pola pikir, interaksi, perang, pernikahan, ibadah ritual, ekonomi dan visi lainnya yang kompleks, komprehensif dan solid, tidak mungkin sebagai karya manusia seperti Nabi Muhammad. Aturan hokum yang dibuat tidak mungkin dibuat oleh beberapa orang (Tim) walau kepintarannya bertaraf Internasional, dan dengan spesialisasi yang mendalam, dan dengan rentang waktu beberapa tahun saja. Apakah nabi Muhammad yang buta akasara dapat membuat hukum tentang kosmos, dan segala aspek kehidupan, secara konprehensif.

  • Kelima: Kalau benar nabi Muhammad membuat karya tulis berupa al Qur’an mengapa karyanya ia nisbatkan pada orang lain. (Ia tidak mengakui karya besarnya). Al Qur’an jelas merupakan kreasi tanpa tanding, yang menyebabkan hasil karyanya (nabi Muhammad) yaitu (al Qur’an) menobatkan ia menjadi manusia luar biasa. Apa sebenarnya yang mendasari keengganan nabi Muhammad mengakui al Qur’an sebagai karyanya?

  • Keenam: Al Qur’an karya ilmiah yang memberitakan tentang sejarah yang sama sekali berbeda dengan yang diberitakan kitab-kitab sebelumnya. Karya Ilmiah tentang fisika, luar angkasa, kosmos, dan sekarang dapat tebukti dengan laboratorium dan satelit. Juga Al Qur’an memberitakan kejadian yang terjadi sesudahnya, yang kemudian benar-benar terjadi.

  • Ketujuh: Al Qur’an banyak ayat yang mengkritik nabi Muhammad. Kalau memang al Qur’an karya nabi Muhammad, mengapa nabi mengkritik perbuatan salahnya sendiri. Mengapa perbuatan salah yang sengaja ia buat kemudian ia kritik sendiri.

  • Kedelapan: Banyak permasalahan-permasalahan mendesak yang terjadi ketika zaman al Qur’an di turunkan, tetapi nabi Muhammad tidak segera mendapat jawabannya dan harus menunggu turunnya wahyu sampai berhari-hari untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dialami.
Jika Al Qur’an adalah hasil karya nabi Muhammad, bagaimana menjawab delapan permasalahan diatas? Bukankah akal manusia yang rasional dan logis menolak bahwa al Qur’an sebagai karya nabi Muhammad?

Kesepakatan Gencatan Senjata Gagal

#BreakingNews I Sumber pejabat israel mengusulkan gencatan senjata selama 6 pekan di Gaza, kompensasinya dibebaskannya 40 sandera Israel. Ne...