Sabtu, 19 Maret 2011

Berkah (2)

Berkah rizki dapat diukur dari seberapa besar pengaruhnya terhadap kebahagiaan si penerima rizki tersebut. Seorang Pengusaha yang cukup berada, selalu mengeluhkan tentang harta kekayaannya. Perusahaan rental alat berat dan trailernya yang selalu saja mengalami kerusakan, kecelakaan dan sebagainya. Ia punya sepuluh Bulldoser dan setiap mengalami kerusakan tidak sedikit memakan biaya perbaikan. Maklumlah harga satu unit alat berat tersebut bisa milyaran rupiah, tentu saja biaya perbaikannya juga sangat besar karena mahalnya harga Onderdil dan Spare Park alat berat tersebut. Jika satu alat berat rusak maka berkuranglah penerimaan hasil sewa alat berat berat tersebut, karena alat berat yang rusak tidak dapat dipergunakan dan disewakan, sementara alat berat tersebut membutuhkan dana untuk biaya perbaikan. Disinilah letak permasalahannya. Karena tidak tersedianya biaya untuk perbaikan.

Bagi seorang pengusaha yang bersandar dan berserahkan diri pada Allah. Maka ia menerima apapun keadaannya sebagai keadaan yang biasa-biasa saja, dan tidak menimbulkan stress, ini yang penting. Sehingga ia lebih bisa menyelesaikan masalah lebih tenang dalam mencari dan menyelesaikan masalahnya langsung pada akar permasalahannya.

Penyelesaian permasalahan tersebut barangkali, jika seandainya saya yang mendapat masalah tersebut maka saya akan menjual salah satu Carterpilarnya seandainya memang sangat dibutuhkan dana untuk perbaikan, sehingga cukup dana untuk memperbaiki sepuluh Alat berat selama setahun pemakaian. Dana ini saya namakan Dana A. Dan dana A inilah sebagai dana sementara saya untuk perbaikan alat berat yang rusak selama setahun. Dan setiap hasil sewa alat berat tersebut saya potong 20 persen yang berguna untuk dua hal. Yang pertama, 10 persennya saya tabung untuk biaya perbaikan alat berat, yang saya beri nama dana B. Dan 10 persen lagi saya tabung untuk pengembangan usaha. Dan dana ini saya beri nama dana C. Jika dana B sudah cukup untuk perbaikan sepuluh alat berat, kira-kira sama dengan dan A, maka saya akan alihkan dana perbaikan yang tadinya memakai dana A, saya alihkan menjadi memakai dana B, sedangkan dana A yang tersisa saya cadangkan untuk mebeli kembali Carterpilar yang terlanjur sudah saya jual tersebut, tentu saja dananya kurang. Kekurangan dana itu saya dapatkan dari tabungan dana C. Dana C saya buat untuk tabungan pembelian Carterpilar atau alat berat baru untuk pengembangan usaha. Tentunya berbeda ketika usaha yang dipegang pengusaha yang pertama dengan yang saya tangani, karena saya telah mepunyai dana B sebagai perbaikan peralatan yang rusak dan dana C untuk pengembangan Usaha. Walaupun sama-sama punya sepuluh alat berat, tetapi tidak ada lagi stres.

Rabu, 16 Maret 2011

Berkah

Disuatu pembicaraan dibawah pohon, saya dan para buruh angkat dan tukang las, disuatu jam istirahat siang, saya mendengar seorang tukang las, sebut saja namanya Yoto, kepercayaan bos, bercerita. “Saya mudah mendapatkan uang berjuta-juta, hanya dengan terima borongan las pembuatan konstruksi baja ini” tuturnya. “Tapi saya beda dengan Umar dan Amat, yang uangnya banyak, tapi habis buat main saja, dimeja judi. Uang saya, saya bawa kekampung untuk menyelesaikan pembangunan rumah di kampung yang tengah terbengkalai” jelasnya. “Kalau amat dan Umar uangnya tidak berkah, setiap rezki ditangannya selalu saja habis. Padahal Keluarga dan anak-anaknya banyak, mengharapkan hasil kerjanya.”

Uang panas. Itulah istilah teman saya untuk menjelaskan uang yang mudah diperoleh dengan cara haram, tetapi akan mudah habis, tanpa manfaat, bahkan mungkin mudarat yang malah akan timbul. Uang banyak yang mudah didapat, tetapi akan mudah habis, karena uang tersebut didapat dengan cara yang tidak benar. Uang hasil judi teman saya yang, yang hobi menghitung-hitung dan mengolah-olah angka, untuk dipasang dalam perjudian nomor buntut, mudah ia dapatkan, tetapi habis untuk, beli minuman memabukkan, biaya duduk berjam-jam di kedai kopi, traktir kawan minum miras, makan di warung nasi. Yang semuanya perlu biaya besar, merusak kesehatan, dan jauh dari sifat kemanusiaan. Itu semuanya, disebabkan oleh hilangnya berkah rezki, yang sepatutnya harus dijaga jangan sampai hilang.

Uang hasil curian, hasil judi, dan lain sebagainya, hilang berkahnya, karena didapat dengan cara yang tidak benar, tidak ada hak untuk mendapatkannya. Itulah uang panas. Uang yang dengan mudah mendapatkannya karena bukan haknya. Uang seperti ini kalau dipergunakan cendrung untuk foya-foya, ada setannya barangkali, sehingga kalaupun dibelikan ke kendaraanpun, kendaraannya akan mudah mendapat kecelakaan, tabrakan misalnya, masuk ke jurang, tabrak pohon dan sebagainya.

Uang yang berkah, jika belikan ke kendaraan, kendaraannya akan selalu dirawat dengan penuh kasih sayang, dan awet. Karena ada proses mendapatkannya yang penuh perjuangan. Dan hasil dari perjuangan tersebut, benar-benar menjadi haknya karena adanya pengorbanan untuk mendapatkannya.

Berkahnya akan bertambah jika hasil yang didapat dengan penuh perjuangan dan pengorbanan tersebut, diberikan sebagian pada orang lain sebagai perasaan ingin membantu orang lain, dalam bentuk sedekah, infak, wakaf, sumbangan, atau apapunlah namanya. Karena perjuangannya dan pengorbanannya tersebut, bukan saja bermanfaat bagi dirinya, juga bagi orang lain, juga menerima berkah rezki tersebut.

Tetapi berkah tidak saja ada pada rezki atau kekayaan, juga ada berkah umur, berkah ilmu, berkah kesempatan, berkah kesehatan, dan lain sebagainya. Supaya berkah itu ada dan bertambah, sering-seringlah bersedekah. Sedekah umur, selagi masih ada umur dan usia, manfaatkan demi kebajikan dan amal ibadah yang berguna bagi orang lain. Sedekah ilmu, ajarkan kebaikan pada orang lain, jangan pelit ilmu. Sedekah kesempatan, bantulah orang lain yang tidak mempunyai kesempatan. Bantulah orang yang sakit untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, menjenguknya, memberi semangat padanya agar senantiasa bersabar terhadap penyakit, dan selalu bersemangat hidup, dan lain sebagainya.

Jumat, 04 Maret 2011

Bahasa Manusia Sebagai Bahasa Qur'an

Dalam al Qur'an banyak kita jumpai bahasa dan bahasan logika yang disampaikan sesuai dengan pola pikir dan pemikiran manusia. Banyak konsep-konsep yang bagi orang yang mempelajari Islam sekarang ini dianggap aneh dan tidak masuk akal. Seperti ayat quran yang seolah-olah menyatakan tentang langit sebagai bahan yang material yang keras. Padahal menurut penelitian sekarang tidak ada wujud material keras atau benda padat disitu. Banyak ayat-ayat al Qur'an yang menyatakan seolah-olah bertolak belakang dengan pemikiran dan logika sementara manusia. Banyak ayat yang mengatakan bahwa langit sebagai atap. Kalau atap berarti suatu pelindung di bagian atas yang berfungsi untuk melindungi dari panasnya sinar matahari dan melindungi dari kebasahan oleh air hujan jika terjadi hujan. Termasuk juga melindungi dari angin, salju jika ada musim salju, hujan es dan sebagainya.
Seperti ayat qur’an yang tercantum dalam ayat 22 dari surat Al Baqoroh berikut ini:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah30, padahal kamu mengetahui.(QS Al Baqarah ayat 22)


Jika dianggap sebagai atap, maka seperti atap rumah, adalah suatu material yang keras, yang dapat melindungi. Tetapi menurut ilmu pengetahuan sekarang tidak ditemukan material yang keras di atas sana, melainkan tembus kesuatu ruang angkasa luas, yang tak terhingga luasnya. Allah swt tidak menyebutkan bahwa langit itu adalah material yang keras, atau padat, sehingga tidak dapat pula disalahkan. Jika dipahami secara harfiah, kata atap berarti menurut pemahaman arab jahiliyah dahulu tentunya benda padat yang digunakan dapat melindungi dari panas matahari dan hujan. Melindungi dari salju dan badai. Seperti atap-atap bangunan istana raja-raja pada zaman nabi muhammad saw dilahirkan, Raja Persia Aiywan Kisra (227M), yang atap istananya yang terbuat dari batu-bata dan tanah liat itu retak dan menara-menara istananya rubuh karena gempa yang dasyat menimpa Persia tepat ketika nabi Muhammad saw dilahirkan.

Allah SWT tidak secara langsung mengatakan bahwa langit merupakan material keras, tetapi secara tersembunyi atau tersirat, ada mengatakan demikian. Tetapi hal tersebut, hanya dapat ditemui sebagai kesalahan atas logika yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan sekarang, jika ia ditafsirkan sebagai atap yang berwujud material keras! Jika seandainya ada atap yang tidak berwujud material, tetapi fungsinya seperti atap, yaitu melindungi dari gangguan dan bahaya yang datang dari luar atau atas, maka, Allah SWT tidak salah!

Allah SWT secara tersirat juga menegaskan bahwa langit yang dimaksud sebagai atap, tetapi tidak ada wujud material diatas sana! Dengan mengatakan bahwa atap tersebut tidak berpengaruh daya tarik bumi, beratnya nol gram, sehingga tidak diperlukan tiang penyangga dibawahnya untuk menahan supaya tidak rubuh!

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. QS Luqman ayat 10


Juga Allah menegaskan bahwa langit tersebut bukanlah berwujud material yang padat! Jika demikian, maka material yang padat akan timbul retak-retak karena kekuatan ikatan sejenis antara benda-benda padat tersebut tidak sama sehingga akan timbul retak-retak. Tetapi langit tidak retak-retak! Berarti langit bukan benda padat.

أَفَلَمْ يَنظُرُوا إِلَى السَّمَاء فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٍ

Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?(QS Qof ayat 6)


الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?(QS Mulk ayat 3)


Mengapa Allah swt melakukan silat lidah seperti itu? Mengapa Ia tidak mengatakan saja terus terang bahwa langit adalah suatu ciptaanya yang berfungsi sebagai pelindung, dan tidak berwujud material padat? Melainkan hal yang lain dari pada itu!? Seperti Gas, Medan Magnet, dan sebagainya!

Beginilah gaya Allah swt menyampaikan wahyunya, agar wahyunya tidak ditolak oleh orang dahulu, jahiliyah yang mengecap masa modren, yang belum melihat dan mengetahui bagaimana langit sebenarnya! Orang jahiliyah juga hanya percaya atas apa yang ia lihat! Dan tidak percaya pada apa yang belum pernah ia lihat, dan tidak masuk akal olehnya. Tidak mungkin Allah swt menurunkan ayat Al Qur’an seperti “selidikilah pakai pesawat ulang alik, kamu akan menemukan bukti bahwa langit dapat melindungi bumi dari benda-benda angkasa luar!” Tidak mungkin diterima oleh bangsa Arab Jahiliyah saat al Qur’an diturunkan.

Agar juga orang yang datang sesudahnya, yang sudah mengenal peralatan modren, tidak membantah atau mempertanyakan tentang kebenarannya! Yang tidak masuk akal oleh orang terdahulu, menjadi kenyataan ilmiah sekarang ini! Lihat Ilustrasi pada Video ini!



Mungkinkah yang dimaksudkan oleh Allah swt bahwa langit sebagai atap, itu adalah perisai bumi, yang melindunginya dari meteor dan benda-benda langit lain yang akan membahayakan bumi? Allahu a’lam!

Rabu, 02 Maret 2011

Jadikan Tuhan sebagai Tuhan

Secara Aqidah, tidak ada yang salah pada pengakuan kita pada tuhan. Yang salah adalah mengapa banyak orang tidak menjadikan tuhan sebagai sembahannya? Tuhan dalam artian pencipta langit dan bumi, pengatur sekalian alam, pemberi rizki, yang menentukan hidup dan mati seseorang, telah diakui adalah Allah, baik oleh orang Islam maupun Kristen dan Yahudi. Tetapi bagaimana tuhan sebagai sesembahan? Kita semua ternyata juga sepakat menempatkan Allah sebagai sesembahan, Tuhan yang mempunyai kekuatan supranatural, berkuasa melebihi segalanya, yang menentukan nasib buruk dan nasib baik dan sebagainya.

Tidak ada yang salah pula dalam konsep ketuhanan sebagai sesembahan ini. Tapi mengapa kita tidak mau menyembahnya? atau sering melalaikannya? Bukankah tuhan sebagai sesosok wujud supranatural dan superlative (maha segala-galanya)? bukankah sudah sangat cocok dan tepat diposisikan sebagai sembahan? Mengapa orang masih tidak mengindahkan segala aturan dan perintahnya? Bukankah DIA sebagai tuhan yang telah menciptakan penghidupan atau kehidupan kita?, yang sudah selayaknya mendapatkan imbalan ucapan terima kasih kita padanya atas kehidupan yang telah diberikannya pada kita dengan beribadah padanya? Bukankah sudah patut kita berbuat demikian? Dengan menyembahnya kita berarti telah menghormatinya, berterima kasih padanya, yang juga menjadikan kita sebagai diri yang mulia, karena kita telah berterimakasih padanya, berarti kita menjadi orang yang tahu berterima kasih, tahu artinya balas jasa, tahu akan betapa besarnya nilai dan harganya perngorbanan yang telah diberikan tuhan pada kita demi penghidupan kita yang sebenarnya nilai dan harganya itu tidak akan pernah dapat kita balas karena betapa besar nilai dan harga yang telah Allah berikan kepada kita. Apakah kita tidak malu menggunakan sarana dan fasilitas yang Allah telah berikan pada kita, hanya kita gunakan dan kita pakai secara gratis? Walaupun Allah swt sebenarnya tidak mengharapkan balas jasa itu semua, tetapi sadarkah kita, balasan apa yang seharusnya kita berikan sebagai wujud tanda cinta dan terima kasih kita pada tuhan yang telah memberikan pada kita segala sesuatu di dunia ini?

Kalaulah kita tidak mengerti akan balas jasa itu, apalagi tidak mau mengerti atau tidak mau tahu masalah ini, tentunya samalah kita bagaikan preman yang tukang palak dan tukang peras di jalan dan di pasar, yang kerjannya makan diwarung nasi orang tetapi tidak mau bayar, naik oplet atau bus tidak mau bayar, yang posisinya tentunya akan jadi manusia hina di mata manusia.

Kesepakatan Gencatan Senjata Gagal

#BreakingNews I Sumber pejabat israel mengusulkan gencatan senjata selama 6 pekan di Gaza, kompensasinya dibebaskannya 40 sandera Israel. Ne...