Minggu, 31 Juli 2011

Ketika Nikmat Menjadi Bencana

Nikmat adalah suatu anugrah tuhan yang tiada terkira. Bagaimana hidup dunia jika tidak diberikan kenikmatan oleh tuhan. Tentulah kehidupan dunia tidak lagi nyaman, melainkan penuh penderitaan dan kepedihan.

Tetapi Allah menciptakan kenikmatan di dunia, tetapi juga di ciptakannya penderitaan, sebagai penyeimbang dari kenikmatan tersebut. Nikmat akan terasa nikmat apabila telah mengalami penderitaan. Bagaimana jika kehidupan ini hanya nikmat saja tanpa penderitaan? Jangan dikira enak! Kenapa? Karena nikmat, nyaman, menjadi suatu hal yang biasa, dan rutin saja, bukanlah menjadi suatu kenikmatan, malah akan timbul kebosanan. Orang akan lupa bahwa kenimatan itu adalah nikmat. Orang akan sadar atas betapa pentingnya nikmat kesehatan yang telah ia miliki, apabila ia telah merasakan sakit. Ketika sakit, betapa terhalangnya segala macam perbuatan. Orang yang sakit, ia akan berkata "seandainya aku sehat". Tetapi bagi orang yang sehat tidak pernah ia teringat seandainya ia tidak sehat ia tidak dapat berbuat seperti biasa yang ia lakukan. Itulah sebabnya Allah ciptakan di dunia ini seimbang, ada sehat ada sakit, ada kaya ada miskin, ada enak ada derita, ada nikmat ada juga Bencana.
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
(QS: ayat)

Kenikmatan akan berubah menjadi bencana ketika kenikmatan tersebut diperturutkan. Menikmati kenikmatan juga ada seninya. Kenikmatan tersebut ada batasnya. Jangan terlalu diperturutkan. Karenakan akan dapat merusakkan. Rusak bukan saja nikmatnya jadi rusak, tetapi orang penikmatpun menjadi rusak. Nonton Televisi itu nikmat, tetapi menonton TV saja terus-menerus, tidak lagi nikmat. Mata butuh istirahat, badan butuh makan dan Istirahat, begitu juga Otak yang dapat lelah. Menonton Televisi dalam waktu yang lama akan menimbulkan ketegangan-ketegangan syaraf yang seharusnya butuh istirahat.

Begitu pula kenikmatan yang lainnya. Vidio Game, adalah contoh yang lebih parah lagi. Main Game Komputer atau Vidio Game selama 3 hari 3 malam tanpa tidur bisa mati ditempat.

Begitulah Allah ajarkan kepada kita untuk membatasi atas nikmat yang telah diberikan kepada kita jangan terlalau dipakai secara berlebihan. Karena akan dapat menimbulkan bencana, kerusakan. Agama Islam mengajarkan kepada kita, agar tidak memperturutkan hawa nafsu. Di bulan suci Ramadhan kita dilatih untuk hidup seimbang, wajar, dan manusiawi. Itulah Allah katakan bahwa Quran itu adalah petunjuk bagi manusia, agar manusia menjadi manusia, bukan robot.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
(QS: ayat)

Hidup seimbang, ada bekerja yang bermanfaat bagi kehidupan, ada hubungan vertikal dengan tuhan, melalui sholat, ada hubungan horizontal, sosial, ketika bertemu tetangga di masjid sholat berjamaah, Dalam sholatpun manusia rileks, semua ketegangan saraf-sarafnya mengendur, dan peredaran darahnya lancar. Ketika sujud adalah mengalirkan darah ke otak sekaligus memberikan Oksigen yang cukup bagi otak.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(QS: Al Jatsiyah ayat 23)

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
(QS: Thoha ayat 124)

Ketika orang lupa pada tuhan, menikmati kenikmatan secara berlebihan, memperturutkan hawa nafsu, bahkan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Maka manusia tidak lagi manusia. Manusianya sudah mati, yang ada hanya mayat-mayat yang berjalan, bagaikan robot-robot yang hidup tanpa ruh.

Demikianlah Allah sebenarnya mengajarkan seimbang dalam hidup kita, antar hubungan dengan tuhan dan hubungan dengan manusia, antara bekerja mencari rizki dengan menikmati hidup yang menyehatkan. Allah memberi petunjuk bagi manusia agar manusia menjadi manusia, bukan hewan, bukan robot, dan bukan mayat hidup. Allahu a'lam.

Sabtu, 30 Juli 2011

Tujuan Hidup Seorang Muslim (2)


Setiap orang mempunyai tujuan hidup dan Tujuan Hidup yang mana yang seharusnya dipilih seorang Muslim.
Tujuan Hidup seorang Mukmin
Seorang Mukmin Hidupnya disandarkan pada Allah yang maha pencipta dan penguasa kehidupan, selain kita diharuskan juga berusaha, begitu pula tujuan Hidup.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS: Al An 'aam ayat 162 )

Seperti ayat diatas, bukankah menjadi do'a setiap kali sholat, menjadi do'a pembuka sholat? Artinya hal itu memang penting dan itulah yang menjadi tujuan seorang muslim.
Segala Sholat, dan apapun ibadah yang ia lakukan, segala macam yang ada dan atas kehidupannya, Bahkan jiwanya, nyawanya, kematiannya, jika dikehendaki Allah harus mati, dia pun rela melepasnya demi keridhoan Allah semata.

Orang-orang yang tujuan hidupnya selain Allah, kehidupannya sempit sebatas dunia saja. Tidak ada bagian akhirat, bahkan mungkin tidak mempercayai adanya akhirat. Orang-orang seperti ini hanya mencari kesenangan sesaat, untuk kebutuhan dunia saja, bahkan mungkin saat ini saja, tanpa memikirkan masa depan, apalagi jauh kedepan yaitu akhirat. Orang yang hanya memikirkan kepentingan sesaat, pragmatisme, selalu tidak peduli aturan, asal kepentingan dan kebutuhan saat ini tercapai, maka akibat masa yang akan datang tidak menjadi pikirannya.
Orang-orang seperti ini tidak mau menempuh cara-cara yang sulit dan jauh, karena mereka untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja tanpa memikirkan masa depan dia maupun orang-orang yang bersamanya atau terlibat dengannya.
Sesuai sekali sebagaimana yang digambarkan tuhan kepada kita.
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu" Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta (QS: At Taubah ayat 42)


Bagi orang-orang yang tujuan hidupnya untuk mencapai keridhoan Allah, maka dia berada pada tujuan yang benar, tujuan yang haq, tujuan yang dikehendaki Allah swt yang maha pencipta dan penguasa alam raya, tujuan yang selamat dunia dan akhirat.

Orang muslim yang bersandar pada Allah dan tujuannya untuk mencapai keridhoan Allah semata, maka Allah ridho dan memberikan ganjaran berupa pahala bagi setiap kehidupannya, karena telah menjadikan kesegala kehidupannya menjadi ibadah ikhlas hanya pada Allah semata. Inilah tujuan yang dikehendaki Allah, tujuan mengapa manusia dicipatakan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(QS: Adz Dzariyaat : 56)

Diciptakan Jin dan Manusia untuk menjadikan seluruh kehidupannya menjadi ibadah semata-mata untuk mendapat ridhonya, menjadi ibadah, dan mendapat ganjaran pahala atas kehidupannya, karena Allah ridho dan sesuai dengan yang dikehendakinya.

Jika tujuannya untuk mendapat ridho Allah di setiap detik kehidupannya, maka dia berada pada jalan yang benar, berpegang pada pegangan yang kuat, pada tujuan yang tidak tergoyahkan.
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا
barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus (QS: Albaqarah ayat 256)

Meraka berjanji kepada Allah dengan syahadat yang mereka ucapkan, untuk menjadikan hidup dan matinya hanya untuk keridhoan Allah, dan dengan itu mereka rela mati, dan sebagian ada yang gugur di medan juang dan sebagian lagi menunggu-nunggu terhadap tugas perjuangan yang akan dibebankan padanya.
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), (QS: Al Ahzab ayat 23)

Sedangkan orang-orang yang tujuan hidupnya selain ridho Allah mereka hanya untuk kepentingan dunia saja. Mereka berbuat hanya untuk kebanggaan diri sendiri, kebesaran dunia sajalah yang mereka bangga-banggakan, tanpa tahu hakekat kehidupan sebenarnya.
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?(QS: ayat)

Kehebatan fisik, tubuh-tubuhnya membuat kagum, tetapi hanya itulah yang mereka cari, mereka membangga-banggakan kekuatan fisiknya, kekayaan yang mereka miliki, peralatan yang mereka punyai, tetapi hilang dari arti hakikat kehidupan, perjuangan menegakkan keadilan, sehingga mereka digambarkan seperti pohon yang tersandar, berdirinya tidak karena kekuatan akarnya, mereka lemah, dengan sedikit dorongan saja dapat rubuh seketika. Mereka mengira setiap tindak tanduk orang muslim adalah untuk menyerangnya, sehingga sekarang orang-orang seperti ini timbul penyakit yang bernama islamfobia. Allahu a'lam.

Jumat, 29 Juli 2011

Tujuan Hidup Seorang Muslim (1)


Dalam hidup harus mempunyai tujuan hidup. Hidup tanpa tujuan adalah sia-sia atau tidak berdaya guna. Bagi yang mempunyai tujuan, setiap orang yang mempunyai tujuan, tidak sama antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Mempunyai tujuan hidup saja tidak cukup, karena dari sekian banyak tujuan hidup, tentu ada satu tujuan hidup yang baik dan benar. Maka jika mempunyai tujuan hidup, maka tujuan hidup itu harus tujuan yang baik dan benar. Dalam hal ini setiap orang harus memilih, tujuan hidup yang mana yang dianggap baik dan benar. Dalam hal memilih inilah orang harus memilih dengan tepat, harus dipertimbangkan untung ruginya kalau pilihan yang tidak tepat tentunya akan mendapat kerugian. Oleh sebab itu keberhasilan seseorang dalam kehidupan sangat tergantung pada ketepatan dalam memilih ini, terutama sekali adalah memilih tujuan hidup.

Setiap perbuatan pasti ada tujuannya. Hanya saja setiap tujuan itu, bernilai baik dan benar, jika dipandang sebab akibatnya jauh kedepan. Setiap perbuatan sesungguhnya dapat dinilai dari tujuannya. Jika nilai tujuan perbuatan itu tidak baik dan benar maka perbuatan tersebut tidak baik dan benar pula.

Ada tujuan yang dapat dicapai dengan berbagai cara. Dan ada pula tujuan yang hanya dapat dicapai hanya dengan satu cara. Tujuan yang dapat dicapai dengan berbagai cara, ada yang dengan cara baik, ada dengan cara yang lebih baik, atau dengan cara yang terbaik. Kalau dengan cara buruk pun demikian, Cara Buruk, lebih buruk, sampai pada yang paling buruk. Cara mencapai tujuan adalah merupakan proses untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang hanya dapat dilaksanakan dengan satu cara, seperti seseorang yang ingin membuat roti, harus dengan cara membuat roti, tidak bisa dengan cara lain. Sholat contoh lain. Tujuan sholat hanya mendapat ridho Allah semata tidak ada yang lain. Perbuatannya adalah dengan cara yang telah ditentukan oleh Nabi dan RasulNya. Tidak syah sholat jika tidak sesuai dengan cara-cara yang diajarkan Nabi kepada kita.
Rasulullah saw pernah bersabda:
مَنْ عَمِِلََ عََمَلاً لَيْسَ بِهِ أَمْرِنََا فَهُُوَا رَئْدٌ
barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah, jika diluar perintahku maka ianya tertolak(Hadits Mutafaqun alaih)


Mengenai cara ini juga penting, karena merupakan proses tercapainya tujuan baik tujuan utama maupun tujuan antara. Jika prosesnya salah maka tujuan tidak tercapai. Oleh sebab itu bagaimana cara mencapai tujuan itu juga penting. Apakah sudah benar caranya? Kalau benar apakah cara tersebut sudah merupakan cara yang terbaik? Ini perlu dikaji ulang.

Tujuan Hidup Seorang Mukmin
Seorang Mukmin dalam sholatnya setiap pembukaan selalu berdo'a:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Tuhan semesta alam.
Inilah pernyataan yang benar, yang seharusnya dimiliki oleh seorang mukmin, segalanya diserahkan kepada Allah ta'ala, tetapi ini tidak ada paksaan, tetapi bukankah Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah semata?

Sabtu, 09 Juli 2011

Marhaban Ya Ramadhan


Tidak lama lagi kita memasuki bulan suci lagi mensucikan, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, dan bulan yang penuh pengampunan, itulah bulan yang dinanti-nantikan oleh orang mukmin, yaitu bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan selain sebagai bulan suci untuk beribadah, tetapi juga bulan untuk pembelajaran, pelatihan sekaligus pembuktian pada diri kita masing-masing, pada diri setiap umat Islam, dan setiap manusia ciptaanNya. Pembelajaran bahwa ternyata tidak hanya makan dan minum kebutuhan kita, kebutuhan akan makan dan minum dapat ditekan demi untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu untuk mendapatkan ridho Allah swt.

Bukan itu saja dibalik bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah kita dapat melihat betapa efisien penggunaan waktu di bulan ramadhan, walau sekolah dan pekerjaan hanya berjalan setengah hari, atau setengah kegiatan, tetapi ternyata terbukti bahwa hasil yang dicapai ternyata tidak kurang dengan hasil yang dicapai ketika kita bekerja penuh di bulan lain, selain bulan Ramadhan.

Hal ini membuktikan bahwa perintah tuhan berpuasa di bulan Ramadhan, adalah benar-benar wahyu, yang datang dari tuhan, di peruntukkan bagi hambanya yang mukmin agar hambanya yang mukmin dapat mengambil hikmah dan pelajaran di bulan Ramadhan tersebut, selain beribadah dan mensucikan diri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS: Al Baqoroh ayat 183)

Yang diseru oleh ayat yang diatas adalah orang-orang yang beriman.

Hal ini memberikan hikmah dan pelajaran pula bagi manusia, barangkali pekerjaan kita yang sangat menyibukkan di luar bulan Ramadhan, di hari-hari biasa, yang sangat sibuk, ternyata kesibukan kita hanyalah kesibukan yang tidak efisien. Ternyata pada bulan puasa pekerjaan dapat dipotong waktu dan pekerjaannya jadi separuhnya.

Bagaimana seandainya manajemen puasa ini diterapkan pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan? Dengan waktu lebih cepat, pekerjaan lebih sedikit, biaya yang tentunya jadi lebih irit, tetapi mendapat hasil yang sama dengan pekerjaan yang dilakukan ketika di luar bulan Ramadhan. Mungkin barangkali ummat Islam akan lebih maju beberapa langkah dibanding dengan ummat-ummat lain yang diluar Islam.

Walau mungkin perlu diteliti lebih lanjut, benarkah puasa memang dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih efisien, artinya, kita dengan tidak sengaja membuang pekerjaan yang tidak perlu?

Apapun hikmah yang dikandung bulan Ramadhan tentunya harus kita sambut bulan suci ini dengan gembira, semoga memberikan berkah, kepada kita bersama. Amiin

Rabu, 06 Juli 2011

Rasional Islam (2)

Kaum Rasionalisme kebablasan, demikian pula Mu'tazilah
Paham Mu'tazilah, adalah aliran pemikiran Islam yang berkembang diabad ke lima atau ke enam hijriah. Paham inilah yang kita bahas pada tulisan yang lalu, adalah sebagai paham yang sangat mendewakan akal, atau logika, atau Rasio. Padahal tidak semua dapat dilogikakan karena keghaiban dan keanehan alam semesta serta kekuasaan penciptanya melampaui logika dan akal manusia. Latar belakang munculnya Paham ini adalah karena munculnya perbedaan pendapat dan cara berpikir ummat setelah wafatnya Baginda Rasulullah saw dan berkembangnya ilmu Filsafat dan logika yang berasal dari Yunani yang banyak mempengaruhi cara berpikir ulama pada masa abad kedua hijriah. Selain Paham Mu'tazilah sebelumnya berkembang paham Jabariyah dan Qodariyah, yang kedua-duanya juga memiliki kesalahan dalam berprinsip dan berpikir.

Walau ada yang baik yang diambil dari paham mu'tazilah, seperti menerima hukum kausalitas, tetapi hal tersebut kemungkinan besar adalah adopsi dari pemikiran filsafat Yunani (barat) dari pada hasil pemikiran mereka sendiri.

Dengan hanya mengandalkan logika semata maka, banyak celah kesalahan logika yang mereka ciptakan, demi mendukung peran logika dan hukum kausalitas, yang mereka perjuangkan dan pertahankan. Seperti tidak menerima takdir, dan ketentuan (Qadho) Allah. Padahal Takdir dan Qodho adalah elemen penting dari iman dan aqidah Islam. Karena jika mereka menerima takdir dan Qodho Allah, maka mereka meniadakan hukum kausalitas yang dibuat oleh manusia, artinya setiap perbuatan yang dibuat oleh manusia adalah perbuatan sebab akibat (kausalitas), sehingga manusia memperoleh hasil dari perbuatannya sendiri. Misalkan manusia menanam padi di sawah sehingga manusia mendapat hasil, berupa padi, oleh karena sebab manusia bertani dan bekerja di sawah.
Dan lain sebagainya.

Pengaruh filsafat Yunani sangat besar dengan mendewa-dewakan akal dalam memahami sesuatu. Yang tidak sesuai dengan akal maka mereka tolak, den tidak mau mempercayainya, walaupun hal tersebut sudah nyata di depan mata. Sehingga mereka tidak mau percaya pada hal yang gaib-gaib. Tidak percaya pada Malaikat, Jin, Iblis, Setan, dan hari akhirat karena tidak sesuai dengan akal dan rasio mereka atau tidak ada bukti yang syah. Terhadap ayat-ayat al-Quran yang berarti demikian mereka tafsirkan secara menyimpang dari arti sebenarnya.

Dalam Filsafat Yunani, besar sekali pengaruh Bapak filsuf barat, pemikir, ahli logika, dan ahli matematika, kala itu yang sangat Rene Descartes. Menurut Rene Descartes "semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir." Bahkan Rene sendiri pernah mempertanyakan dirinya,
apakah ia ada atau tidak ada. Kalau ada apa buktinya bahwa ia ada? Jangan-jangan tidak ada, apa pula buktinya jika ia tidak ada? Saya berpikir, berarti saya ada, cogito ergo sum.
Aliran filsafat yang dibawakan Rene ini berpendapat bahwa semua harus rasional. Bahwa semua yang tidak sesuai dengan rasional berarti tidak benar. Sekalipun itu hasil cerapan panca indra. Oleh karena itulah Rene meyakini atas keberadaan dirinya setelah separuh umur yang telah ia lewati.

Oleh sebab itulah kelompok pemikir Mu'tazilah berpendapat bahwa semua yang tidak sesuai rasio tidak benar dan tidak dipercayai. Pemikiran Mu'tazilah sebenarnya adalah kelompok pemikir yang berasal atau belajar dari kelompok pemikir Islam sebelumnya, yaitu kelompok pemikiran Qodariyyah yang berpendapat bahwa Manusia mempunyai kehendak bebas mutlak, dan kehendak bebas mutlak ini tidak berkaitan dengan kehendah Allah yang pencipta, tetapi manusia sendirilah yang menentukan nasib baik maupun buruknya.

Paham Qodariyyah ini sebenarnya tantangan dari paham Jabarriyyah sebelumnya yang menyatakan bahwa manusia dalam bertindak bukanlah kehendak manusia tetapi kehendak Allah sebagai sang pencipta dan penguasa, jika ada sandaran pada kehendaknya maka sandaran tersebut sandaran semu atau palsu.

Paham Asy 'Ariyah atau ahlu sunnah wal jamaah, berpendapat memadukan kedua pendapat itu, yaitu: Manusia dalam bertindak tidak bebas secara Mutlak. Artinya semua itu karena ada izin Allah swt. Namun demikian Allah memberi kebebasan pada manusia untuk berusaha dan berikhtiar untuk selalu senantiasa dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

Senin, 04 Juli 2011

Rasional Islam (1)

Islam agaman yang mengedepankan rasio, atau akal dalam melaksanakan agamanya. Tidak cukup hanya iman saja, tanpa akal yang mempertimbangkannya. Kita tidak dapat melaksanakan sholat jika akal kita sedang tidak dapat berfungsi dengan baik. Allah melarang hambanya sholat dalam keadaan mabuk,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,... (QS: An Nisa : 43)
karena mabuk tidak dapat menggunakan akal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan sholat, seperti anak-anak dan orang gila.

ada tiga belas ayat dalam al Qur'an yang mempertanyakan "Apakah kamu tidak mempergunakan akal?" اَففَلَا تَعْقِِلُونْ , artinya betapa pentingnya menggunakan akal dalam beragama Islam. Akal adalah potensi yang diberikan dan diciptakan tuhan bagi manusia, sangat sayang dan tidak bertanggung jawab namanya jika tidak dipergunakan.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS: Al Isra' ayat 36)

Sedangkan lebih dari tujuh ratus lima puluh ayat (> 750) menurut syaikh Thanthowi adalah ayat kauniyah, yaitu ayat yang mengajak, menyuruh kita berpikir mengenai fenomena alam, sementara hanya sekitar seratus limapuluh saja yang berbicara mengenai fiqih. Hal ini juga berarti kita diperintahkan untuk berfikir dan memperhatikan alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Rasional kebablasan Mu'tazilah
Tetapi tidak semua dapat dirasionalkan karena daya rasio dan akal manusia terbatas, dan sangat terbatas.
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا
... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS: Al Isra' ayat 85)

Mu'tazilah adalah paham atau aliran pemikiran dalam Islam yang mendewakan akal. Semua ayat-ayat, dapat pemikiran, konsep, semua dirasionalkan oleh kelompok ini. Artinya ayat-ayat atau pendapat, pernyataan yang tidak dapat diterima akal maka tidak mereka terima. Pemikiran seperti ini dianggap paham sesat dan menyimpang karena tidak semua dapat dirasionalkan. Orang yang berpaham mu'tazilah beranggapan perjalanan Isra' Mi'rajnya Rasul sebagai mimpi saja. Dan Jin ditafsirkan sebagai suku badui yang sembunyi dibalik bukit, atau Syaikh Muhammad Ridha adalah menafsirkan Jin sebagai Jasad Renik atau microba.

Ada sesuatu hal ghaib yang tidak dapat di rasionalkan, seperti perjalanan Isra' Mi'raj misalnya, bagi ilmu manusia, logika dan akal manusia mengatakan tidak mungkin melakukan perjalanan dari Makkah ke Palestina sekitar 1.233,3 km (seribu dua ratus tiga pulu tiga koma tiga kilo meter) hanya dalam waktu beberapa detik saja, ketika dizaman nabi muhammad saw belum ditemukan pesawat Concorde, pesawat tercepat yang membawa manusia melebihi kecepatan suara. Logika manusia mengatakan tidak mungkin, tetapi Kekuasaan, dan ilmu Allah swt melampaui logika manusia, kita hanya bisa mengimaninya.

Yang berkaitan dengan hukum-hukum fiqih, adalah ketetapan Allah yang harus kita patuhi dan kita amalkan seperti yang diperintahkan apa adanya, tidak boleh ditambah-tambah atau pun dikurangi, tidak boleh pula ditafsir-tafsirkan. Hal ini berlaku prinsip Sami'na wa atho'na ( سَمِعْنِا وَ اَطَعْنَا )"aku dengar dan aku ta'ati." Begitu pula ayat-ayat yang berhubungan dengan mu'jizat dan kekuasaan Allah yang harus kita yakini dan kita imani saja tanpa, bertanya-tanya, mereka-reka maksudnya, menafsir-nafsirkannya dan sebagainya.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS: Al Baqaroh ayat 286)

Terlalu memaksakan agar sesuai dengan logika manusia adalah salah, karena tidak sama logika manusia dengan logika Allah, yang dapat berbuat sekehendaknya dan berkuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan sesuatu yang baru kapan saja. Karena Allah maha Pencipta.

Tidak memakai logika dan akalpun salah pula karena tidak menggunakan potensi akal yang diberikan Allah kepada kita dan menjadikan sesuatu tidak jelas lagi mana yang benar dan mana yang salah.

(Bersambung)

Kesepakatan Gencatan Senjata Gagal

#BreakingNews I Sumber pejabat israel mengusulkan gencatan senjata selama 6 pekan di Gaza, kompensasinya dibebaskannya 40 sandera Israel. Ne...