Rabu, 22 Desember 2010

Tadabbur Surat At-Takaatsur


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
[1]أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
[2]حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
[1]Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
[2]sampai kamu masuk ke dalam kubur.

Ayat lengkap bisa dilihat di My Qur'an
Kata at-Takaatsur berasal dari kata katsaro كثر katsirotun كثر yang berarti banyak. Yang dimakasud dengan at-Takaatsur adalah orang yang memperbanyak-banyak. Yang dimaksud memperbanyak disini adalah memperbanyak kenikmatan, karena hal tersebut diterangkan dalam ayat terakhir (ayat ke 8) surat at-Takaatsur tersebut:
[8]ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)

Apa saja yang dimaksud mengumpulkan nikmat tersebut? Memperbanyak harta, nikmat! Memperbanyak kekuasaan, jabatan, pangkat, nikmat!Memperbanyak kendaraan, atau sarana kehidupan dunia, nikmat! Memperbanyak istri, yang tidak ada nilai ibadah dan kepentingan akhirat, nikmat! Memperbanyak reputasi supaya jadi orang terkenal, nikmat! Supaya diperhatikan orang, nikmat! Dan sebagainya dan sebagainya yang menjadikan kelalaian dari mengingat Allah. Lalai beribadah kepadanya.
Allah berfirman: Surat (63:9)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Tidak Bolehkah kita untuk menikmati, nikmat-nikmat yang ada di dunia ini? Bukankah kita disuruh untuk seimbang dunia dan akhirat? Bukankah kita selalu panjatkan do'a di dunia hasanah dan di akhirat hasanah?

Dunia adalah sarana untuk mencapai akhirat. Tetapi bukan tujuan utama. Tujuan utama adalah diakhirat! Kalau ditinggalkan dunia sama sekali, akhirat sudah pasti tidak dapat! Dunia saja tanpa perlu akhirat adalah zhalim. Karena itu Allah mengingatkan jangan sampai terpedaya dengan kenikmatan hidup didunia.

Allah mengkisahkan sebuah kisah Qorun dalam surat al Qoshosh ayat 76-83
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa1139, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya1140. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar".

Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni'mat Allah)".

Negeri akhirat1141 itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)1142 itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.


Kisah diatas memang suatu kisah, yang perkataan didalam kisah tersebut adalah perkataan bani Israil umat nabi Musa. Tetapi walau perkataan bani Israil. Bani Israil pengikut musa adalah Islam! Perkataannya dapat menjadikan petunjuk dan pengajaran bagi kita, karena apa yang disampaikan kepada Musa adalah wahyu Allah ta'ala juga. Jadi perkataan mengenai: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, ..." adalah ajaran yang dapat dipedomani. Banyak dikalangan orang muslim berpendapat bahwa ayat tersebut merupakan perkataan bani Israil dan tidak dapat dipedomani sebagai suatu tuntunan ajaran. Walau dia perkataan dari bani Israil, tetapi untuk apa Allah subhanawata'ala mengutip perkataan tersebut dan diabadikan didalam al-qur'an kalau tidak untuk diteladani dan dipedomani pendapat dan pola pikirnya, khusus yang telah tercantum dalam al-quran. Tidak pola pikir Yahudi dan orang Israel sekarang!

Ayat selanjutnya dari surat at-Takaatsur

[2]حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
sampai kamu masuk ke dalam kubur.


Allah mengingatkan kita akan batas hidup didunia, yaitu kematian. Allah mengingatkan akan arti hidup di dunia, adalah untuk melalukan kebajikan, untuk kekal kehidupan akhirat. Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala berkata: " Heei.., Bukan itu tujuan hidup kamu di dunia! Bukan mencari harta dan memperbanyak kenikmatan! Kamu sudah salah jalan! Ingat hidup dunia ada batasnya,... waktu, tu buktinya ada kematian, ada kuburan!"

Selanjutnya dalam surat at-Takaatsur:

[3-7]كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,an sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.


Apakah Allah hanya mengasih tahu bahwa nanti kita akan mengetahui (segalanya)? Apakah Allah hanya mengasih tahu tentang akan adanya balasan neraka jahim? Bahwa di akhirat kelak kalian akan membuktikan sendiri dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri akan kebenaran al-Qur'an? Apakah hanya sekedar pemberitahuan akan adanya neraka jahim yang maha dasyat, tempat dibalasnya semua perbuatan yang tidak disenangi Allah sekehendaknya? Kalau hanya sekedar ini! pemberitahuan akhirat belaka! Untuk apa Allah mencantumkan sebagai ayat dan memberitahukannya sekarang? Justru Allah memberitahu bukan untuk nanti! Tetapi sekarang! Untuk kehidupan dunia yang telah melalaikan manusia dan Allah beri peringatan agar manusia sadar akan penyimpangan perilaku salah yang seharusnya tidak ia perbuat.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Pasrah terhadap Kedikdayaan Allah

Hari ini aku ta'ziah di rumah duka, orang tua dari kepala sekolah, tempat saya mengajar. Dalam minggu ini sudah 2 orang yang meninggal secara berturut-turut. Sebelum orang tua kepala sekolah meninggal, hari kamis penguburan tetangga saya, yang terakhir saya bertemunya ketika saya segera bergegas kerumahnya karena tetangganya tergopoh-gopoh menuju masjid tempat saya bersama teman-teman ngobrol selesai sholat Magrib, minta tolong bahwa Pak Fahmi tetangga saya yang sudah lama sakit, sudah jatuh di kamar Mandi. Tapi untunglah Pak fahminya ketika itu selamat. Tetapi sebelas hari kemudian, pada hari rabu kemarin, Pak Fahmi dikabarkan sudah tiada. Hari Jum'at orang tua kepala sekolah pun meninggal dunia. Dikebumikan hari itu juga, di pemakaman umum dekat dari rumahnya kearah belakang.
Setelah baca Yasin sedikit, cuma sedikit karena saya datangnya terlambat, dilanjutkan dengan ucapan tahlil. Ketika ucapan tahlil, suara saya lirih, mungkin karena saya terbawa emosi, karena saya pergi meninggalkan orang tua yang sedang sakit. Atau mungkin karena saya begitu mengenal kalimat ini, bagi saya kali ini, kalimat tersebut merupakan kalimat berarti kepasrahaan terhadap ketentuan yang maha pencipta. Tiada segala urusan dan tempat bergantung kecuali hanya kepada Allah. Itulah makna kira-kira pada saat ini yang saya rasakan. Ketika orang-orang semakin khusuk dengan sebutan-sebutan atau ucapan-ucapan tahlil tanpa arti, saya malah semakin dalam memaknai kalimat tersebut. Tetesan air mata tak terasa mengalir dari mata yang terpejam, menuju kedua belah bibir yang komat-kamit, sibut menyebut Laa ilaaha illallooh,.. sementara hati merasakan kepasrahan, kepada yang maha kuasa.

Siang Tadi aku sudah diingatkan oleh temanku Zerdi bahwa kita semua akan mengalami hal yang sama seperti orang tua-orang tua kita. Bahwa kita akan tua juga tidak lama lagi. Seperti orang tua saya yang lanjut usia. Menurut dokter yang memeriksa kesehatan ibu saya, bahwa ketika usia lanjut fungsi-fungsi organ tubuh mulai menurun. Sehingga akibatnya segala macam akan terasa sakit.

Peringatan teman saya tersebut, yang mengingatkan juga pada dokter yang memeriksa ibu saya, menjadi pikiran bagi saya sampai pulang ke rumah. Mengapa fungsi organ tubuh menurun saat ketika kita sudah berusia lanjut? Jawabannya adalah regenerasi sel-sel tubuh pada usia lanjut tidak seperti anak bayi. Anak bayi sampai dia berkembang jadi dewasa, sel-sel organ tubuhnya berkembang terus. Dari satu sel menjadi dua, menjadi empat, delapan dan seterusnya. Tapi mengapa setelah usia lanjut, pertumbuhan sel jadi berhenti? Jawabannya, sementara mungkin, adalah bahwa tuhanlah yang berkendak untuk menghentian pertumbuhan sel.

Rabu, 08 September 2010

Fakir, Miskin, Islam dan Kepedulian Sosial


Islam mengajarkan pada kita untuk peduli pada anak yatim, fakir, miskin, orang-orang terlantar lainnya agar orang-orang terlantar tersebut selalu disantuni. Allah swt sangat mengecam orang-orang yang mengatakan dan berbuat seperti orang beriman tetapi tidak peduli dengan anak yatim dan fakir miskin. Bahkan Allah swt mencap orang-orang yang seperti demikian sebagai pendusta agama, (QS: Al Ma,un: 1 - 3).

Allah swt berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Artinya:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Pendusta agama itu adalah orang-orang tidak peduli pada fakir miskin, orang-orang terlantar, anak-anak yatim, adalah disebut dengan pendusta agama. Berarti kalau ia sholat sholatnya dusta. Kalau mereka baca qur'an, baca qur'annya dusta. Kalau ia sedekah, sedekahnya dusta. Kalau ia membayar zakat, zakatnya dusta! Jika ia mengerjakan Haji, maka Hajinya dusta. Dan setiap ibadah yang ia lakukan adalah dusta. Karena kepedulian sosial adalah dampak, atau manifestasi, atau implementasi atau penerapan dari agama dan Iman seseorang muslim terhadap agamanya.

Iman terhadap ajaran agama adalah melakukan amal shalih berupa juga peduli pada sesama manusia. Itulah sebabnya setiap ayat dalam al qur'an yang menyebut "orang-orang yang beriman" selalu diikuti dengan menyebut "dan orang-orang yang beramal shaleh."

Iman dan Amal shaleh suatu deretan pernyataan yang saling berkait yang tidak bisa lepas satu sama lain. Orang tidak bisa lepas mengatakan beriman saja jika perbuatannya tidak diiringi dengan amal shaleh. Karena ajaran Islam mengajarkan perbuatan amal shaleh. Jadi demikian pula sebaliknya jika seseorang itu tidak berbuat suatu kebajikan atau amal shaleh, maka keimanannya kepada Allah ta'ala juga perlu dipertanyakan. Dalam arti umum amal shaleh ini juga termasuk menyantuni anak-anak yatim, fakir-fakir, dan orang-orang miskin.

Kepedulian sosial merupakan tema penting dari sekian banyak tema-tema dalam al-Qur'an.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 Allah berfirman:

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(QS:Al Baqarah: 177)

Jadi disini jelas perbuatan ibadah seremonial saja yang disebut sebagai kebajikan atau amal shaleh tetapi juga harus diikuti dengan penghayatan dan perasaan saling mengasihi sesama manusia, peduli pada orang lain itulah disebut kebajikan, dan orang yang berbuat demikian adalah orang yang bertaqwa.

Perbuatan peduli pada orang terlantar, fakir miskin dan anak-anak yatim, bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan, ini suatu perbuatan yang berat. Tetapi orang yang melakukan perbuatan ini diangkat derajatnya sebagai orang yang muttaqiin dan diberi oleh Allah ganjaran yang besar baik di dunia juga pahala yang besar untuk hari akhirat.

Allah swt berfirman:


وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
فَكُّ رَقَبَةٍ
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14. atau memberi makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16. atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

Surat Al-Balad ayat 10 sampai 16

Memberi makan pada saat kelaparan, menyantuni anak yatim dan hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir, disebut sebagai jalan yang mendaki lagi sempit. Diibaratkan sebagai jalan yang mendaki lagi sempit dikarenakan berat dan susahnya jalan yang ditempuh, dan jalan atau cara ini diambil karena ini adalah mempunyai nilai yang sangat besar. Orang-orang yang menempuh jalan ini disebut orang-orang golongan kanan, yaitu orang-orang yang beriman, yang saling nasihat-menasihati dalam kesabaran dan nasihat-menasihati dalam kasih sayang. Itulah golongan kanan.

Ada pula orang-orang yang tertipu dengan simbol-simbol status. Mereka hanya mengejar simbol-simbol tersebut, tetapi tidak dapat hakikat kemuliaan sesungguhnya. Orang itu tertipu dengan gemerlap kehidupan dunia. Tetapi apabila simbol-simbol tersebut lenyap dari hadapannya maka ia merasa terhina hidup didunia.

Allah berfirman dalam surat (al-Fajr:15-20):
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
كَلَّا بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلاً لَّمّاً
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبّاً جَمّاً
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"1576.
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim1577,
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
(QS: Al-Fajr:15-20)

Allah mengecam orang-orang yang menumpuk-numpuk harta hanya untuk mengejar simbol, meraih kekuasaan dan kesenangan hidup didunia saja tanpa peduli dengan kesusahan sesama, dan kepedulian sosial. Dan Allah swt mengancam orang yang berbuat demikian dengan neraka jahim.

Allah swt berfirman:(QS: at-Takasur:1-3)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu1599,
sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

Dalam ayat diatas Allah swt menjelaskan kepada kita bahwa kita tidak boleh menumpuk-numpuk harta yang dapat melalaikan kita pada hakekatnya peduli pada orang lain dan beramal shaleh.

Diakhir surat tersebut dijelaskan:(QS: at-Takasur:8)
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Karena semua harta yang ditumpuk-tumpuk dan segala kenikmatan yang diberikan Allah tersebut akan diminta pertanggungan jawabannya dihadapan Allah kelah kemana saja harta dan kenikmatan yang telah diberikan selama ini (hidup didunia), adakah dilakukan untuk perbuatan kebajikan atau amal shaleh, peduli pada orang terlantar???

Senin, 31 Mei 2010

Jama’ah Ahmadiyah di Pakistan

Penembakan Jamaah Ahmadiyah di Pakistan baru-baru ini oleh kelompok bersenjata menandakan bahwa, walaupun sudah dinyatakan agama yang diluar Islam oleh Ulama dan pemerintah setempat, tetapi penanganannya masih tidak tuntas. Buktinya Jamaah Ahmadiyah masih dibiarkan berkembang oleh pemerintang Pakistan, yang seharusnya segera dibubarkan, sehingga penembakan oleh kelompok bersenjata yang tidak senang terhadap keberadaan Jamaah Ahmadiyah, apapun kelompoknya baik sunni maupun syi’ah, tidak akan mungkin terjadi.

Bagi orang-orang diluar Islam menjadikan kesempatan ini untuk membuat gambaran negatif terhadap Islam, dengan cara :

  1. Mereka menuduh Taliban yang berada dibalik penembakan ini. Dengan menuduh Taliban dibalik penembakan ini, maka akan menimbulkan antipati masyarakat kepada kelompok ini yang sudah lama simpati masyarakat terbangun atau percaya pada kelompok ini. Dengan menuduh Taliban yang melakukan penembakan maka pengaruh dukungan terhadap kelompok Islam yang paling berpengaruh di Pakistan menjadi berkurang (tergembosi), sekaligus memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam yang ada disana.
  2. Membuat gambaran bahwa Islam (terutama Taliban) adalah melakukan kekerasan terhadap sesama muslim (Jamah Ahmadiyah). Pendapat ini di sebarkan untuk kalangan orang yang tidak mengerti tentang Jamaah Ahmadiyah baik didalam negri maupun diluar Pakistan, agar membuat gambaran kejam pada Taliban dan simpati pada Jamaah Ahmadiyah. Pendapat ini disebar bagi kalangan Non Islam agar tidak bersimpati pada Taliban dan Pakistan yang “telah membunuh” Jamaah Ahmadiyah.
  3. Mengadu domba antara sesama Muslim maupun antara non Muslim dan Muslim, baik yang berada di dalam negri Pakistan maupun yang berada di luar Pakistan, dengan cara melakukan gerakan simpati terhadap Jamaah Ahmadiyah dan mengecam kelompok Taliban.

Jamaah Ahamadiyah adalah dinyatakan diluar Islam dan kegiatannya sangat dibenci umat Islam karena ajarannya sangat menodai agama Islam. Keyakinan dan ajarannya yang menyimpang dan dibenci umat Islam adalah:

  1. Ahmadiyah mengakui sebagai agama Islam, tetapi ajarannya tidak sesuai dengan Islam. Seandainya Islam itu adalah merk dagang maka Ahmadiyah pemalsu dan pembajak nama Islam. Mengeluarkan ajaran yang bukan Islam dengan merk atau nama Islam atau ajaran Islam.
  2. Mengakui dan mengajarkan ajaran yang diluar Islam seperti adanya nabi atau rasul lain setelah nabi Muhammad saw yaitu Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul setelah nabi Muhammad saw. Hal ini bertentangan dengan keyakinan dan ajaran Islam yang mengakui nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir sampai akhir zaman.
  3. Mengakui dan memakai al-Quran sebagai kitab suci tetapi berketetapan hati untuk tidak mengamalkan sepenuhnya, karena mereka juga mempunyai kitab lain disamping al-Quran, yaitu Tadzkirah.

Demikianlah sedikit tentang Ahmadiyah dan peristiwa yang terjadi di Pakistan jangan sampai terprovokasi terhadap hal tersebut.

Rabu, 26 Mei 2010

Dibutuhkan sedikitnya 15 Tengkorak dan 505 Tulang Manusia Untuk Bangun Gereja di India

Ternyata untuk menarik orang supaya beriman kepada iman kristiani diperlukan upaya arwah orang-orang yang dianggap suci dari zaman Byzantium. Hal ini diketahui dengan berita tertangkapnya seorang pegawai gereja yang membawa tulang belulang. Betapa sedihnya arwah para bekas Pendeta yang tidak dikubur dengan selayaknya. Di akhirat diazab di neraka, di dunia juga mesti di azab dengan tidak dikubur dengan semestinya.

Ternyata orang-orang kristen masih memberikan kerja paksa kepada para pendetanya yang sudah meninggal. Kejam sekali jika diperlakukan pada arwa yang tidak berdaya apa-apa mesti bekerja menarik umat-umat pergi ke gereja. Kesedihan para arwah ini akan mempengaruhi jemaat gerejanya yang membekas setelah pulang dari gereja. Ada perasaan yang aneh dan lain yang secara tidak mereka sadari ataupun mereka sadari akan timbul setelah mengunjungi gereja tersebut. Kesan seperti ini ternyata dimanfaatkan oleh pemuka gereja untuk mempengaruhi jemaatnya untuk selalu datang ke gereja yang secara bawah sadarnya mencari tahu perasaan apa yang selalu menyelimutinya ketika datang ke gereja.

Jumat, 21 Mei 2010

Membuka Pintu Rizki (1)

Rizki kita berasal dari yang Maha Kuasa, dan salah satu kunci pembukanya adalah Taubat.
Kunci Pembuka yang Pertama adalah Taubat

Allah sangat bergembira terhadap hambanya yang bertobat kepadanya lebih gembira dari pada seorang hamba yang menemukan kembali untanya yang hilang.(Hadits Riwayat Bukhari No: 6305)

Begitu gembiranya Allah SWT menyambut seorang hambanya untuk bertobat. Bayangkan, dahulu ada seorang Musyafir pergi berjalan jauh dari kota asalnya dengan mengendarai unta. Sampai pada satu ketika ia berteduh dibawah satu pohon, jauh dari kota tempat ia tinggal atau berada di kota lain. Sementara dia beristirahat, barang-barangnya masih tinggal di punggung unta yang sedang ia kendarai, ia tertidur dibawah pohon. Setelah ia bangun dari tidur alangkah terkejut bercampur sedih, dan khawatir, didapatnya untanya hilang bersama barang-barangnya. Ia berlari kian kemari mencari untanya yang hilang. Apa nak jadi, sedangkan dia berada ditempat asing. Kepada siapa ia dapat meminta tolong? Sementara ia tidak mempunyai perbekalan sepeserpun! Selain hilang bersama unta! Bukankah ini bencana yang terjadi secara tiba-tiba? Karena ia tidak dapat kembali lagi kekota asalnya. Bukankah ia yang tadinya seorang pedagang kaya, akan mendadak jadi gembel jalanan? Alangkah tragisnya kejadian yang menimpnya! Tetapi, dalam keputus-asaan, tiba-tiba datang keajaiban! Karena lelah berlari kesana kemari mencari untanya yang hilang. Iapun tertidur di tempat yang sama dengan tempat ia kehilangan untanya itu. Setelah ia bangun didapat untanya kembali dihadapannya. Alangkah gembiranya seorang pedagang yang musyafir tersebut menemukan kembali untanya. Artinya ia terselamatkan dari bencana dan kejadian tragis yang menimpanya.

Demikian kisah yang seorang pedagang yang kehilangan untanya. Sementara Allah Subhanahu Wata’ala sangat bergembira menerima hambanya untuk bertobat lebih gembira dari seorang pedagang tadi.
Oleh sebab itu sangat pantaslah dikatakan bahwa salah satu kunci pintu rizki tersebut adalah tobat dan mohon ampun.

… 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS: Nuh ayat 10 – 12)

Majdi As-Syahawy membahas masalah Tobat dengan pembahasan yang cukup panjang, yang intinya sangat pentingnya segera bertobat dan membantah pendapat yang mengatakan tobat tidak diperlukan segera, atau tobat adalah merendahkan kasih sayang dan ampunan Allah, juga membantah orang yang berpendapat orang yang bertobat berarti orang yang tidak berprasangka baik kepada Allah. Masalah penyegeraan Tobat ini dan bantahan pendapat yang miring terhadapnya saya akan bahas pada postingan berikutnya insya alllah.

Kunci Pembuka yang kedua adalah Takwa
Kunci yang kedua dari pintu rizki adalah takwa.  Allah SWT berfirman:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan baginya (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS: ath-Thallaq ayat 2 dan 3)

Jikalau sekiranya penduduk suatu negri beriman dan bertakwa, pastilah akan kami limpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS:Al-A’raf ayat 56).

Dari dua ayat Qur’an diatas dapatlah ditari kesimpulan bahwa pentingnya Takwa dan sangat berhubungan dengan rizki. Perbuatan maksiat dan dosa menyebabkan rizki tidak lancar mengalir.

(Bersambung)

Minggu, 02 Mei 2010

Sedekah Pada Jalan Yang Benar

Sekarang banyak orang yang mampu bersedekah tetapi sayangnya kemampuan dan kebaikan hati orang itu banyak yang manfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi. Bukan saja oleh para pengemis dijalan, boleh jadi pengemis memang benar-benar membutuhkan bantuan, bagaimana pengemis yang menjadikan meminta-minta sebagai profesinya? Bagaimana jika si pengemis sebenarnya orangnya mampu?

Sekarang ada lagi orang yang meminta-minta sedekah, derma, atas nama yayasan. Orang ini pernah menemui saya dirumah, meminta sejumlah uang sebagai derma untuk membangun sekolah taman kanak-kanak yang kebetulan dekat komplek rumah saya. Saya teringat akan adanya sebuah pondok pesantren tepatnya dibelakang komplek saya tinggal. Tapi masalahnya komplek tersebut dibawah yayasan Daarul Arqom yang sekarang diselimuti dengan nama Global Ikhwan, ya itu adalah jama'ah islam yang dinyatakan sesat oleh MUI Padang Panjang. Saya katakan kepadanya bahwa saya tidak mau menyumbang pada yayasan yang tidak jelas. Dia ngotot menyodorkan foto kopi surat bahwa yayasannya cukup jelas. Saya tegaskan lagi saya tidak mau menyumbang pada yayasan yang ikatan jaringannya pada yang tidak jelas. "Apakah Yayasan berasal atau satu kelompok dengan global ikhwan?" tanya saya, dia jawab "ya." "Kalau Global Ikhwan saya tidak mau menyumbang" tegas saya. "Tidak Pak" bantahnya, "Kami dibawah yayasan Syek Burhanuddin Pariaman." "pemimpinnya siapa?" tanyaku, "Saya sendiri pemimpinya" tangkasnya. Saya pikir orang ini sudah bolak-balik tidak jelas. Kalau Syekh Burhanuddin adalah kelompok Jama'ah Tarekat As-Syatariah, juga ajaran menyimpang kalau tidak juga bisa dibilang sesat. "Nanti ajalah Pak" Jawabku sambil pergi meninggalkannya kebetulan sudah berkumandang azan Ashar. untunglah dia pergi. Di Mesjid saya tidak melihat orang tadi ikut sholat jama'ah. sampai setelah saya selesai sholat dari Mesjid pulang kerumah, pergi ke kedai beli Teh, saya masih melihat orang itu berjalan seputar komplek saya. Sekarang baru saya sadar orang yang tadi pemimpin yayasan Islam, ternyata tidak sholat. Pemimpin Yayasan, seharusnya membangun sekolah sendiri, kenapa minta-minta pada masyarakat?

Dalam rangka memberi sedekah kita harus hati-hati, jangan sampai memberi sedekah pada orang dimusuhi Allah, ajaran sesat dan sebagainya. Karena tidak dapat pahala apalagi ridho Allah. Apa lagi yang diharapkan dalam bersedekah selain pahala dan ridho Allah?

Allah berfirman:
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qur'an Surat Al Maa'idah ayat: 2)

Senin, 26 April 2010

Nilai-nilai Islam dan Pragmatisme

Bagi orang Islam nilai-nilai kemuliaan dinilai dari nilai-nilai Islam. Maksudnya semua ukuran kebaikan diukur berdasarkan kepada apa saja yang baik bagi Islam maka itulah yang seharusnya menjadi tolok ukur dalam menilai suatu kebaikan. Misalnya begini, jika seseorang itu dianggap baik, maka kebaikannya itu harus kebaikan yang sesuai dengan Islam atau kebaikan tersebut juga dianggap baik oleh Islam. Contohnya orang yang mulia diantara masyarakat karena dia rajin membantu orang, dermawan suka bersedekah, sopan-santun kepada tetangga, jujur dan lain sebagainya, maka kemuliaannya itu adalah kemuliaan yang sesuai dengan Islam, suka membantu orang adalah amal shaleh yang juga baik menurut Islam, Dermawan suka bersedekah adalah amalan baik yang juga dianjurkan dalam Islam, dan lain-lainya yang disebut diatas sesuai dengan ajaran Islam. Nah, hal yang demikian berarti nilai-nilai Islamlah yang menjadi patokan terhadap baik dan buruknya seseorang.

Nah, jika kita lihat sekarang maka terdapat perbedaan. Perbedaan antara nilai-nilai yang seharusnya adalah nilai-nilai ketuhanan keislaman, bergeser kepada nilai-nilai yang sifatnya sementara. Orang sekarang menilai suatu kebaikan tidak lagi berdasarkan kepada kebaikan keislaman tetapi lebih cendrung kepada ketakutan dan kepentingan. Nilai-nilai seperti ini hanya menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan. Kita dapat melihat bagaimana seseorang tidak mampu lagi menilai atasannya berbuat salah, seperti penyelewengan uang yang bukan haknya, karena seorang bawahan tersebut terbiasa diberikan uang yang tidak jelas oleh atasannya, dan apabila dia berani mengatakan atasannya salah ada dua konsekwensi yang harus ia terima jika berani menilai salah perbuatan atasannya, yaitu: pertama, kemungkinan ia akan dipecat dan ia akan kehilangan penghasian bulanannya dan sekaligus uang tambahan yang tidak jelas itu, kedua, kemungkinan atasannya diganti dan bawahan tersebut tidak akan menerima uang tambahan yang tidak jelas lagi. Kecil kemungkinan bagi seorang bawahan yang melapor kesalahan atasannya akan dinaikkan pangkatnya dan diberikan bonus dan fasilitas. Tidak mungkin!

Saya teringat akan teman saya bernama Umar yang mengatakan: “Kehormatan diperoleh seseorang dari kekuasaan yang ia peroleh”, saya pertama mendengar ini tidak paham akan maksudnya, kemudian ia menjelaskan: ”jika orang bawahan kecil kentut, itu dianggap tidak sopan, coba kalau Bos yang kentut diantara bawahannya, tidak ada yang protes atau menyalahkan, paling-paling hanya bilang ‘he he masuk angin Pak??,” bertanya sekedar basa-basi.” Saya mulai sedikit paham maksudnya tetapi masih juga merasa tidak sesuai dihati, tapi saya tanggapi dengan senyum saja. Walaupun lama sekali saya tidak bertemu dengan Umar, ungkapannya selalu menjadi ingatan bagi saya karena saya nilai lucu.

Sekarang saya baru paham akan pernyataan Umar tersebut, karena pergeseran nilai-nilai yang terjadi karena tidak adanya tolok ukur kebaikan tersebut.

Sabtu, 30 Januari 2010

Sujud



Ada beberapa tempat pada al-Qur’an Allah Ta’ala mengulang peristiwa pembangkangan Iblis untuk bersujud pada Nabi Adam Alaihi salam (Al-Qur’an: Surata Albaqoroh: ayat 30 sampai 35). Hal ini mengingatkan kita betapa sujud sangat berarti sebagai bukti ketaatan pada Allah SWT.

Iblis yang diusir dari surga Allah dan dicap sampai sekarang sebagai ikon makhluk yang membangkang pada perintah Allah SWT. Begitu pula manusia yang diperintah sujud kepada Allah Ta’ala. Andai manusia tidak mau mengikuti perintah Allah untuk sujud padanya (Sholat), apakah pantas manusia dimuliakan lebih dari pada Iblis?

Iblis tidak mau sujud kepada Adam, dianggap pembangkang dan tidak diterima lagi disurga Allah Ta’ala. Pantaskah manusia yang tidak mau sujud kehadapan Allah dianggap sebagai pembangkang dan tidak diterima lagi masuk surga Allah Ta’ala? Alangkah malangnya nasib manusia, seandainya pantas!


Dalam Ayat tersebut seluruh Malaikat sujud pada Adam as, kecuali Iblis menentang. Apakah Iblis lebih hebat dari Malaikat? Jawabanya tentu tidak! Sedang Malaikat yang lebih banyak dan lebih patuh mau tunduk dan sujud kepada Adam as sebagai perintah Allah SWT, mengapa Iblis tidak? Iblis dianggap penentang, sombong, dan engkar. Begitu pula seluruh Malaikat tunduk dan sujud kehadapan Allah Ta’ala, selalu memuji dan mensucikannya, apakah manusia tidak mau tunduk dan sujud kehadapan Allah pantas disebut penentang, sombong, dan engkar?

Iblis tidak mau sujud kepada Adam as, dengan alasan bahwa objek yang disujudinya lebih jelek material penciptaanya dari padanya. Kalau manusia tidak mau sujud kepada Allah Ta’ala apakah juga beralasan bahwa Manusia lebih baik Materialnya dari pada Allah Ta’ala? Celakalah manusia yang beralasan demikian!

Sujud sebagai simbol kerendahan hati, keta’atan, dan kepatuhan terimplementasi dalam sholat. Setiap kali kita sujud, meletakkan bagian yang paling mulia dalam tubuh manusia yaitu kepala diatas yang paling hina dan selalu diinjak-injak yaitu tanah.

Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib Ra, Mengatakan: ”Bentuk lahir sujud adalah meletakkan kening di atas tanah dengan ikhlas dan khusuk. Adapun bathin sujud adalah menjauhkan diri semua perkara yang semu, mengikatkan hati dengan sumber kekalahan, serta melepaskan diri dari kesombongan, fanatisme, dan seluruh kebergantungan duniawi.”

Lebih lanjut Amirul Mukminin Ali bi Abi Thalib menjelaskan sujud pertama berarti “pada awalnya saya berasal dari tanah, ketika engkau mengangkat kepala dari sujud yang pertama, lintaskan dalam hatimu: Saya dihidupkan dari tanah.”. Sujud kedua berarti ”Saya akan kembali masuk kedalam tanah. Dan sewaktu-waktu kamu mengangkat kepada dari sujud yang kedua, itu berarti pada hari kiamat saya dibangkit dari dalam kubur”.

Allah Berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.(QS: Al Fath ayat 29)


Dari ayat diatas bahwa tanda-tanda orang yang selalu sujud, ada bekas-bekas sujud di keningnya, tanda hitam dikening itu bukanlah dibuat-buat karena kehendaknya. Banyak orang yang tidak senang terhadap tanda hitam dikening orang lain mengatakan tanda hitam dapat saja ada karena ketika sholat keningnya ditempelkan betul di lantai atau tempat sholat. Tetapi memang demikianlah cara sholat yang diajarkan Rasul saw kepada kita. Bagi yang tidak dapat tanda itu dan tidak suka, jangan mengatakan hal tersebut dapat dibuat-buat, mungkin cara sholatnya perlu di koreksi lagi.

Kesepakatan Gencatan Senjata Gagal

#BreakingNews I Sumber pejabat israel mengusulkan gencatan senjata selama 6 pekan di Gaza, kompensasinya dibebaskannya 40 sandera Israel. Ne...