Selasa, 01 September 2009

Jujur dan Amanah dalam Islam


Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam. Bahkan bisa jadi orang pendusta ini digolongkan sebagai orang yang munafik. Orang-orang munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah.

Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Artinya:
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
[Qur'an Suran Al-Baqarah ayat 8 sampai 10]


Kalau seandainya ummat Islam seorang pendusta, tidak jujur, tentunya ketika ia menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh untuk dipercaya, karena orangnya tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah dianggap pendusta.

Bapak-bapak ibu-ibu remaja serta anak-anak sekalian.

Memang kita diciptakan manusia ini dua jalan. Jalan kejahatan dan jalan kebaikan.

Firman Allah ta'ala:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Artinya:
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [Qur'an Surat As-syam ayat 8]

Firman Allah lagi:

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ

Artinya:
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [Qur'an Surat AL-Balad ayat 10 dan 11]

Yang dimaksud dengan "dua jalan" ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan.
Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak dikerjakan, tetapi jalan kebaikan dan kebajikan adalah jalan yang sulit, mendaki lagi sukar. Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah jalan yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala, dan orang yang berada dijalan ini akan mendapat ganjaran dari allah subhanahu wata'ala. Tetapi jalan kebaikan ini tidak mudah, sulit lagi sukar.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
فَكُّ رَقَبَةٍ
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ

Artinya:
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
[Qur'an Surat Al-Balad ayat 12 sampai 16]

Demikianlah jalan kebaikan yang harus orang-orang mu'min tempuh dan selalu bersabar berada dijalannya sama seperti kita puasa dibulan ramadhan ini tetap sabar dalam menjalankan ibadah dan segala kebaikan dan kebajikan yang kita amalkan selama dalam bulan Ramadhan.

Perbuatan baik dijalan yang baik tersebut diantaranya juga bersikap jujur. Jujur dalam segala perbuatan dan perbuatan kita. Karena orang yang terbiasa tidak jujur akan selalu menjadi serentetan kebohongan berikutnya yang lambat laun menjadi kebiasaan, dan dicaplah sebagai pembohong atau pendusta, nauzubillah.

Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam tentang kejujuran adalah:

عليكم بصدق٫ فإنما الصدق يهدى إلى بّر٫ إنّ برّ يهدى إلى الجنّة٫ وإنّ كذب يهدى فجور فإنّ فجور يهدى إلي النار
[رواه متفقٌ عليه]

Artinya :
Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga. Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun Alaih]

Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan dikatakan kita sebagai orang yang jujur. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan orang yang pendusta atau tidak jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.

Jujur dan amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita sikapi. Sebagaimana rasulullah adalah seorang yang mempunyai sifat jujur, terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu kita patut menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik.

Sebagaimana Firman allah ta'ala:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 21]

Demikian yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang saya mohon ma'af wabilahi taufiq wal hidayah wasalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.

11 komentar:

  1. Assalamu'alaikum wr.wb.
    Kalau kejujuran dibudayakan di negeri ini utamanya kepada para pemimpin mulai dari presiden sampai ketua RT, maka banyak lembaga negara yang perlu ditiadakan seperti KPK,Badan Pengawas, Inspektur, provos, dan yg sejenis, kenapa demikian..?? karena semua aparat negara sudah jujur semua dan mengajari serta memberi contoh kejujuran kepada masyarakat... insyaallah masyarakat akan respek dan taat pada ulil amri kita... kapan hal itu akan terjadi..???
    Wassalamu'alaikum wr.wb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum Salam Warahmatullahi wabarakaatuh,
      Kejujuran bagus di terapkan karena dapat menjadi tolok ukur hubungan kita kepada Allah swt. Semakin jujur seseorang semakin kuat hubungannya pada Allah swt artinya dia semakin mulia disisi Allah maupun manusia. Semakin banyak orang yang jujur, semakin beradab kehidupan suatu bangsa dan tentunya kemakmuran akan semakin mudah dicapai (jika dibanding tidak jujur lho). Jika sistem pemerintahan sudah dikatakan jujur, tetap saja KPK, BPKP, Polisi, dan lain sebagainya diperlukan. Karena sebagai penguji dan pengukur sejauhmana sistem pemerintahan berjalan dengan baik. Diambil contoh, SPBU mempunyai alat ukur liter, yang selalu diawasi oleh badan pengawas perindustrian dan perdagangan. Seandainya alat ukur tersebut selalu mengukur dalam keadaan baik, apakah tim penguji perindustrian tidak diperlukan lagi? Jawabnya tentu masih diperlukan, karena alat ukur tersebut, berfungsi baik maupun tidak baik, harus diuji terus secara rutin, untuk memastikan bahwa alat ukur berfungsi dengan baik.

      Nah begitu pulalah sistem pemerintahan. jika sudah jujur apakah badan pengawas tidak diperlukan lagi? Jawabannya tentu diperlukan.

      Hapus
    2. Kalau alat ukur BBM tetap diperlukan karena BBM secara alami mmenguap walaupun tidak diuapkan oleh manusia... alatnya tetap namun hal itu bukan berarti hilangnya kejujuran. Memang di negeri ini sistem tsb masih diperlukan karena setan tak mungkin tinggal diam dengan konsep kejujuran itu, kita berdakwah agar kita dan saudara kita berbuat jujur itu sekedar memenuhi perintah saja sedangkan keberhasilan dakwah bukan kompetensi kita... yg jelas kejujuran itu tetap didakwahkan...

      Hapus
    3. Terima kasih atas komentarnya, Ya benar sekali perlu adanya upaya kita untuk membuat agar sistem tersebut menjadi sistem yang senantiasa jujur.

      Dakwah juga butuh proses. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam berdakwah, perlu pembelajaran pada masyarakat. Kalau kita berdakwah, kemudian diam menunggu hasil, dakwah seperti ini pasti tidak berhasil. Buktinya berapa banyak Mubaligh sekarang yang menyampaikan kebenaran dan keharusan kejujuran, kemudian diam, tidak ada contoh bilhal, hasilnya tidak ada.

      Perlu adanya upaya, pemaksaan kalau bisa, untuk orang agar selalu jujur, sampai orang tersebut terbiasa jujur. Contoh kecil adalah masalah sampah, kalau tidak ada upaya pemaksaan terhadap orang-orang yang membuang sampah sembarangan, akan selamanya daerah bersih dan indah tidak akan pernah tercapai, sampai orang tersebut terbiasa membuang sampah secara teratur pada tempat yang disediakan.

      Hapus
  2. mohon sarannya...
    bagaimana jika kejujuranku melukai sahabat sahabatku?
    dijauhi dan dimusuhi karena pengakuanku atas perbuatan kami...
    yg paling menyedihkan aku dicap mematikan rejeki orang...
    keluarga sangat mendukungku tapi saya takut...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas komentarnya, memang sulit menegakkan kebenaran, berbuat baik ada tantangannya. Bahkan berada dijalan kebenaran digambarkan dalam al quran seperti jalan mendaki lagi sulit.

      Membaca pertanyaannya saya jadi teringat akan suatu kaidah dalam berda'wah, yang bunyinya

      1. Kullu qoulin maqooman, Kullu maqoomin qoulan, artinya setiap perkataan ada tempatnya, dan setiap tempat ada perkataannya. Maksudnya kalau tidak tepat keadaan dan tempatnya lebih baik diam. Diam bukan berarti tidak jujur.

      2. Laisya kulla maa ya'rifu yuqool; artinya tidak semua yang kamu ketahui itu dikatakan. Maksudnya kalau mengatakan semua, mungkin itu termasuk aib bagi orang lain, itu berarti ghibah atau menggunjing, ghibah atau menggunjing adalah dilarang dalam Islam. Kecuali hal yang sangat perlu dibicarakan, misalnya ada orang yang ada disekitar kita sifatnya selalu menipu orang lain, atau pencuri, nah ini penting dan perlu dibicarakan dan dilaporkan kelakuannya.

      Dalam hal menentukan hal penting dan tidak penting ini, inilah yang paling penting. Ketika kita tahu orang tersebut berbuat yang tidak diridhoi Allah, maka kita diam, itu adalah selemah-lemah iman, jika kita bisa mencegah perbuatannya dengan lidah, maka lakukanlah, katakanlah perbuatan mungkar yang dilakukan orang lain, agar orang lain tidak terkena korban atas kejahatannya.

      Keputusan ada ditanganmu, dan ingat Allah senantiasa berada dan membela hamba-hambanya yang benar dan senantiasa bersabar. Saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.

      Semoga Allah memberi kekuatan pada Ukhti, amiin

      Hapus
    2. Ukhti wajib berbuat jujur juga untuk masyarakat walaupun ada satu dua orang yg harus menjadi korban dari berbagai sisinya.semoga Allah menolong anda..

      Hapus
  3. beberapa kaidah fiqih bisa dipedomani dalam berkomunikasi dan berbuat yakni:
    1. Al 'amalu biakhoffidl dlororoin: suatu perbuatan itu dilakukan dengan mengambil resiko yang paling sedikit, contoh:merusak rumah orang tanpa ijin dalam suatu kebakaran diwajibkan karena kalau tidak maka api melalui rumah tsb akan membakar habis puluhan rumah bila rumah dimaksud tidak dirobohkan. juga daripada jiwa kita hilang sedangkan jalan menyelamatkan diri tidak ada lagi kecuali dengan melumpuhkan bahkan membunuh penjahat itu maka hal harus dilakukan. contoh ringan, ketimbang mati kita boleh makan bangkai babi sekedar untuk menyambung hidup semata dan tidak boleh lebih dari itu. bisa diterapkan dalam segala sektor kehidupan...
    2.wala kullu ma tusma'u tukhbiru: Tidak semua yang kita dengar itu harus disampaikan kepada orang lain.
    3.laisal khobaru kal mu'ayanah: berita itu tidak seperti kenyataannya, sering dibumbui dan dipelintir, sehingga kita perlu jeli, teliti dan hati-hati.
    4.Qulil haqqo walau kana murron: katakanlah kebenaran itu walau resikonya pahit sekali, dalam hal ini perlu dikemas dengan diplomasi dan seni sehingga tidak terasa bahwa kalau itu pahit, ibarat buah mahoni yg pahit untuk kita telan sebagi obat dapat dimasukkan dalam cuilan pisang, insyaallah pahitnya nggak terasa... hemmm..kira2 begitu untuk ukhty...

    BalasHapus
  4. trimakasih atas ilmunya. .
    :)

    BalasHapus
  5. wah sangat menarik ustad atas ilmu nya... terima kasih :)

    BalasHapus

Kesepakatan Gencatan Senjata Gagal

#BreakingNews I Sumber pejabat israel mengusulkan gencatan senjata selama 6 pekan di Gaza, kompensasinya dibebaskannya 40 sandera Israel. Ne...