Tampilkan postingan dengan label Ramadhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 November 2011

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Tarawih

Mohon Maaf pada pembaca setia karena kesibukan, sudah lama saya tidak membuat posting blog. Kali ini saya ingin melontarkan suatu pemikiran, yang selalu menggelitik pikiran saya, yaitu mengenai tata cara pelaksanaan sholat tarawih yang dibuat empat raka'at-empat raka'at yang masing-masing empat raka'at hanya dilakukan dengan satu salam. Hal ini berdasarkan hadis Aisyah radiallohu anha: (untuk baca selengkapnya klik judul)

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِى الله عَنْهَا قَلَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ الله صَلَى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ يَزِيْدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَ عَشَرَةَ رَكْعَةً: يُصَلِىَّ, فَلاَ تَسْأََلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْأََلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثًا، قَالَتْ عَائِشَةُ: يَا رَسُولَ اللهِ اَتَنَامُ قَبْلَ اَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: يَا عَائِشَةُ: إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِى ( مُتَفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Aisyah Radhiallohu anha, ia berkata: "Rasulullah salallohi alaihi wasallam tidak pernah menambah (raka'at) pada sholat sunat bulan Ramadhan dan tidak pula melebihi bulan-bulan lainnya melebihi sebelas raka'at, beliau sholat empat raka'at, jangan kamu tanyakan tentang bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau sholat empat raka'at, jangan kamu tanyakan tentang bagusnya dan panjangnya, Kemudian beliau sholat tiga raka'at, Aisyah berkata: "Lalu aku bertanya kepada beliau: "Ya Rasulullah, apakah engkau tidur dulu, sebelum witir?" Jawab beliau: "Hai Aisyah, sesungguhnya dua mataku merasakan tidur, tetapi hatiku tidak tidur." " (Riwayat Mutafaqun alaih: Bukhari dan Muslim)


Hadis ini sepertinya menjelaskan tata cara sholat tarawih yang dilakukan empat rakaat-empat rakaat. Pandangan dan pengertian seperti ini salah. Karena ada Hadis dari Rasulullah yang menjelaskan sholat-sholat sunat siang maupun malam itu dikerjakan dua rakaat-dua rakaat.

Hadis Aisyah diatas sebenarnya menjelaskan:
  1. Sholat tarawih yang dikerjakan rasulullah jika dijumlah rakaatnya tidak lebih dari sebelas rakaat.
  2. Sholat tarawih rasulullah sangat bagus dan panjang.
  3. Sholat tarawih Rasulullah berkelompok empat rakaat-empat rakaat dengan di selingi jeda istirahat, kemudian sholat witir tiga rakaat.


Jadi sholat tarawih Rasulullah dengan adanya istirahat setiap empat rakaat. Bukankah tarawih artinya banyak istirahat? Tarawih itu artinya banyak istirahat. Berapa kali kah istirahat yang dilakukan orang sekarang dengan sholat tarawih empat rakaat satu salam? Hampir tidak ada istirahat!

Hadis yang menyatakan tentang sholat sunat dilakukan dua rakaat-dua rakaat adalah sebagai berikut:
وَ عَنِ إِبْنِ عُمَرَ رَضِىَّ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فإِذَ خَشِىَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تًوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى ( مُتَفَقٌ عَلَيْهِ، وَ للخَمْسَةِ وَ صَحَّحَهُ إِبْنُ حِبَّانْ، بِلَفْظِ:"صَلاَّةُ اللَّيلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى" وَ قَالَ النَّسائِىُّ خَطَأٌ)
Dari Ibnu Umar Radhiallohu anhu, berkata: Bersabda Rasulullahi sholallohi alaihi wa salam, "Sholat malam itu dua rakaat dua-rakaat, apabila seseorang diantara kamu takut terdesak tibanya waktu shubuh, maka cukup sholat witir satu rakaat saja." (Hadis disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim, Pada Riwayat Imam yang lima disebutkan dan dishahihkan pula oleh Imam Ibnu Hiban dengan lafaz: "Sholat malam dan siang dua rakaat-dua rakaat", kecuali Nasa'I yang mengatakannya lafaz ini salah.
Yang dimaksud sholat dua rakaat-dua rakaat disini adalah sholat sunat bukan termasuk sholat wajib.

Sabtu, 10 September 2011

Alasan Muhammadiyah memakai Metode Hisab dalam Menentukan Bulan

Ada sekedar Informasi yang ingin saya sampaikan disini, yang saya dapatkan dari seorang kenalan di facebook, dalam catatannya ia menulis, sebagaimana saya kutip dibawah ini. Kelihatannya dia sedang mengutip sebuah makalah, atau artikel, yang penulisnya bernama Inamul Haqqi Hasan, tetapi sayang dalam catatan kenalan saya itu yang berinisial Prince Heri, tidak mencantumkan secara jelas dari mana sumber kutipan tersebut. Tetapi walau demikian tidak mengurangi makna pentingnya informasi yang ia sampaikan. Berikut ini, adalah kutipan catatan tersebut.
Awal kutipan
MENGAPA MUHAMMADIYAH MEMAKAI HISAB...???

Oleh Inamul Haqqi Hasan

Salah satu saat Muhammadiyah ‘naik’ di media massa adalah ketika menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Pasalnya, Muhammadiyah yang memakai metode hisab terkenal selalu mendahului pemerintah yang memakai metode rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah. Hal ini menyebabkan ada kemungkinan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal versi Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah. Dan hal ini pula yang menyebabkan Muhammadiyah banyak menerima kritik, mulai dari tidak patuh pada pemerintah, tidak menjaga ukhuwah Islamiyah, hingga tidak mengikuti Rasullullah Saw yang jelas memakai rukyat al-hilal. Bahkan dari dalam kalangan Muhammadiyah sendiri ada yang belum bisa menerima penggunaan metode hisab ini.

Umumnya, mereka yang tidak dapat menerima hisab karena berpegang pada salah satu hadits yaitu “Berpuasalah kamu karenamelihat hilal dan bebukalah (idul fitri) karena melihat hilal pula. Jika bulanterhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’bantigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut (dan juga contoh Rasulullah Saw) sangat jelas memerintahkan penggunaan rukyat, hal itulah yang mendasari adanya pandangan bahwa metode hisab adalah suatu bid’ah yangtidak punya referensi pada Rasulullah Saw. Lalu, mengapa Muhammadiyah bersikukuh memakai metode hisab? Berikut adalah alasan-alasan yang saya ringkaskan dari makalah Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. yang disampaikan dalam pengajian Ramadhan 1431 H PP Muhammadiyah di Kampus Terpadu UMY.

Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak, ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk. Sedangkan argumen mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab, bukan rukyat, adalah sebagai berikut.

Pertama, semangat Al Qur’an adalah menggunakan hisab. Hal ini ada dalam ayat “Matahari dan bulan beredarmenurut perhitungan” (QS 55:5). Ayat ini bukan sekedar menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti sehingga dapat dihitung atau diprediksi, tetapi juga dorongan untuk menghitungnya karena banyak kegunaannya. Dalam QS Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa kegunaannya untuk mengetahi bilangan tahun dan perhitungan waktu.

Kedua, jika spirit Qur’an adalah hisab mengapa Rasulullah Saw menggunakan rukyat? Menurut Rasyid Ridha dan Mustafa AzZarqa, perintah melakukan rukyat adalah perintah ber-ilat (beralasan). Ilat perintah rukyat adalah karena ummat zaman Nabi saw adalah ummat yang ummi,tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan melakukan hisab. Ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim,“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dantidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Yaknikadang-kadang dua puluh sembilan hari dan kadang-kadang tiga puluh hari”.. Dalam kaidah fiqhiyah, hukum berlaku menurut ada atau tidak adanya ilat. Jika ada ilat, yaitu kondisi ummi sehingga tidak ada yang dapat melakukan hisab, maka berlaku perintah rukyat. Sedangkan jika ilat tidak ada (sudah ada ahli hisab), maka perintah rukyat tidak berlaku lagi. Yusuf Al Qaradawi menyebut bahwa rukyat bukan tujuan pada dirinya, melainkan hanyalah sarana. Muhammad Syakir, ahli hadits dari Mesir yang oleh Al Qaradawi disebut seorang salafi murni, menegaskan bahwa menggunakan hisab untuk menentukan bulan Qamariah adalah wajib dalam semua keadaan, kecuali di tempat di mana tidak ada orang mengetahui hisab.

Ketiga, dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender. Rukyat tidak dapat meramal tanggal jauh ke depan karena tanggal baru bisa diketahui pada H-1. Dr.Nidhal Guessoum menyebut suatu ironi besar bahwa umat Islam hingga kini tidak mempunyai sistem penanggalan terpadu yang jelas. Pada hal 6000 tahun lampau di kalangan bangsa Sumeria telah terdapat suatu sistem kalender yang terstruktur dengan baik.

Keempat, rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global. Sebaliknya, rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan Qamariah, termasuk bulan-bulan ibadah. Hal ini karena rukyat pada visibilitas pertama tidak mengcover seluruh muka bumi. Pada hari yang sama ada muka bumi yang dapat merukyat tetapi ada muka bumi lain yang tidak dapat merukyat. Kawasan bumi di atas lintang utara 60 derajat dan di bawah lintang selatan 60 derajat adalah kawasan tidak normal, di mana tidak dapat melihat hilal untuk beberapa waktu lamanya atau terlambat dapat melihatnya, yaitu ketika bulan telah besar. Apalagi kawasan lingkaran artik dan lingkaran antartika yang siang pada musim panas melabihi 24jam dan malam pada musim dingin melebihi 24 jam.

Kelima, jangkauan rukyat terbatas, dimana hanya bisa diberlakukan ke arah timur sejauh 10 jam. Orang di sebelah timur tidak mungkin menunggu rukyat di kawasan sebelah barat yang jaraknya lebih dari 10 jam. Akibatnya, rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qamariah di seluruh dunia karena keterbatasan jangkauannya. Memang, ulama zaman tengah menyatakan bahwa apabila terjadi rukyat di suatu tempat maka rukyat itu berlaku untuk seluruh muka bumi. Namun, jelas pandangan ini bertentangan dengan fakta astronomis, di zaman sekarang saat ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat jelas pendapat semacam ini tidak dapat dipertahankan.

Keenam, rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah. Bisa terjadi di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah barat sudah, atau di Makkah sudah rukyat tetapi di kawasan sebelah timur belum. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qamariah. Masalahnya, hal ini dapat menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha di ujung barat itu. Kalau kawasan barat itu menunda masuk bulan Zulhijah demi menunggu Makkah pada hal hilal sudah terpampang di ufuk mereka, ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau balau.

Argumen-argumen di atas menunjukkan bahwa rukyat tidak dapat memberikan suatu penandaan waktu yang pasti dan komprehensif. Dan karena itu tidak dapat menata waktu pelaksanaan ibadah umat Islam secara selaras diseluruh dunia. Itulah mengapa dalam upaya melakukan pengorganisasian sistem waktu Islam di dunia internasional sekarang muncul seruan agar kita memegangi hisab dan tidak lagi menggunakan rukyat.

Makalah disampaikan dalam acara Temu pakar II untuk Pengkajian Perumusan Kalender Islam (Ijtima’ al Khubara’ as Sani li Dirasat Wad at Taqwimal Islami) tahun 2008 di Maroko dalam kesimpulan dan rekomendasi (at Taqrir alKhittami wa at Tausyiyah) menyebutkan: “Masalah penggunaan hisab: parapeserta telah menyepakati bahwa pemecahan problematika penetapan bulan Qamariah di kalangan umat Islam tidak mungkin dilakukan kecuali berdasarkan penerimaan terhadap hisab dalam menetapkan awal bulan Qamariah, seperti halnya penggunaanhisab untuk menentukan waktu-waktu shalat”.

Akhir Kutipan

Rabu, 03 Agustus 2011

10 Hikmah Puasa Ramadhan


Inilah 10 Hikmah yang terkandung dalam setiap bulan Ramadhan. Sebenarnya banyak hikmah yang terkandung dalam setiap bulan Ramadhan. Karena setiap tahun Ramadhan datang, bagaikan pengunjung setia dan rutin, sehingga banyak hikmah yang ia berikan sering terabaikan. Ini adalah sepuluh diantaranya.

  1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.

  2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
    dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan Akhirat.

  3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti persaudaraan, dan silaturahmi. Di keluarga orang yang tidak mengerti akan arti persaudaraan. Persaudaraan di keluarga tidak begitu akrab, adik beradik bertengkar, Ibu dan Ayah kadang saling tidak memperhatikan. Persaudaraan dari Gang Jalanan, banyak juga perkelahiannya. Persaudaraan atas satu kelompok, satu bangsa, satu tanah air, hanya selogan dan nama, kurang sekali mendapat makna. Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid. Semuanya didapat gratis tanpa bayaran. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama saling menanyakan kabar. Sama-sama sholat tarawih tadarus dengan saling mengajarkan Qur'an, dan banyak makanan sedekah di Masjid. Ya tentunya Gratis. Persaudaraan sesama muslim sebenarnya punya pelajaran dan bab khusus, ada ayat qur'an tentang persaudaraan, ada banyak hadits nabi, tetapi jarang diperhatikan orang betapa pentingnya arti persaudaraan itu. Tetapi dibulan Ramadha ia akan tampak dengan sendirinya.

  4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di bulan Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan. Baik karena kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah mengataka orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai orang yang salah menilai atau memandang kehidupan.

  5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan. Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.

  6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

  7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, terutama yang mengandung dosa. Dibulan Ramadhan kita berpuasa. Kita menahan Lapar dan dahaga. Bukan itu saja. Tetapi juga menahan segala yang dapat membatalkan puasa, juga segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang dapat menimbulkan dosa. Sehingga di dalam bulan Ramadhan kita dapat terbiasa dan terlatih untuk menghindari dosa-dosa kita agar kita senantiasa bersih dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Latihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.

  8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan. Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa. Dengan Sabar hasutan Syeitan untuk memperuncing konflik menjadi gagal. Kitalah pemenangnya dari godaan Syeitan tersebut. Masalah orang menggunjing, memfitnah, biarlah itu jadi dosa-dosanya, janganlah kita ikut berdosa dengan dosa orang lain.

  9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana. Setiap hari kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa. Dari sekian banyak kue dan minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas teh buatan kita sendiri yang diminum. Yang lain banyak tertinggal dan sebagian terbuang keesokan harinya. Hal ini menyadarkan kita, bahwa apa yang kita beli banyak-banyak sebelum berbuka, hanyalah hawa nafsu saja. Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis! Mengapa kita harus membeli banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya tidak kita makan? Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita sedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.

  10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita. Rasa syukur kita akan adanya nikmat makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa. Kita merasakan lapar, tetapi kita masih mempunyai makanan. Bagaimana dengan orang yang merasakan lapar tetapi bukan karena ia juga puasa, tetapi karena memang tidak punya makanan? Kita sakit, kita dapat makan obat ketika buka, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak punya obat, ketika ia sakit? Kita enak, ketika kita puasa merasa lapar dan haus, kita lengahkan dengan menonton televisi atau hal-hal lain seperti internet. Bagaimana dengan orang ketika ia lapar dan haus mereka lengahkan lapar dan hausnya dengan bekerja memenuhi tuntutan majikannya? Bukan karena memang tidak punya televisi atau internet, tetapi karena tuntutan hidup, yang mengharuskan ia bekerja untuk makan hari ini dan hari ketika ia tidak bekerja. Tidakkah harusnya kita bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan pada kita?


Inilah barangkali beberapa hikmah yang didapat di bulan yang penuh hikmah dan berkah ini. Lain orang lain pula hikmah yang telah ia dapat. Allahu rahiim, Raaziq, Al Khobiir, Al Hakiim.

Sabtu, 09 Juli 2011

Marhaban Ya Ramadhan


Tidak lama lagi kita memasuki bulan suci lagi mensucikan, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, dan bulan yang penuh pengampunan, itulah bulan yang dinanti-nantikan oleh orang mukmin, yaitu bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan selain sebagai bulan suci untuk beribadah, tetapi juga bulan untuk pembelajaran, pelatihan sekaligus pembuktian pada diri kita masing-masing, pada diri setiap umat Islam, dan setiap manusia ciptaanNya. Pembelajaran bahwa ternyata tidak hanya makan dan minum kebutuhan kita, kebutuhan akan makan dan minum dapat ditekan demi untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu untuk mendapatkan ridho Allah swt.

Bukan itu saja dibalik bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah kita dapat melihat betapa efisien penggunaan waktu di bulan ramadhan, walau sekolah dan pekerjaan hanya berjalan setengah hari, atau setengah kegiatan, tetapi ternyata terbukti bahwa hasil yang dicapai ternyata tidak kurang dengan hasil yang dicapai ketika kita bekerja penuh di bulan lain, selain bulan Ramadhan.

Hal ini membuktikan bahwa perintah tuhan berpuasa di bulan Ramadhan, adalah benar-benar wahyu, yang datang dari tuhan, di peruntukkan bagi hambanya yang mukmin agar hambanya yang mukmin dapat mengambil hikmah dan pelajaran di bulan Ramadhan tersebut, selain beribadah dan mensucikan diri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS: Al Baqoroh ayat 183)

Yang diseru oleh ayat yang diatas adalah orang-orang yang beriman.

Hal ini memberikan hikmah dan pelajaran pula bagi manusia, barangkali pekerjaan kita yang sangat menyibukkan di luar bulan Ramadhan, di hari-hari biasa, yang sangat sibuk, ternyata kesibukan kita hanyalah kesibukan yang tidak efisien. Ternyata pada bulan puasa pekerjaan dapat dipotong waktu dan pekerjaannya jadi separuhnya.

Bagaimana seandainya manajemen puasa ini diterapkan pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan? Dengan waktu lebih cepat, pekerjaan lebih sedikit, biaya yang tentunya jadi lebih irit, tetapi mendapat hasil yang sama dengan pekerjaan yang dilakukan ketika di luar bulan Ramadhan. Mungkin barangkali ummat Islam akan lebih maju beberapa langkah dibanding dengan ummat-ummat lain yang diluar Islam.

Walau mungkin perlu diteliti lebih lanjut, benarkah puasa memang dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih efisien, artinya, kita dengan tidak sengaja membuang pekerjaan yang tidak perlu?

Apapun hikmah yang dikandung bulan Ramadhan tentunya harus kita sambut bulan suci ini dengan gembira, semoga memberikan berkah, kepada kita bersama. Amiin

Rabu, 08 September 2010

Fakir, Miskin, Islam dan Kepedulian Sosial


Islam mengajarkan pada kita untuk peduli pada anak yatim, fakir, miskin, orang-orang terlantar lainnya agar orang-orang terlantar tersebut selalu disantuni. Allah swt sangat mengecam orang-orang yang mengatakan dan berbuat seperti orang beriman tetapi tidak peduli dengan anak yatim dan fakir miskin. Bahkan Allah swt mencap orang-orang yang seperti demikian sebagai pendusta agama, (QS: Al Ma,un: 1 - 3).

Allah swt berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Artinya:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Pendusta agama itu adalah orang-orang tidak peduli pada fakir miskin, orang-orang terlantar, anak-anak yatim, adalah disebut dengan pendusta agama. Berarti kalau ia sholat sholatnya dusta. Kalau mereka baca qur'an, baca qur'annya dusta. Kalau ia sedekah, sedekahnya dusta. Kalau ia membayar zakat, zakatnya dusta! Jika ia mengerjakan Haji, maka Hajinya dusta. Dan setiap ibadah yang ia lakukan adalah dusta. Karena kepedulian sosial adalah dampak, atau manifestasi, atau implementasi atau penerapan dari agama dan Iman seseorang muslim terhadap agamanya.

Iman terhadap ajaran agama adalah melakukan amal shalih berupa juga peduli pada sesama manusia. Itulah sebabnya setiap ayat dalam al qur'an yang menyebut "orang-orang yang beriman" selalu diikuti dengan menyebut "dan orang-orang yang beramal shaleh."

Iman dan Amal shaleh suatu deretan pernyataan yang saling berkait yang tidak bisa lepas satu sama lain. Orang tidak bisa lepas mengatakan beriman saja jika perbuatannya tidak diiringi dengan amal shaleh. Karena ajaran Islam mengajarkan perbuatan amal shaleh. Jadi demikian pula sebaliknya jika seseorang itu tidak berbuat suatu kebajikan atau amal shaleh, maka keimanannya kepada Allah ta'ala juga perlu dipertanyakan. Dalam arti umum amal shaleh ini juga termasuk menyantuni anak-anak yatim, fakir-fakir, dan orang-orang miskin.

Kepedulian sosial merupakan tema penting dari sekian banyak tema-tema dalam al-Qur'an.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 Allah berfirman:

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(QS:Al Baqarah: 177)

Jadi disini jelas perbuatan ibadah seremonial saja yang disebut sebagai kebajikan atau amal shaleh tetapi juga harus diikuti dengan penghayatan dan perasaan saling mengasihi sesama manusia, peduli pada orang lain itulah disebut kebajikan, dan orang yang berbuat demikian adalah orang yang bertaqwa.

Perbuatan peduli pada orang terlantar, fakir miskin dan anak-anak yatim, bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan, ini suatu perbuatan yang berat. Tetapi orang yang melakukan perbuatan ini diangkat derajatnya sebagai orang yang muttaqiin dan diberi oleh Allah ganjaran yang besar baik di dunia juga pahala yang besar untuk hari akhirat.

Allah swt berfirman:


وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
فَكُّ رَقَبَةٍ
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14. atau memberi makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16. atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

Surat Al-Balad ayat 10 sampai 16

Memberi makan pada saat kelaparan, menyantuni anak yatim dan hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir, disebut sebagai jalan yang mendaki lagi sempit. Diibaratkan sebagai jalan yang mendaki lagi sempit dikarenakan berat dan susahnya jalan yang ditempuh, dan jalan atau cara ini diambil karena ini adalah mempunyai nilai yang sangat besar. Orang-orang yang menempuh jalan ini disebut orang-orang golongan kanan, yaitu orang-orang yang beriman, yang saling nasihat-menasihati dalam kesabaran dan nasihat-menasihati dalam kasih sayang. Itulah golongan kanan.

Ada pula orang-orang yang tertipu dengan simbol-simbol status. Mereka hanya mengejar simbol-simbol tersebut, tetapi tidak dapat hakikat kemuliaan sesungguhnya. Orang itu tertipu dengan gemerlap kehidupan dunia. Tetapi apabila simbol-simbol tersebut lenyap dari hadapannya maka ia merasa terhina hidup didunia.

Allah berfirman dalam surat (al-Fajr:15-20):
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
كَلَّا بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلاً لَّمّاً
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبّاً جَمّاً
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"1576.
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim1577,
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
(QS: Al-Fajr:15-20)

Allah mengecam orang-orang yang menumpuk-numpuk harta hanya untuk mengejar simbol, meraih kekuasaan dan kesenangan hidup didunia saja tanpa peduli dengan kesusahan sesama, dan kepedulian sosial. Dan Allah swt mengancam orang yang berbuat demikian dengan neraka jahim.

Allah swt berfirman:(QS: at-Takasur:1-3)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu1599,
sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

Dalam ayat diatas Allah swt menjelaskan kepada kita bahwa kita tidak boleh menumpuk-numpuk harta yang dapat melalaikan kita pada hakekatnya peduli pada orang lain dan beramal shaleh.

Diakhir surat tersebut dijelaskan:(QS: at-Takasur:8)
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Karena semua harta yang ditumpuk-tumpuk dan segala kenikmatan yang diberikan Allah tersebut akan diminta pertanggungan jawabannya dihadapan Allah kelah kemana saja harta dan kenikmatan yang telah diberikan selama ini (hidup didunia), adakah dilakukan untuk perbuatan kebajikan atau amal shaleh, peduli pada orang terlantar???

Selasa, 01 September 2009

Jujur dan Amanah dalam Islam


Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam. Bahkan bisa jadi orang pendusta ini digolongkan sebagai orang yang munafik. Orang-orang munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah.

Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Artinya:
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
[Qur'an Suran Al-Baqarah ayat 8 sampai 10]


Kalau seandainya ummat Islam seorang pendusta, tidak jujur, tentunya ketika ia menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh untuk dipercaya, karena orangnya tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah dianggap pendusta.

Bapak-bapak ibu-ibu remaja serta anak-anak sekalian.

Memang kita diciptakan manusia ini dua jalan. Jalan kejahatan dan jalan kebaikan.

Firman Allah ta'ala:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Artinya:
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [Qur'an Surat As-syam ayat 8]

Firman Allah lagi:

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ

Artinya:
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [Qur'an Surat AL-Balad ayat 10 dan 11]

Yang dimaksud dengan "dua jalan" ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan.
Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak dikerjakan, tetapi jalan kebaikan dan kebajikan adalah jalan yang sulit, mendaki lagi sukar. Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah jalan yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala, dan orang yang berada dijalan ini akan mendapat ganjaran dari allah subhanahu wata'ala. Tetapi jalan kebaikan ini tidak mudah, sulit lagi sukar.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
فَكُّ رَقَبَةٍ
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ

Artinya:
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
[Qur'an Surat Al-Balad ayat 12 sampai 16]

Demikianlah jalan kebaikan yang harus orang-orang mu'min tempuh dan selalu bersabar berada dijalannya sama seperti kita puasa dibulan ramadhan ini tetap sabar dalam menjalankan ibadah dan segala kebaikan dan kebajikan yang kita amalkan selama dalam bulan Ramadhan.

Perbuatan baik dijalan yang baik tersebut diantaranya juga bersikap jujur. Jujur dalam segala perbuatan dan perbuatan kita. Karena orang yang terbiasa tidak jujur akan selalu menjadi serentetan kebohongan berikutnya yang lambat laun menjadi kebiasaan, dan dicaplah sebagai pembohong atau pendusta, nauzubillah.

Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam tentang kejujuran adalah:

عليكم بصدق٫ فإنما الصدق يهدى إلى بّر٫ إنّ برّ يهدى إلى الجنّة٫ وإنّ كذب يهدى فجور فإنّ فجور يهدى إلي النار
[رواه متفقٌ عليه]

Artinya :
Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga. Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun Alaih]

Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan dikatakan kita sebagai orang yang jujur. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan orang yang pendusta atau tidak jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.

Jujur dan amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita sikapi. Sebagaimana rasulullah adalah seorang yang mempunyai sifat jujur, terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu kita patut menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik.

Sebagaimana Firman allah ta'ala:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 21]

Demikian yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang saya mohon ma'af wabilahi taufiq wal hidayah wasalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.

Rabu, 26 Agustus 2009

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar


Amar ma'ruf nahi mungkar adalah mengajak orang untuk berbuat kebaikan, dan nahi mungkar maksudnya mencegah seserang berbuat yang tidak baik. Dari pengertian ini dapat kita tarik pengertian bahwa apa saja yang mengajak kepada suatu kebaikan baik mengajak orang untuk sholat ke Masjid, Tadarus Al-Qur'an dan sebagainya apalagi dibulan puasa sangat bersemangat untuk melakukan ibadah, adalah merupakan amar ma'ruf dan begitu pula sebaliknya apa saja yang dilakukan untuk mencegah orang melakukan hal yang tidak baik maka adalah termasuk nahi mungkar.

Amar ma'ruf nahi munkar bukanlah semata kewajiban dan pekerjaan para ustadz dan kiyai. Tidak. Bahkan ini adalah kewajiban ini dibebankan kepada setiap pribadi muslim. Karena setiap pribadi muslim bertanggung jawab terhadap kebaikan lingkungan sekitarnya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar217; merekalah orang-orang yang beruntung. [Qur'an surat Ali Imran ayat 104]

Ayat diatas merupakan perintah kepada setiap ummat Islam bahwa untuk melakukan mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan mencegah orang lain untuk melakukan kejahatan dan kemaksiatan.


Kewajiban yang dibebankan pada ummat muslim adalah Fardu Kifayah, andai sudah ada yang melakukan hal tersebut maka kewajiban yang lain terlepas.

Tapi kewajiban hal ini jangan saling menunggu orang lain melakukannya sebab kalau tidak dilakukan segera maka ummat muslim akan terkena dosa semua.

Jika kewajiban ini tidak dilakukan oleh ummat muslim maka ingatlah akibatnya akan menimpa kaum muslimin sendiri. Karena perbuatan maksiat menggantikan perbuatan baik. Perbuatan jahat meraja lela, yang akhirnya tentu akan mengganggu ummat Islam itu sendiri kalau tidak Allah akan menimpakan azab pada tempat-tempat yang senantiasa dilakukan maksiat, dan yang terkena akibatnya bukan saja orang-orang zalim diantara orang-orang beriman, tetapi orang-orang beriman sendiri.

Allah ta'ala berfirman:

وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. [Qur'an surat Al-Anfal ayat 25]

Maka akibat dari tidak melaksanakan kewajiban amar ma'ruf ini akan menimpa bukan saja orang zalim saja diantara orang beriman tetapi seluruhnya karena orang beriman tidak melaksanakan kewajibannya mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan kejahatan.

Dan caranya mengajak dengan cara yang baik yaitu dengan cara melembutkan hati, sebelum memberi beban. Mengajak kepada kebaikan dengan cara lemah lembut dan hikmah dan membantah dengan cara yang baik adalah cara yang bijaksana dilakukan.

Allah ta'ala berfirman:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [Qur'an surat An-Nahl ayat 125]

Kalau kita melaksanakan hal tersebut diatas dengan baik dan benar maka akan kita dapat suatu lingkungan yang baik, dan kita digelar ummat terbaik yang disebut dalam Allah ta'ala dalam Quran:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. [Qur'an surat Ali Imran ayat 110]

Demikianlah barangkali sedikit yang saya sampaikan lebih kurang saya minta ma'af wabillahi taufiq wal hidayah assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Kaifiat Sholat Rasulullah


Salah satu ibadah wajib dan paling utama dalam Islam adalah sholat. Sholat bahkan dalam suatu hadits disebutkan sebagai pembedan antara orang yang muslim dan diluar Islam. Begitu pentingnya sholat dalam Islam sehingga dikatakan oleh Rasulullah salallahu alaihi wasalam sebagai tiang agama.

ألصلاة إمد الدين, فمن أقامها فقد أقام الدين, فمن تركها فقد دد الدين

Sholat itu tiang agama barang siapa yang mendirikannya maka ia adalah mendirikan agama, barang siapa yang meninggalkannya maka ia meruntuhkannya. [Hadits]

Oleh karena itu tentunya dalam mendirikan sholat kita harus bersungguh-sungguh, tidak main-main. Dalam artian bahwa dalam mendirikan sholat kita harus bersungguh-sungguh jangan sampai sholat kita jadi tidak syah atau tidak diterima tuhan.

Kalau sampai terjadi sholat kita tidak diterima tuhan percumalah kita bersusah payah sholat, karena sholat yang tidak diterima tidak saja tidak ada pahalanya malah sebaliknya boleh jadi malah dosa yang didapat atau paling tidak dianggap orang yang meruntuhkan agama, karena sholat kita tidak syah dan dianggap tidak mendirikan sholat.


Mungkinkah sholat kita tidak diterima Allah subhanahu wata'ala? Berkemungkinan besar memang demikian adanya. Karena menurut rasul dalam satu hadits diterangkan:

Sesungguhnya hamba itu akan melakukan shalat. Namun mereka tidak akan mendapatkan pahala, kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, seperenammnya, seperempatnya, sepertiganya, atau separohnya. [Hadits shahih Abu Dawud dan Nasa'i]

Oleh sebab itu kita perlu mempelajari bagaimana kaifiyat atau tata cara sholat yang benar agar sholatnya diterima tuhan.

Mungkinkah kita melakukan sholat tetapi kita berdosa?
Mungkin saja jika kita melakukan tata cara sholat yang tidak diperintahkan oleh rasul, tidak ada contoh dari rasulullah salallahu alaihi wasalam.

Tidak dalam sholat saja tetapi apapun ibadah yang kita lakukan harus berdasarkan petunjuk dan contoh dari nabi salallahu alaihi wasallam kalau tidak maka bisa berdosa. Karena menurut ilmu usul fiqih ada kaidah yang mengatakan bahwa:

الأصل عباده أدم, وممنوع, حتى يأتي الناص بأمرها

Asalnya Ibadah adalah tidak ada, dan dilarang kecuali ada dalil memerintahkan demikian

maksud dari kaidah usul fiqih ini adalah setiap apapun ibadah yang kita lakukan adalah sebenarnya tidak ada dan dilarang untuk dikerjakan. Menyembah tuhan tidak ada dan dilarang menyembah tuhan. Berkorban adalah tidak ada dan dilarang kita untuk berkorban. Dan dilarang puasa dan sebagainya. Kita diwajibkan menyembah tuhan setelah ada perintah sholat. Kita dianjurkan untuk berkorban setelah ada perintah dan tata cara korban, begitu pula dengan puasa dan sebagainya. Apabila suatu itu dilarang maka haram hukumnya dikerjakan.

Dalam hadits juga dijelaskan:

من عمل عملا ليس به أمرنا فهوا ردٌ

Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan (ibadah)yang diluar perintahku maka hal itu ditolak. [Hadits]

Itulah sebabaya bapak-bapak ibu-ibu serta anak-anak sekalian yang dimuliakan Allah, penting kiranya untuk bagi kita menuntut ilmu (terutama ilmu agama)dan memperbaiki ibadah kita agar tidak ditolak oleh Allah subhanahu wata'ala.

Inilah barangkali yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat, lebih dan kurang saya mohon maaf wabilahi taufiq wal hidayah assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Selasa, 25 Agustus 2009

Adab Menuntut Ilmu


Ilmu sangat penting bagi seorang muslim. Menuntut ilmu itu adalah wajib sebagaimana hadits menerangkan:

أطلب علم فرضة على كل المسلمين و المسلمات

Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslimin laki-laki maupun perempuan. [Al-Hadits]

Didalam Al-Qura'an banyak sekali menganjurkan kita untuk berfikir, menggunakan akal, mengkaji lebih dalam dengan ungkapan afala yatafakarun, apakah mereka tidak berfikir, afala ya'qiluun, apakah mereka tidak menggunakan akal, afala yatadabaruun, apakah mereka tidak mengkaji, dan sebagainya.

Oleh sebab itu orang yang beriman dan berilmu mendapat tempat disisi Allah lebih tinggi beberapa derajat karena pentingnya ilmu yang dimilikinya.
Sebagaimana firman Allah ta'ala:

وا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Bahkan Allah menyatakan Hanya orang-orang yang berilmulah yang hatinya merasa takut pada Allah subhanahu wata'ala.
Firman Allah:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [QS: Faathir ayat 28]

Banyak orang Islam yang berilmu pengetahuan menjagi pencerahan pemikiran Eropa abad pertengahan yang berada pada abad kegelapan. Modernitas yang kita rasakan sekarang ini tidak terlepas dari pemikir-pemikir dan Ulama Muslim yang memberikan sumbangan terhadap kemajuan zaman yang kita kecap sekarang ini. Lihatlah seperti Ibni Shina, seorang ilmuwan [Ulama] muslim yang ilmunya tentang obat-obatan dan kedokteran masih dipakai dan menjadi referansi oleh orang-orang Barat Eropa dan Amerika sampai sekarang ini. Juga Ibnu Rush, seorang pemikir politik dan sosial juga menjadi referensi barat dan ilmu menjadi bahan kajian sampai sa'at sekarang ini. Ibnu Khaldun, adalah seorang pemikir muslim tetapi sebagai dasar ilmu dan penemu ilmu sosiologi sampai sekarang. Al Khemy, adalah seorang ilmuwan kimia yang juga ulama muslim yang dulunya menjadi dasar ilmu-ilmu kimia. dan banyak lagi seperti Al-Faraby, Al Kindy, Al-Jabbar, Ibnu Jabbir, dan banyak lagi.

Ini ilmuwan yang membuat cemerlang dunia Islam sa'at itu. Kini orang Islam berhenti, mempelajari ilmu pengetahuan, karena terkagum-kagum akan ilmu pengetahuan modern yang dipersembahkan barat. Akhirnya membuat ummat Islam semakin terpuruk.

Padahal mempelajari ilmu pengetahuan bagi ummat islam adalah wajib. Tetapi ummat Islam lupa.

Saya kutip pendapat seorang pemikir dan ilmuwan barat yang mengamati fenomena mundurnya kemajuan ummat Islam Ia adalah seorang ilmuwan sosial, sejarah, filsafat peradaban bernama Max weebber. Ia berkesimpulan bahwa mundurnya Ummat Islam akibat mereka meninggalkan agamanya. Dan Majunya orang barat karena meninggalkan agamanya. Sama-sama meniggalkan tetapi hasilnya satu mengalami kemajuan dan yang satunya lagi mengalami kemunduran.

Artinya kita sekarang telah tertipu oleh barat, dengan kemajuan teknologi yang dibawanya seakan-akan merekalah yang pembawa kebenaran. Padahal kebenaran yang mereka bawa adalah berasal dari Islam.

Ummat Islam sekarang seperti terpukau oleh kemegahan ilmu pengetahuan barat sehingga mereka {ummat Islam} luput dari mengkaji ilmu pengetahuan sendiri karena sudah begitu patuhnya terhadapa aturan barat dalam penelitian. Salah satu kelemahan Ilmu barat dalam kajian ilmu pengetahuan adalah terkotak-kotaknya ilmu dalam spesialisasi bidang kajian yang kecil-kecil sehingga para ilmuwan banyak terperangkap kedalam lobang-lobang kajian yang sempit dan tidak dapat bergerak lagi.

Salah satu contoh Ilmu Hubungan Internasional yang mengkaji hubungan politik antar negara, perang, diplomasi damai, yang terpatok pada masalah itu saja sehingga tidak dapat menerangkan fenomena berkembangnya kekuatan Islam dimasa globalisasi sekarang ini. Berkembangnya kekuatan Islam di masa globalisasi sekarang terasa aneh karena bertentangan dengan teori Hubungan Internasional yang mengkaji masalah politik dan keamanan negara saja. Padahal aktor dalam perkembangan Islam tidak lagi politik, tetapi sudah berkembang kepada sejarah, agama, psikologi, sosial keagamaan, sosiologi individual dan kelompok dan sebagainya. Sehingga perkembangan Islam hanya dianggap musuh, teroris, tanpa dapat menerangkan bagaimana hubungan itu dapat terjadi.

Dlam Islam dibagi ilmu dunia dan Ilmu agama. Ilmu agama adalah wajib bagi setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan. sedangkan ilmu dunia yang keahliannya diperlukan selama manusia masih hidup didunia, tetapi ilmu tersebut dibutuhkan turun temurun maka kewajibannya menuntut ilmu tidak wajib untuk setiap orang tetapi apabiala ada satu orang dalam kelompok tersebut maka kewajiban seseorang yang lainnya tidak wajib.

Dalam Istilah islam ada ayat kauniah yang terbentang di alam ada ayat qouliyah yang tertulis dalam al=Qur'an.

Allah ta'ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 190-195:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam adalah sebagai ayat-ayat Allah yang tercipta di alam yang dapat dibaca melalui pengamatan, penelitian, laboratorium, dengan alat-alat tekhnologi seperti satelit dan sebagainya. Itulah cara-cara membaca ayat-ayat kauliyah yang tercipta oleh alam. Yang sekarang ummat Islam sudah ketinggalan ilmu dan cara membacanya.

Bapak-bapak ibu-ibu serta anak-anak dan remaja yang mulia dan dimuliakan Allah.
Demikian pentingnya ilmu dalam Islam sehingga pun Islam membagi ilmu menjadi ayat-ayat kauniyah dan qouliyah. Disinilah kelemahan ummat Islam sekarang ini kurang mengkaji Ilmu baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan modren sekarang ini, sebenarnya ilmu pengetahuan modren tersebut adalah ayat-ayat kauniyah yang sebenarnya ilmu agama saja.

dalam hadits dijelaskan:

فمن أرد دنيا فإنه بعلم, فمن أرد آخرة فإنه بعلم, فمن أردهما فإنه بعلم

Barang siapa menginginkn dunia maka hendaklah menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirah maka hendaklah menggunakan ilmu, barang siapa menhendaki kedua-duanya maka hendaklah menggunakan ilmu. [Al-Hadits]

Bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda, remaja, serta anak-anak yang mulia. Demikianlah sedikit yang saya sampaikan semoga bermanfaat, lebih dan kurang saya mohon maaf, wabillahi taufiq walhidayah assalaamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Senin, 24 Agustus 2009

Keutamaan Sedekah


Salah satu amalan yang paling mulia di dalam Islam adalah sedekah. Sedekah adalah ibadah dengan perbuatan berbagi antar sesama atas yang kita miliki secara syah dan halal. Sedekah adalah keinginan membantu orang lain karena merasakan berat dan pedihnya penderitaan orang lain sehingga timbul keinginan untuk membantu. Keinginan untuk berbagi ini merupakan sifat mulia yang meniru sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah subhanahu wata'ala adalah Maha pemberi. Kita dianjurkan untuk berbuat baik sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berbuat baik. Sebagaimana firman Allah Ta'ala ayat Qashas ayat 77:


وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ

Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu

Karena utamanya perbuatan sedekah ini sehingga banyak terminologi atau istilah-istilah dalam Islam menggunkan kata sedekah. Misalnya amal perbuatan baik disebut dengan sedekah. Pemberian yang diwajibkan terhadap ummat Islam untuk memuliakan dan mensucikan seseorang disebut zakat, dalam al Qura'an diistilahkan juga dengan sedekah.



Firman Allah subhanahu wata'ala dalam surat At-Taubah ayat 103:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ayat tersebut diatas menjelaskan perintah untuk memungut zakat bagi muslim yang telah cukup batas kekayaanya sehingga diwajibkan untuk membayar zakat.

Dalam hal ini zakat juga disebut sebagai sedekah, yaitu sedekah harta.

Setiap perbuatan kebajikan yang kita buat dibandingkan dengan sedekah sebagai kebajikan tertinggi. Seperti Hadits dari riwayat Bukhari Muslim berikut ini:

تعدل بين اثنين صدقه وتعين ارجل دابته فتحمله عليها أوترفع له عليها متاعه صدقه, والكلام طيبة صدقه٫ وكل خطوة تمسيها إلى صلاة صدقه, وطميط الأذى عن طريق صدقه٠

Berbuat Adil diantara dua orang adalah sedekah, menolong orang mengangkatkan barangnya keatas kendaraannya atau engkau membawakan barang-barangnya, adalah sedekah, setiap perkataan yang baik adalah sedekah, dan setiap langkah kaki yang dilangkahkan pergi sholat adalah sedekah, dan membuang duri dijalan adalah sedekah.

Setiap kebajikan yang kita lakukan seperti hadits diatas dibandingkan dengan sedekah.
Adapun pemberian sebagian harta kita kepada orang lain karena terasa beratnya beban yang ditanggung orang lain dan hendak meringankan beban yang diderita oleh orang lain adalah kebajikan tertinggi.

Firman Allah dalam Al-Qur'an menjelaskan kepada kita:

لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. [QS: Ali Imran ayat 92]

Apapun kebajikan atau perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan sampai kepada Allah sebelum kita mampu memberikan sebagian harta yang kita cintai.

Kebajikan yang bagaimana yang bernilai disisi Allah tersebut diselain memberikan sedekah pada orang lain?
Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 Allah berfirman:



لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Dalam ayat diatas Allah ta'ala menjelaskan kepada kita bahwa bukanlah suatu perbuatan rutinitas kita sehari-hari beribadah dengan menghadapkan wajah ke Timur dan kebarat tetapi tidak dengan niat yang ikhlas kepada allah merupakan suatu kebajikan tetapi kebajikan disini berarti jauh lebih dalam lagi yaitu beriman dengan sesungguhnya terhadap yang mesti diimani, membantu orang dengan memberikan sebagian harta, termasuk zakat, menepati janji, sabar, sholat dengan sungguh-sungguh kepada Allah itulah yang dinamakan kebajikan yang benar dan dilakukan oleh orang yang benar. Dan orang seperti itulah yang disebut dengan orang yang bertaqwa.

Dan semua itu tidak akan ada gunanya jika kita tidak dapat membuktikan kita bahwa kita bersungguh dan ikhlas melakukan dengan cara memberikan sebagian harta yang kita cintai.

Marilah kita renungkan ayat-ayat surat Al-Balad berikut ini:

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ
فَكُّ رَقَبَةٍ
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ
أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14. atau memberi makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16. atau kepada orang miskin yang sangat fakir.

Surat Al-Balad ayat 10 sampai 16

Hidup di dunia ini diciptakan dua jalan. Pertama hidup senang tetapi tidak banyak bernilai. Yang kedua hidup susah tetapi bernilai. Jalan hidup susah mendaki lagi sukar itulah yang seharusnya ditempuh oleh manusia, itulah jalan yang benar, itulah jalan yang bernilai. Tetapi sedikit orang yang mau menempuh jalan itu. Jalan itu penuh banyak pengorbanan. Yaitu jalan yang penuh pengabdian sosial. Jalan yang penuh makna kepedulian sosial bagi sesama yang susah dan penuh penderitaan. Yaitu jalan berkorban untuk membebaskan budak, memberi makan orang kelaparan, menyantuni anak yatim, dan membiayai fakir dan miskin.

Dan dalam Surat Al-Ma'un dijelaskan siapakah orang yang pendusta agama itu?
Yaitu orang yang tidak peduli pada fakir miskin, dan menelantarkan anak yatim.

Dua surat yang tersebut diatas sangat kental maknanya kepada kepedulian sosial bagi sesama muslim. Bagi yang fakir, miskin, anak yatim dan anak terlantar.

Semoga kita dapat mengambil Ibroh dan Hikmahnya. Amiin, ya Rabbal 'Alamiin.
Demikianlah sedikit yang saya sampaikan, semoga bermanfaat. Lebih dan Kurang saya mohon ma'af. Wa billahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalaamua 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..

Minggu, 23 Agustus 2009

Memakmurkan Masjid


Masjid sebagai pusat kegiatan Islam adalah tolok ukur majunya ummat islam. Sehingga ada terdengar kabar, orang Yahudi, Israel akan takut pada ummat Islam apabila jama'ah sholat shubuhnya sama banyak dengan jama'ah sholat jum'atnya. Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini timbul suatu fenomena masjid penuh dibulan ramadhan, terutama diawal-awal. Karena itu yang semula menggentarkan ummat non muslim melihatnya, tetapi kemudian yakin bahwa diakhirnya akan mulai surut. Kita harus buktikan bahwa ramainya masjid ini akan berlangsung lama sampai diakhir ramadhan. Jika memang tidak terbukti kita masing-masing mari kita intropeksi diri kita, mengapa akhir-akhir ramadhan menurun. Kalau orang-orang yang meramaikan masjid menurun berarti pertanda iman-iman orang-orang jama'ah masjid pun ikut menurun.
Hal ini menurut firman dalam surat attaubah ayat 18:

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللّهَ فَعَسَى أُوْلَـئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Diharapkan dengan adanya ramadhan ini masjid penuh, tidak hanya diawal tetapi sampai keakhir bulan ramadhan dan bahkan diluar bulan ramadhan pun masjid penuh sama seperti bulan ramadhan.


Itulah yang diharapkan dengan adanya bulan ramadhan ini. Karena bulan ramadhan ini bulan latihan. Jika di bulan Ramadhan masjid bisa penuh kenapa di luar ramadhan masjid sepi. Hanya tinggal Mu'azin yang tadinya azan kemudian jadi Imam, sekaligus makmum. Hal ini tentunya tidak diharapkan oleh bulan ramadhan. Kalau ini yang terjadi berarti harapan ramadhan menjadikan kita insan bertaqwa gagal. Artinya puasanya sebulan penuh juga gagal. Bukan berarti batal dan tidak ada pahala. Tetapi gagal disini gagal tujuannya.

Artinya diadakannya ramadhon untuk meningkatkan iman kita. Jika Iman kita tidak meningkat berarti misi tidak tercapai. Marilah kita pertahankan ramainya masjid ini sampai diluar ramadhan juga seperti ini. Karena salah satu tanda kemajuan Islam dengan ramainya masjid-masjid yang ia bangun. Sholatlah berjamaah di masjid dimanapun berada. Karena dari Anas bin Malik di ceritakan bahwa rasulullah biasa sholat dimana saja bila sudah masuk waktunya tiba walaupun di kandang kambing [Riwayat Bukhari dari Anas].

Kalau terdengar azan di masjid segeralah ke masjid untuk melakukan sholat jama'ah. Karena sholat jama'ah pahalanya lebih tinggi dua puluh tujuh derajat dibanding sholat sendiri. Orang sholat sendiri tidak mungkin mengejar pahala orang yang mengerjakan sholat jamaah di Masjid. Ibarat orang berjalan kaki dengan orang memakai kendaraan seperti kuda. Orang berjalan kaki tidak mungkin mengejar orang berkuda. Karena pahala orang sholat berjamaah lebih banyak dua puluh tujuh kali. Sama dengan melakukan sholat shubuh dua puluh tujuh kali, sholat zhuhur dua puluh tujuh kali, sholat ashar dua puluh tujuh kali, sholat maghrib dua puluh tujuh kali, sholat Isya dua puluh tujuh kali. Bisa kah kita melakukan sholat subuh sebanyak dua puluh tujuh kali dalam waktu yang sama sendiri. Jawabnya tidak boleh. Yang dibolehkan sholat berjama'ah ke Masjid, jika tidak tentunya rugi, rugi, rugi, sangat rugi.

Setiap langkah kaki kita untuk sholat adalah sedekah. Berapa langkah yang kita lakukan jika berjalan ke Masjid? Berarti sama banyaknya berapa kali sedekah yang kita lakukan.

Semoga kita dapat mempertahankan ramainya masjid ini sampai akhir ramdhan dan di luar ramdhan tetap ramai amin.

Bapak-bapak ibu-ibu sekalian...
Banyak kegiatan jika mesjid ini ramai. Permasalahan ummat dapat ditanggulangi bersama-sama jama'ah masjid. Bagi yang kekurangan penghidupan atau mata pencaharian, bisa dicarikan pekerjaan, atau diberikan modal. Kita bisa buat koperasi Masjid. Sehingga kita bisa mendapatkan bantuan modal bagi yang kurang mampu. Saya dapat melihat masjid yang seperti itu di rumbai. Masjidnya telah berhasil menjadikan seorang jama'ahnya yang miskin tidak ada pekerjaan menjadi peternak kambing yang sukses. Dan masjid tersebut telah menjadikan seorang pemuda yang menganggur menjadi pemotong rumput yang mendapat penghasilan yang lumayan menghidupkan keluarganya. dan Telah berhasil pula menjadikan jama'ahnya yang terlantar karena ditipu agen TKI gadungan, tanpa modal apa-apa mendirikan kedai kecil-kecilan yang dapat memberikan penghidupan baginya dan keluarganya. Dan belanja yang murah di koperasi. Jika ada yang sakit dikunjungi dan dibantu bersama. Kita dapat membuat klinik di Masjid dengan biaya yang murah. Masjid tempat menginap bagi musyafir, bisa dibuat ruang khusus untuk penginapan. Masjid sebagai sarana menimba ilmu perlu dibuat perpustakaan, diadakan sarana pendidikan sampai ke taraf perguruan tinggi dan sebagainya.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Ramadhan bulan Ibadah


Ibadah dibulan Ramadhan adalah kesempatan meraih keridhoan Allah subhanahu wata’ala, selain juga mengharap pengampunannya. Karena dalam suatu hadits diterangkan bahwa :

من قام رمضان إيمانا واختشابا غفر له ما تقدم من ذنبك

Barang siapa yang mendirikan malam-malam bulan Ramadhan karena penuh rasa keimanan dan pengharapan akan keridhoan Allah subhanahu wata’ala maka diampunkan dosa-dosa yang telah ia perbuat dimasa lalu. (Hadits)

Oleh karena itu kita melaksanakan ibadah Ramadhan harus Ikhlas dan penuh pengharapan akan Ridho Allah subhanahu wata’ala.

Seandainya kita melakukan hanya menunaikan kewajiban saja tentunya kita tidak mendapat berkahnya. Orang-orang ini tidak akan mendapat berkanya selain itu juga termasuk orang-orang yang tidak disapa oleh Ramadhan.


Orang-orang yang tidak Ikhlas melakukan ramadhan tentunya mempunyai nasib yang malang karena tidak disapa Ramadhan.

Dalam satu Hadits diterangkan:

كم من صائمين ليس له من صيامه إلا جوع والعطش

Berapa banyak dari orang-orang berpuasa tetapi tiada yang dapat ia peroleh dari puasanya tersebut kecuali lapar dan dahaga saja.

Tentunya sangat tidak kita harapkan hal tersebut terjadi pada diri kita.

Bulan Ramadhan adalah bulan bonus yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada kita yang bersungguh-sungguh beribadah padanya hanya semata-mata mengharap ridhonya dengan pahala yang besar dan berlipat ganda, jika dibandingkan kalau ibadah tersebut dilakukan dibulan Ramadhan.

Selain pahala yang besar jika beribadah dibulan Ramadhan maka dibulan ini dibuka pintu Tobat, sebagaimana hadits diatas, yang menjadi nama pula dibulan Ramadhan ini sebagai bulan pengampunan, Syahrul Maghfiroh

Bapak-bapak ibu-ibu serta anak-anak sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wata'ala.

Orang yang berpuasa karena Allah ta'ala, maka Allah akan banggakan orang-orang yang berpuasa ini pada seluruh alam, Dilangit, dan dihadapan seluruh para malaikatnya, Lihatlah hamba-hambaku tunduk dan patuh pada ku dengan sepenuh hati. Mengapa Allah subhanahu wata'ala membanggakan kita yang berpuasa ini? Karena Allah mengetahui yang mana yang benar-benar berpuasa dan mana yang tidak benar-benar berpuasa.

Puasa adalah ibadah syiriyah, tersembunyi, hanya pribadi orang yang berpuasa tersebut dan Allah yang tahu tentang ibadah yang ia perbuat. Karena manusia dapat ditipu, makan dan minum dapat bersembunyi dari manusia, tetapi dari hadapan Allah tidak dapat bersembunyi. Oleh sebab itu orang berpuasa juga melatih kejujurannya, kepada manusia, juga kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ibadah yang dapat kita lakukan dibulan Ramadhan adalah misalnya membaca Al-Qur'an yang pahalanya satu huruf satu kebaikan. Sama ketika kita melakukan kebaikan apa saja diluar misalnya membantu orang, membuang duri dijalan, sama pahalanya dengan membaca satu huruf al-Qur'an. Bukan Alif lam mim satu huruf kata rasul, tetapi alif satu huruf, lam setu huruf, mim satu huruf. jadi jika membaca alif lam mim maka kita akan mendapat pahala sama dengan melakukan tiga kebaikan. Dapat dibayangkan bagaimana jika dapat membaca quran satu qur'an penuh tiga puluh juz, tentunya akan mendapat pahala beribu-ribu jumlah kebaikan. Karena Al-Qur'an lebih dari enam ribu ayat, kira-kira 6.235 ayat, dan satu ayat terdiri dari beberapa huruf, rata-rata lebih dari dua puluh huruf. Membaca al-Qur'an dengan berwuduk pahalanya, yang beribu-ribu tadi, dikalikan tiga dan dibulan Ramadhan dikalikan lagi sepuluh. tentunya akan kita dapat beratus-ratus ribuh pahala kebaikan dengan hanya membaca Al-Qur'an saja.

Itu baru contoh membaca Al-Qur'an belum lagi misalkan sholat. Sholat sunat pahalanya disamakan dengan sholat wajib. Dan pahala sholat wajib lebih berlipat ganda lagi. Sholat jama'ah pahalanya 27 kali lipat dibanding dengan sholat sendiri. Kalau sholat jama'ah dilakukan dibulan Ramadhan pahalanya lebih berlipat ganda lagi. Dibanding orang yang sholat berjama'ah dengan orang sholat sendiri, seperti seseorang yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki yang dengan kecepatan 1 km perjam, dibanding dengan orang yang naik sepeda dengan 27 km perjam. Mungkinkah orang yang berjalan kaki dapat mengejar orang yang naik sepeda? tentunya tidak karena orang berjalan kaki berkali lipat kecepatannya dibanding dengan orang yang naik sepeda. Begitu pula, orang yang sholat sendiri tidak dapat mengejar pahala orang yang sholat berjama'ah.

Begitu pula sedekah: sedekah berlipat ganda pahalanya seperti sebutir padi, yang kemudian tumbuh menjadi tujuh tangkai, kemudian tiap-tiap tangkainya tumbuh seratus biji. Begitulah pahala sedekah yang telah kita buat.

Dalam satu hadits:

تعدل بين اثنين صدقه وتعين ارجل دابته فتحمله عليها أوترفع له عليها متاعه صدقه, والكلام طيبة صدقه٫ وكل خطوة تمسيها إلى صلاة صدقه, وطميط الأذى عن طريق صدقه٠

Berbuat Adil diantara dua orang adalah sedekah, menolong orang mengangkatkan barangnya keatas kendaraannya atau engkau membawakan barang-barangnya, adalah sedekah, setiap perkataan yang baik adalah sedekah, dan setiap langkah kaki yang dilangkahkan pergi sholat adalah sedekah, dan membuang duri dijalan adalah sedekah.

Dapat dibayangkan berapa sedekah yang dapat kita lakukan dibulan ramadhan dan berapa pahalanya?
Allahu a'lam

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini semoga bermanfaat hendaknya wabilahi taufiq wal hidayah asalaamu alikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Kamis, 20 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan


Salah satu kewajiban ummat Muslim adalah melakukan puasa di bulan Ramadan. Puasa dibulan Ramadan adalah salah satu rukun dari lima rukun Islam, yang salah satu rukunnya adalah puasa. Srbagai mana firman Allah Ta'ala dalam Surat Al Baqoroh ayat183 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Maka setiap diri muslim diwajibkan atasnya berpuasa yang menjadi rukun Islam tersebut yang jatuh pada bulan Ramadhan, yang Insya Allah jatuh pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2009, esok hari.


Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia bagi ummat Islam karena diturunkannya Al-Quran, Kitab suci ummat Islam yang menjadi petunjuk bagi orang-oang yang diberi predikat oleh Allah sebagai orang yang bertaqwa, sama seperti puasa yang tujuan akhirnya adalah agar orang-orang yang melakukan puasa tersebut menjadi insan yang bertaqwa di sisi Allah Subhana wata'ala.

Sebagaimana Firman Allah Subhana wata'ala:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ


(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Oleh sebab itulah Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an, yang dalam bahasa Arab disebut sebagai Syahrul Qur'an. Selain itu Ramadhan disebut juga Syahrul Syiam, bulan diwajibkan puasa atau bulan puasa. Puasa yang menjadi kewajiban ummat Islam yang sekaligus merupakn rukum Islam yang keempat, ada juga yang bilang ketiga, keduanya betul tidak perlu menjadi permasalahan.

Puasa pada hakekatnya adalah melatih diri untuk berlaku sabar, melatih kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wata'ala, melatih diri untuk selalu menigkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu wata'ala, melatih diri untuk berlaku jujur, melatih diri untuk selalu ta'at pada perintah Allah subhanahu wata'ala, sehingga tujuan puasa tercapai yang menjadikan kita sebagai insan yang bertaqwa, mudah-mudahan diri kita semua dalam mencapainya setelah puasa sebulan penuh, Amin ya rabbal 'alamiin.

Karena Ramadhan sebagai pelatih kesabaran maka disebut pulalah Ramadhan sebagai bulan kesabaran, Syahrus Shobri, Dan sebagai bulan yang penuh latihan disebut pula Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, bulan pendidikan.

Kita dididik, dilatih sebulan penuh selama Ramadhan, untuk mencapai predikat taqwa. Oleh sebab itu sangatlah rugi jika kita mensia-siakan kesempatan ini. Karena bulan ini selain bulan untuk melatih kita menjadi Insan bertaqwa, juga sebagai bulan penuh limpahan Rahmat, Syahrur Rahmah, dimana setiap amalan sunah dilipat gandakan oleh Allah subhanawata'ala pahalanya seperti amalan wajib. Satu bulan ini setiap amalan dilipat gandakan sehingga seperti bulan penuh bonus dan pahala yang extra murah, obral pahala. Barang siapa mengerjakan amalan wajib akan dilipat gandakan pahalanya berkali-kali lipat. Oleh sebab itu yang perlu dilakukan dibulan puasa ini adalah mendatangi masjid, iktikaf didalamnya, dan melakukan amalan-amalan yang sunah dan wajib yang mendapat pahala berlipat-lipat di sisi Allah subhanahu wata'ala. Oleh karena itu bulan Ramadhan disebut juga sebagai bulan limpahan berkah dari Allah subhanahu wa ta'ala, Syahrul Barokah.

Jika sedang tidak berada di Masjid, juga perlu meluangkan kesempatan untuk beribadah sunat, membaca Qur'an, memberi nasehat, berzikir dan sebagainya.

Itulah yang dimaksud oleh Rasulullah salallahu alaihi wasalam dengan mendirikan bulan Ramadhan.

Sebagaimana sabda beliau:

Barang siapa yang mendirikan bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan intropeksi diri maka, niscaya diampunkan Allah subhanahu wata'ala dosa-dosanya di masa lalu.

Pengampunan juga yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wata'ala pada bulan Ramadhan menjadikan Ramadhan juga dinamakan sebagai Syahrul maghfirah, bulan pengampunan. Karena nanti jika kita telah melewati sepuluh malam terakhir bulan ramadhan disubut sebagai malam-malam pengampunan, layalil maghfiroh.

Untuk menegakkan bulan ramadhan tersebut agar kita mendapat pengampunan Allah ta'ala salah satunya dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an. Karena bulan puasa selain namanya bulan Al-Qur'an membaca Quran termasuk cara mudah mendapatkan banyak pahala. Karean menurut Rasulullah salallohu alaihi wasalam mengabarkan pada kita semua bahwa membaca Qur'an mendapat pahala disetiap hurufnya, bukan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. Coba bayangkan bagaimana jika membaca satu Quran penuh dibulan Ramadhan, tentunya beribu-ribu pahala akan kita dapatkan dari membaca al-Qur'an.

Jika kita membaca dalam keadaan berwuduk maka pahalanya dikalikan tiga. Dan jika membaca al-Qur'an di bulan Ramadhan maka pahala yang sudah dikalikan tadi akan dikalikan lagi dengan sepuluh. tentunya akan dapat ratusan ribu pahala jika kita membaca al-Qur'an dibulan Ramadhan.

Ini baru contoh beribadah dengan membaca Al-Quran. Bagaimana dengan ibadah-ibadah yang lain seperti sholat sunat, berzikir, bersedekah. Bahkan dalam salah satu hadits disebutkan bahwa, berbuat adil terhadap sesama manusia dihitung pahalanya sebagai suatu sedekah, membantu orang lain mengangkatkan barangnya, dihitung satu sedekah, dan setiap langkah, yang dilangkahkan kaki kita pergi ke masjid dihitung sebagai satu sedekah. Caba bayangkan berapa banyak sedekah yang dapat kita buat. Apa lagi bulan Ramadhan setiap pahala sedekah yang kita lakukan pahalanya akan dikali lipatkan.

Demikianlah sedikit yang saya sampaikan semoga bermanfaat, dan semoga kita dapat menjadi Insan yang bertaqwa dalam menegakkan amalan-amalan bulan ramadhan dan segala pahala kita diridhoi olah Allah subhanahu wata'ala. Amiin Ya Rabbal 'Aalamiin.

Jumat, 10 Juli 2009

Perbedaan Penetapan Awal Ramadhan


Bulan Ramadhan sudah dekat, ini lah perayaan umat islam yang beriman dengan ibadahnya. Bulan Ramadhan pesta ibadah. Sayangnya bulan ramadhan yang dinantikan penuh berkah tersebut, di Indonesia, selalu diwarnai silang pendapat mengenai penentuan hari pertama dan akhir ramadhan. Ada yang memakai perhitungan semata dan ada mengharuskan dengan melihat hilal. Kita di Indonesia selalu berbeda karena perbedaan pandangan dan prinsip ini. Di Arab Saudi murni memakai hisab, sedangkan di Indonesia masih ada berprinsip wujudul hilal وجود الحلال (munculnya bulan sabit). NU ada kriteria minimal hilal (hilal = bulan sabit) dapat dilihat (imkamur ru’yat) yaitu 2 derajat. Standar Internasional untuk dapat melihat hilal adalah 4 derajat. Ternyata bukan perbedaan antara yang satu pakai hisab dan yang satunya lagi pakai ru’yat saja, tetapi juga pada kriteria antara ahli hisab.

Sebenarnya ketentuan rasulullah saw adalah memastikan hadirnya bulan dengan melihat bulan. Maksudnya setiap ibadah itu harus dipastikan memang waktunya sudah tepat dilaksanakan. Seperti Solat Apabila Matahari telah terbenam maka masuk waktu magrib. Kalau belum terbenam Solat Magrib tidak syah dilaksanakan, karena masuknya waktu magrib dimulai terbenamnya matahari, kalau belum terbenam ya solat magribnya tidak syah. Nah begitu pula puasa. Harus pasti masuknya bulan puasa dengan munculnya bulan sabit.

Sabda Rasulullah saw:
عَنْ اَمِيْرِ مَكَّةََ الحَارِثِ قَالَ:عَهِدَ اِلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نَنْسِكَ لِلْرُّؤْيَةِ فَاِن لَمْ نَرََهُ وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلِ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا. [ رواه : أبو داود والدارقطنى ]
Artinya: Dari amir makkah, Al-Harits Ibnu Hatib, dia telah berkata: “Telah menjanjikan rasulullah saw kepada kami supaya puasa dengan melihat bulan; jika kami tidak dapat melihat bulan itu, supaya kami puasa dengan kesaksian dua orang yang adil. “ (Riwayat: Abu dawud dan Daruquthni)


Begitu kuatnya ketentuan Rasulullah saw sehingga jika tidak dapat melihat bulan perlu saksi dua orang yang adil untuk menggantikan kesaksian akan melihat bulan sabit. Padahal melihat bulan sabit itu tidak mudah. Tetapi orang yang berpegang teguh dengan prinsip harus melihat bulan membantah dengan alasan teknologi yang ada sekarang memungkinkan milihat anak bulan setiap saat yaitu: ada Satelit Hubble.

Kalau kita dalami riwayat yang ada ketika zaman tabi’in, mereka paling tahu bagaimana ketentuan rasulullah tentang penetapan bulan Ramadhan tersebut. Sehingga pada suatu tempat yang daerahnya lebih tinggi dapat melihat bulan sabit lebih dahulu, tetapi daerah yang lebih rendah terlambat melihat hilal, maka awal puasa mereka berbeda, boleh kita simak riwayat berikut:

Dari Kuraib, sesungguhnya dia telah diutus oleh Ummul-Fadhli ke Syam untuk menemui Muawiyah. Katanya: Saya sampai di Syam, lalu saya selesaikan keperluan Ummu-Fadhli. Sewaktu saya di Syam itu terjadilah Ru’yat Hilal Ramadhan. (penampakan bulan sabit bulan Ramadhan) Saya melihat bulan sabit pada malamJjum’at, kemudian saya kembali ke Madinah pada akhir bulan. Abdulah bin Abbas bertanya pada saya, katanya: “Bila kamu melihat bulan?” Saya jawab: “Pada malam Jum’at.” Abdullah bertanya lagi: “kamu sendiri melihatnya” Saya jawab: “Ya, saya sendiri melihatnya dan orang banyakpun melihatnya pula lalu mereka puasa, dan Muawiyahpun puasa.” Kemudian berkata Abdullah: “Tetapi kami melihat bulan pada malam sabtu, maka kami teruskan puasa sampai cukup tiga puluh atau sampai kami melihat bulan.” Lalu saya bertanya: “Apakah tidak cukup, dengan Muawiyah melihat bulan dan berpuasanya?” (Maksudnya Apakah dengan ditetapkan awal bulan Ramadhan diawali dengan terlihatnya bulan sabit oleh Muawiyah dan keputusan puasa keesokan harinya tidak cukup bukti dan alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa hari Jum’atlah awal bulan Ramadhan?) Jawab Abdullah: “Tidak! Begitulah yang diperintahkan Rasulullah saw (Riwayat jama’ah ahli hadis kecuali Bukhari dan Ibnu Majah)

Karena ada perbedaan georafis antara Syam dan Madinah maka kedua daerah tersebut berbeda dalam penentuan awal ramadhan ketika itu, karena masing-masing berbeda waktu dalam melihat hilal.

Kalau dianalogikan dengan perbedaan antar Syam dan Medinah maka penggunaan satelit yang tingginya jauh dari permukaan bumi maka tidak dapat dijadikan patokan. Karena perbedaan Syam dengan Medinah dalam penentuan awal ramadhan dikarenakan tinggi Syam berada pada dataran tinggi karena daerah berbukitan, sedangkan Madinah lebih rendah karena berada di lembah pegunungan Paran. Selain itu Syam dan Madinah berbeda letak (lintang dan bujur koordinat) Geografis. Madinah di Timur Syam dan Syam di sebelah Barat Madinah, sehingga ada kemungkinan ketika malam jum’at hilal muncul lebih dahulu di Madinah dengan ketinggian kurang dari 2 derajat sehingga tidak terlihat, tetapi ketika sudut koordinat rotasi bumi dan peredaran bulan hingga di Syam sudah sama atau lebih dari 2 derajat, sehingga bulan sabit muncul di Syam. Jadi orang penduduk Madinah ketika itu baru dapat melihat munculnya hilal pada malam Sabtu.

Jika perbedaan karena tinggi rendahnya wilayah pengamatan dengan ketinggian setinggi bukit saja dapat menimbulkan perbedaan, bagaimana perbedaan tinggi antara daratan dengan satelit Hubble? Tentunya alasan bahwa bulan dapat dilihat dengan satelit tidak dapat diterima karena tinggi satelit pasti lebih tinggi dari puncak bukit, Memang Satelit Hubble dapat melihat bulan dengan tanpa halangan awan tetapi dengan ketinggian seperti itu harusnya yang ikut puasa menurut pengamatan satelit harus puasanya di satelit, karena supaya sama tingginya dengan satelit tersebut. (bercanda).

Nah dari riwayat diatas berarti penggunaan satelit hanya dapat melihat akan munculnya bulan sabit pada koordinat satelit, tidak berada pada permukaan bumi. Dengan demikian antara Satelit dengan darat dapat diibaratkan seperti Syam dan Madinah dalam contoh kasus diatas.
Dalil yang dipakai oleh Ormas Muhammadiyah dalam menentukan bulan Ramadhan

Kalau kita analogikan dengan ibadah sholat. Sholat syah dilakukan apabila telah masuh waktu. Misalnya Magrib sholah wajib dan syah dilaksanakan ketika telah masuk waktu magrib ditandai dengan terbenamnya matahari. Jadi lihat dulu matahari baru lakukan sholat. Bagaimana jika matahari tidak kelihatan misalnya karena mendung yang sangat tebal, kabut selesai hujan, kabut asap, kabut debu dan sebagainya. Ulama seluruh dunia sepakat, tanpa perbedaan, bahwa sholat dilakukan dengan melihat jam, walaupun matahari kelihatan karena tidak begitu praktis maka peredaran matahari digantikan dengan perhitungan jam. Kalau dalam mengerjakan sholat dapat disepakati dengan perhitungan jam. Kenapa penentuan waktu (hari) puasa tidak disepakati dengan menggunaka perhitungan pula? Mengingat penampakan bulan sabit tidak selalu dapat dilihat didaratan karena terlindung awan. Teropong secanggih apapun kalau cahaya bulan itu terlindung awan tebal tetap tidak bisa dilihat. Lagi pula ada masa-masa bulan sabit itu tidak dapat dilihat apabila bulan sabit muncul dibawah ufuk, terlindung oleh permukaan bumi sendiri. Kesepakatan menggunaka hisab mungkin dapat mempermudah umat islam dalam menentukan hari awal ramadhan, seperti kita ibadah sholat, cukup dengan melihat jadwal sholat dan melihat jam. Bagaimana dengan Puasa? Mungkin cukup dilihat di komputer yang ada program perhitungannya, sehingga oleh pemerintah dapat ditetapkan harinya.

Kabar dari Palestina tentang Upaya Gencatan Senjata.

Osama Hamdan: Gerakan Hamas berupaya dengan segala kekuatan dan efektivitas untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengintensifkan upaya untuk ...