Sabtu, 27 Juni 2009

Adakah Pertentangan Ayat Dalam Al-Quran?(2)


Ada pula Goldziher yang mempermasalahkan potret iblis dalam versi Al-Qur’an. Mempertanyakan perihal titah Allah kepada malaikan untuk sujud kepada Adam. Sementara Islam dikenal sangat ekstrim dalam mengingkari praktek-praktek syirik dan sujud kepada selain Allah.
Kata “sajada” memiliki banyak makna. Misalnya “Sajadat ‘ainuhu” ia memejamkan matanya “Asjadat ainaha” ia menahan pandangannya, “sajadat nakhlah” pohon kurma itu miring, “sajada”, menghormat dengan menundukkan kepala, “sajada li ‘azhimin,” hormat dihadapan pembesar.
Jelas tidak ada pertentangan dengan makna sujud
kepada Adam dan nilai-nilai tauhid. Sujud yang dimaksud adalah penghormatan yang dilatarbelakangi dengan penghormatan manusia pada manusia lainnya seperti alur kisah yang diceritakan oleh alq.
Jadi sujud pada Adam oleh para malaikat sebagaimana yang diperintahkan Allah pada mereka bukan merupakan sujud dalam artian menghormati segala-galanya tanpa batas, yang bergaris bawah ini artinya sama dengan menyembah. Tetapi sujud yang diperintahkan Allah pada malaikat adalah sujud dalam bentuk penghormatan kepada yang menciptakan Adam, walaupun aksinya sujud pada Adam, tetapi penghormatannya tetap pada Allah.
Goldziher juga mempermasalahkan adanya pertentangan antara sifat-sifat Allah, yang satau sisi, maha kasih, maha penyayang, maha pengampun dan di sisi lain maha perkasa, maha menentukan, maha keras sangsinya,
Sebenarnya Allah tidak bertentangan atas sifat-sifatnya karena sifat-sifatnya tetap tidak berubah pada objek atau sasaran kepada siapa sifat itu ditujukan. Allah SWT memilah-milah sifatnya dan tidab berlaku pada semua orang. Allah maha kasih dan maha penyayang pada orang-orang yang dikehendakinya. Allah maha perkasa dan maha keras sangsinya bagi orang-orang yang tidak mau tahu aturan hidup yang Ia ciptakan atau dengan kata lain Allah maha keras pada orang-orang yang tidak diridhoinya, dan dibencinnya. Walaupun Allah membenci tetapi tidak merubah sifat kasih dan sayang Allah. Allah tetap memberikan rizki, kebutuhan untuk hidup bagi setiap makhluk ciptaanya. Tetapi kasih sayang Allah tentunya terbatas jika dibandingkan dengan ummat yang disayanginya. Bagi ummatnya yang beriman dan diridhoinya tentunya berbeda dengan ummatnya yang tidak beriman. Orang beriman dan diridhoi Allah mendapat surga dan balasan kebaikan yang diberikan didunia maupun akhirat selain rezeki, kebutuhan hidup seperti oksigen untuk bernapas, kesempatan hidup, kesehatan dan lain-lainnya yang ada di dunia. Tetapi orang yang tadinya melanggar aturan Allah, lantas kemudian ia sadar dan taubat, maka Allah tidak memperhatikan atau tidak mempermasalahkan perbuatannya dimasa lalu, tetapi mengampuninya atas dosa-dosanya dan perbuatannya dimasa yang telah lalu tersebut.
> Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman, sesungguhnya tuhan kamu, sesudah taubat yang diiringi dengan iman itu adalah maha pengampun lagi maha penyayang.
Jadi bukan orang atau manusianya yang dibenci dan disayangi Allah tetapi lebih pada perbuatannya, sikapnya, cara pandangnya, yang menjadi patokan.
Dalam ayat ini sebenar ditujukan pada orang yang sudah Islam sendiri, tetapi tetap melakukan kejahatan. Tetapi jika orang diluar Islam tidak termasuk dalam ayat ini

Jadi kesimpulannya tidak ada pertentangan. Kelihatan sepintas seperti bertentangan tetapi setelah ditelusuri lebih dalam lagi ternyata tidak bertentangan, bahkan menambah kekaguman kita pada prinsip-prinsip Islam.

Kabar dari Palestina tentang Upaya Gencatan Senjata.

Osama Hamdan: Gerakan Hamas berupaya dengan segala kekuatan dan efektivitas untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengintensifkan upaya untuk ...