Tulisan ini hanya pemikiran saja, mungkin akan menatap jelas Islam ke depan. Tulisan ini cukup panjang, mungkin untuk membaca semuanya anda perlu waktu santai kira-kira sepuluh menit. Memang saya melihat mungkin ada salah kaprah dalam berpikir kita sekarang. Lihat saja kita selalu saja kalah dari agama lain, padahal agama kita yang kita anggap benar, dan tidak ada yang agama yang benar selain Islam, kita harus meyakini itu, mungkin karena benar itu kita jadi kalah. Kawan saya dulu pernah bertanya: "Mengapa ya, Islam ini selalu memencilkan diri, bikin pondok pesantren di hutan-hutan, di desa terpencil, jauh dari lingkungan modren dan kemajuan zaman?" Saya jawab sementara waktu itu: " itu karena ingin memelihara anak pesantren dari pengaruh-pengaruh negatif perkotaan, seperti pornografi, miras, dan pergaulan yang tidak baik." Jawab saya seadanya itu menjadi buah pikiran sekarang, karena ada yang saya dengar pondok pesantren sampai mengharamkan santri untuk baca koran dan dengarkan radio, apalagi televisi, sedangkan radio saja tidak boleh, apalagi internet. Tapi kan itu menghambat kemajuan zaman namanya, seorang santri yang terkungkung dengan lingkungan pesantren yang di hutan, putus dari informasi yang ada diluar. Akhirnya ummat Islamkan jadi bodoh sendiri, tidak berkembang, gaptek, dan kalah bersaing dengan agama lain.
Kita harus merubah cara pikir kita untuk memajukan agama kita. Kita harus berpikir bagaimana bisa memenangkan persaingan. Tidak dengan menghalalkan segala cara, tetapi dengan taktik dan strategi. Itulah yang dimaksudkan dengan berpikir strategis tersebut. Berpikir bagaimana cara memenangkan persaingan, memenangkan pertarungan, dengan taktik dan merebut posisi strategis atau menggunakan posisi strategis yang ada sekarang. Kita tidak bisa hanya berkutat pada pondok-pondok yang jauh terpencil, yang berpakaian Islam, pakai kain sarung, dan berkupiah putih haji, kerjanya hanya minta-minta dan zikir di surau? sementara objek sasaran dakwah justru ada di kota. Seorang Fakih, gelarnya saja, meminta-minta sedekah keliling kampung untuk memenuhi kehidupannya, sementara pekerjaannya hanya melakukan iktikaf suluk, selain meminta-minta. Apa imej yang didapat oleh orang ketika seorang kebetulan memperhatikan hal tersebut?
Pada zaman sekarang ini penuh persaingan. Jika kita tidak mempersiapkan diri kita dengan cara berpikir strategis, maka, kita tidak akan mengerti yang mana kawan dan yang mana lawan. Secara tidak kita sadari banyak kesempatan dan hak-hak kita diambil orang yang sedikit tidak peduli pada aturan-aturan Allah. Sedangkan aturan Allah saja dia langgar apalagi aturan manusia. Orang-orang yang selalu melanggar aturan, itu adalah musuh, sekarang mungkin dia teman, di lain kesempatan, bisa jadi kitalah sasaran kejahatannya.
Perperangan untuk memenangkan persaingan, itulah intinya. Berpikir strategis bukan berperang dalam arti sebenarnya. Hanya untuk mendapatkan posisi dan pencitraan diri yang lebih baik lagi. Seandainya kita menjadikan pencitraan diri, merendah, low profile, dan menunjukkan level dibawah standar, maka "musuh-musuh" (dalam tanda petik) "musuh-musuh kita" akan berani melawan, paling tidak coba-coba melawan, kita.
Jika kita tidak berpikir demikian, kita akan senantiasa dalam keadaan tidak siap tempur, dan selalu mendapatkan posisi-posisi yang lemah dan mudah dikalahkan karena posisi-posisi strategis sudah direbut oleh orang-orang yang berpikir strategis tapi keimanan dan kecintaanya pada Islam kurang atau tidak ada. Tampuk kekuasaan, Kendali kepemimpinan, dan posisi strategis harus dipegang oleh orang beriman.
Pada Era Global sekarang ini, perang dalam arti sesungguhnya, tidak sering terjadi, kalaupun ada selalu berselubung dengan :" Demi menjaga keamanan", " Memerangi Terorisme" ," Membersihkan senjata pemusnah massal", dan sebagainya. Perang sesungguhnya yang terjadi adalah "Perang Pemikiran", "Perang Propaganda", "Perang Merusak Moral Bangsa", "Perang Rebutan Pengaruh", "Brain Drain", "Perang Publik Opini", "Perang persaingan ekonomi", "Perebutan wilayah pasar dan produk dagang" dan banyak lagi yang lainnya. Perang seperti inilah yang sering terjadi pada zaman sekarang ini.
Tapi bukan berarti kita harus perang sesungguhnya, karena perang sesungguhnya kurang mendapat dukungan, karena banyak menanggung korban dan biaya perang yang tidak sedikit. Apalagi propaganda negara-negara adi daya, selalu saja, membuat peperangan dengan mengangkat senjata adalah tidak berperikemanusiaan, kejam, melanggar hak-hak azasi manusia, tidak suka berdamai, padahal merekalah pembuat perang, dan melanggar hak azasi manusia dengan berbagai dalih dan alasan, yang tidak dapat kita mengerti dan terbukti kebenarannya. Seandainya perang fisik pun terjadi, kita pun harus siap untuk itu, karena disitulah posisi strategisnya, kekuatan militer kita juga harus tidak lemah.
Low profile, merendah pada orang lain, lemah lembut, adalah sikap yang baik, dan bagus diamalkan menjadi kebiasaan sehari-hari. Tetapi jangan sampai sikap merendah itu menjadikan kita benar-benar jadi rendah diri, atau menunjukkan sikap yang menilai diri kita benar-benar rendah dibandingkan dengan orang lain. Cukuplah sikap-sikap positif itu menjadi profile (tampilan depan) kita saja. Tidak menjadi sikap yang benar-benar memposisikan diri kita berada dibawah.
Mengapa kita harus mengalah dengan orang lain? Sikap mengalah, tenggang rasa, adalah sikap-sikap positif yang diajarkan pada kita saat penataran Pancasila. Tetapi tidak seharusnya sikap itu lantas kita terapkan pada setiap orang tanpa pandang bulu. Karena setiap orang, tidak semua bersikap baik dan positif atas kemajuan diri kita. Jika orang yang tidak baik, kita tidak perlu bersikap baik kepadanya. Ada orang (mungkin orang) baik, niatnya tidak untuk memusuhi atau menyerang kita, tapi prilakunya hanya menghambat perkembangan dan beban saja bagi kita, orang ini patut tidak kita dukung. Saya bertemu orang yang seperti itu, sulit mengungkapkan bagaimana kejahatannya yang kelihatan wajar, tetapi sebenarnya merugikan dan sudah sistemik berada dilingkungan kita. Orang-orang ini pandai berselubung sebagai teman, rekan kerja dan sebagainya, tetapi dia jauh dari itu, memanfaatkan yang lemah, minta dukungan dan pengakuan palsu, sarjana palsu yang dapat tunjangan dari pemerintah, status pegawai tetapi tidak pernah bekerja sesuai jabatannya, orang-orang seperti ini harus diwaspadai, yang mungkin dia akan memanfaatkan kita untuk kepentingannya pribadi. Orang seperti ini wajib tidak boleh mengalah demi kepentingan pribadinya. Hanya menjadi beban saja nantinya. Jika kita harus dibebani dengan orang-orang diatas kita akan lambat berkembang dan selalu saja pada posisi lemah dan dimanfaatkan orang. Kita tidak akan pernah mendapatkan posisi strategis.
Ketika saya dengan kendaraan dengan sepeda motor tua, saya lambat terjebak di jalur sebelah kiri. Karena saya hendak belok ke kanan, tentunya akan memotong jalur-jalur cepat di sebelah kanan, dan baru ketemu jalur kedua dan di seberangnya baru bertemu simpang yang hendak saya tuju. Saya berhenti dengan posisi kendaraan agak serong ke kanan karena akan menyeberang. Saya lama juga menunggu Trans Metro lewat, dan ada beberapa kendaraan pribadi Pajero dan Fortuner lewat. Begitu kendaraan tersebut lewat, dan jalan kelihatan sepi, saya mulai memajukan kendaraan saya bermaksud hendak menyebrang. Saya kaget ketika seseorang melewati di depan hidung kendaraan saya, sambil membentak saya. Saya tidak melihatnya karena dia datang dari arah yang berlawanan. Tentu saja saya jadi balas membentak memarahinya dan tambah mengomel-ngomel. Orang yang saya omeli kelihatan lebih tua dari saya, tetapi dia dengan santainya mendengar ocehan saya seperti tanpa dosa. Jelas, jelas-jelas dia yang salah, karena datang dari arah depan saya, jelas melawan arus. Kalau ditinjau dari posisi dia, berarti dia berjalan di sebelah kanan jalan. Posisi orang tersebut jelas salah, tapi mengapa dia begitu beraninya membentak saya? Saya berpikir jawaban yang pasti adalah satu, yaitu saya memakai kendaraan tua, yang sedikit kelihatan lebih jelek dari yang dia pakai. Dan memakai jaket rombeng, yang menimbulkan imej bahwa level penghidupan saya adalah kelas bawah. Makanya dengan sepelenya dia membentak saya. Coba seandainya saya memakai mobil Fortuner atau Pajero, dengan posisi pada sepeda motor saya tadi, mungkin orang tersebut, akan berpikir untuk menyalip di depan mobil saya, jangankan mau membentak, mendekat saja tidak berani. Dari kejadian ini, dapat saya tarik pelajaran, posisi strategis, imej yang kuat, membuat orang tidak berani macam-macam kepada kita. Posisi yang lemah, gambaran (imej) yang lemah, membuat orang tergiur untuk menjatuhkan kita pada yang lebih rendah lagi. Tidak peduli kita pada posisi yang benar atau tidak. Zaman seperti sekarang ini, bagi orang seperti orang yang membentak saya tadi, berlaku hukum rimba: "Yang lemah siap jadi santapan yang kuat."
Sejak kejadian itu, dan rentetan kejadian-kejadian sebelumnya, mengertilah saya, mengapa saya selalu saja disepelekan orang. Karena bagi mereka berlaku hukum rimba tersebut. Kalau kita mau aman, kita harus merebut posisi strategis. Kalau tidak ancaman selalu saja mengintai, dan senantiasa akan selalu menjadi bulan-bulanan orang lain. Jangan salahkan orang tersebut, karena orang tersebut memang pasti salah. Seolah-olah kita berada dalam hutan rimba yang dipenuhi dengan binatang buas. Hanya kitanya lagi yang perlu meningkatkan keamanan kita dengan meraih posisi strategis dan aman.
Kita yang salah selama ini, jika kita selalu saja menciptakan sikap, dan imej rendah, murahan, sepele dan sebagainya. Yang meminta-minta dijalan memakai pakaian muslim, berpeci dan berkain sarung, ditambah lagi membaca ayat-ayat Quran dijalan. Apa Imej yang di dapat? Islam itu miskin, sepele dan sebagainya. Membuat surau-surau di dekat hutan yang sepi, dan menyendiri disana, sekali keluar dengan jubah lusuh dan jenggot yang sangat panjang. Rambut gondrong dan tasbih yang besar. Begitukah Islam? Apa imej yang di dapat? Silahkan simpulkan gambaran sendiri. Atau seperti orang mengaji di dalam Pesantren yang terpencil, dengan kiyai yang sangat disegani. Mengkaji Islam dengan kitab kuning, kelihatan kitab itu lusuh dan lama sekali umurnya. Kiyai menekankan untuk selalu mengikuti sunnah-sunnah nabi saw. Tamat dari pesantren itu, didapatinya bahwa banyak sekali perbuatan orang umum yang menyalahi ajaran yang selama ini didapat di pesantren. Sehingga dia mulai banyak tidak di sukai masyarakat karena selalu saja menganggap bid'ah tradisi yang ada di masyarakat, seperti menabur bunga di pusara, kenduri menujuh hari, Yasinan. Dia mengemukakan fatwa segala yang tidak diperbuat di zaman nabi adalah bid'ah, menonton tv haram, facebook haram. Apa imej yang di dapat? Islam tidak bermasyarakat dan anti pada kemajuan zaman.
Contoh-contoh diatas adalah menjadikan kita berada di posisi dilecehkan orang, atau pada posisi tidak strategis. Berakhlak mulia menjadikan kita pada posisi yang strategis, disegani, disenangi orang, dianggap orang baik dan sebagainya. Tetapi jadi tidak posisi strategis ketika dianggap orang sebagai orang yang terlalu baik dan gampang diajak kompromi. Tidak jelas lagi batas perbuatan baiknya. Tidak punya prinsip yang tegas dan lain sebagainya. Ibarat pepatah, berbuat baik berpada-pada berbuat jahat jangan sekali-kali dilakukan. Berbuat baik, berakhlak mulia, adalah perintah Allah swt, dan sunnah nabi saw. Tetapi berbuat baik pada orang yang tidak tepat, adalah dilarang Allah swt.
Meningkatkan kwalitas hidup, tampilan, adalah kuncinya, untuk meraih posisi strategis. Jangan apatis, terima apa adanya. Karena tuhan menciptakan manusia, supaya berusaha, dan berjuang, dan diketahui oleh tuhan siapa yang paling baik amalannya.
Orang Kafir dari agama Yahudi dan Nasrani, akan senantiasa menjadi ancaman bagi kita, kecuali kita masuk agama mereka. Orang-orang kafir adalah engkar kepada Allah. Dan siapa saja yang engkar pada Allah dia adalah musuh Allah dan berada pada kelompok musuh Allah. Hizbu Sayitan (Kelompok pembela Syaitan).
Oleh sebab itu, berperang, atau bersiap-siap untuk perang adalah sangat disarankan bagi setiap muslim. Dan bagi orang Kafir yang memusuhi Islam kita selalu siap siaga untuk berperang melawannya.
Islam memberi contoh, untuk menggunakan strategi dalam peperangan.
Kalau seandainya yang memimpin dunia adalah orang Kafir, maka, tentunya akan sewenang-wenang saja dia di muka bumi, tanpa rasa bersalah, dia akan membuat kerusakan, karena tidak ada pedoman, batas yang tegas, yang mana yang dibolehkan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Jika orang kafir yang berkuasa di dunia ini, maka, kepentinganlah yang menjadi tuhan-tuhan mereka selain Allah. Seperti Amerika serikat, penyerangannya ke Afghanistan adalah kepentingan ekonomi semata, yang berdalih memerangi Terorisme.
Kesimpulan
Kita harus merubah cara berpikir kita, yang senantiasa mengalah, membiarkan dizalimi, lemah, pasrah, menyerahkan urusannya hanya kepada Allah, sikap mengalah, tawakkal yang benar, itu bagus tetapi tidak meninggalkan berpikir bagaimana agama kita agar menang, dalam posisi yang disegani, dan terpandang; itulah yang dimaksudkan dengan berpikir strategis.
Kita harus merubah cara pikir kita untuk memajukan agama kita. Kita harus berpikir bagaimana bisa memenangkan persaingan. Tidak dengan menghalalkan segala cara, tetapi dengan taktik dan strategi. Itulah yang dimaksudkan dengan berpikir strategis tersebut. Berpikir bagaimana cara memenangkan persaingan, memenangkan pertarungan, dengan taktik dan merebut posisi strategis atau menggunakan posisi strategis yang ada sekarang. Kita tidak bisa hanya berkutat pada pondok-pondok yang jauh terpencil, yang berpakaian Islam, pakai kain sarung, dan berkupiah putih haji, kerjanya hanya minta-minta dan zikir di surau? sementara objek sasaran dakwah justru ada di kota. Seorang Fakih, gelarnya saja, meminta-minta sedekah keliling kampung untuk memenuhi kehidupannya, sementara pekerjaannya hanya melakukan iktikaf suluk, selain meminta-minta. Apa imej yang didapat oleh orang ketika seorang kebetulan memperhatikan hal tersebut?
Pada zaman sekarang ini penuh persaingan. Jika kita tidak mempersiapkan diri kita dengan cara berpikir strategis, maka, kita tidak akan mengerti yang mana kawan dan yang mana lawan. Secara tidak kita sadari banyak kesempatan dan hak-hak kita diambil orang yang sedikit tidak peduli pada aturan-aturan Allah. Sedangkan aturan Allah saja dia langgar apalagi aturan manusia. Orang-orang yang selalu melanggar aturan, itu adalah musuh, sekarang mungkin dia teman, di lain kesempatan, bisa jadi kitalah sasaran kejahatannya.
Perperangan untuk memenangkan persaingan, itulah intinya. Berpikir strategis bukan berperang dalam arti sebenarnya. Hanya untuk mendapatkan posisi dan pencitraan diri yang lebih baik lagi. Seandainya kita menjadikan pencitraan diri, merendah, low profile, dan menunjukkan level dibawah standar, maka "musuh-musuh" (dalam tanda petik) "musuh-musuh kita" akan berani melawan, paling tidak coba-coba melawan, kita.
Jika kita tidak berpikir demikian, kita akan senantiasa dalam keadaan tidak siap tempur, dan selalu mendapatkan posisi-posisi yang lemah dan mudah dikalahkan karena posisi-posisi strategis sudah direbut oleh orang-orang yang berpikir strategis tapi keimanan dan kecintaanya pada Islam kurang atau tidak ada. Tampuk kekuasaan, Kendali kepemimpinan, dan posisi strategis harus dipegang oleh orang beriman.
Pada Era Global sekarang ini, perang dalam arti sesungguhnya, tidak sering terjadi, kalaupun ada selalu berselubung dengan :" Demi menjaga keamanan", " Memerangi Terorisme" ," Membersihkan senjata pemusnah massal", dan sebagainya. Perang sesungguhnya yang terjadi adalah "Perang Pemikiran", "Perang Propaganda", "Perang Merusak Moral Bangsa", "Perang Rebutan Pengaruh", "Brain Drain", "Perang Publik Opini", "Perang persaingan ekonomi", "Perebutan wilayah pasar dan produk dagang" dan banyak lagi yang lainnya. Perang seperti inilah yang sering terjadi pada zaman sekarang ini.
Tapi bukan berarti kita harus perang sesungguhnya, karena perang sesungguhnya kurang mendapat dukungan, karena banyak menanggung korban dan biaya perang yang tidak sedikit. Apalagi propaganda negara-negara adi daya, selalu saja, membuat peperangan dengan mengangkat senjata adalah tidak berperikemanusiaan, kejam, melanggar hak-hak azasi manusia, tidak suka berdamai, padahal merekalah pembuat perang, dan melanggar hak azasi manusia dengan berbagai dalih dan alasan, yang tidak dapat kita mengerti dan terbukti kebenarannya. Seandainya perang fisik pun terjadi, kita pun harus siap untuk itu, karena disitulah posisi strategisnya, kekuatan militer kita juga harus tidak lemah.
Low profile, merendah pada orang lain, lemah lembut, adalah sikap yang baik, dan bagus diamalkan menjadi kebiasaan sehari-hari. Tetapi jangan sampai sikap merendah itu menjadikan kita benar-benar jadi rendah diri, atau menunjukkan sikap yang menilai diri kita benar-benar rendah dibandingkan dengan orang lain. Cukuplah sikap-sikap positif itu menjadi profile (tampilan depan) kita saja. Tidak menjadi sikap yang benar-benar memposisikan diri kita berada dibawah.
Mengapa kita harus mengalah dengan orang lain? Sikap mengalah, tenggang rasa, adalah sikap-sikap positif yang diajarkan pada kita saat penataran Pancasila. Tetapi tidak seharusnya sikap itu lantas kita terapkan pada setiap orang tanpa pandang bulu. Karena setiap orang, tidak semua bersikap baik dan positif atas kemajuan diri kita. Jika orang yang tidak baik, kita tidak perlu bersikap baik kepadanya. Ada orang (mungkin orang) baik, niatnya tidak untuk memusuhi atau menyerang kita, tapi prilakunya hanya menghambat perkembangan dan beban saja bagi kita, orang ini patut tidak kita dukung. Saya bertemu orang yang seperti itu, sulit mengungkapkan bagaimana kejahatannya yang kelihatan wajar, tetapi sebenarnya merugikan dan sudah sistemik berada dilingkungan kita. Orang-orang ini pandai berselubung sebagai teman, rekan kerja dan sebagainya, tetapi dia jauh dari itu, memanfaatkan yang lemah, minta dukungan dan pengakuan palsu, sarjana palsu yang dapat tunjangan dari pemerintah, status pegawai tetapi tidak pernah bekerja sesuai jabatannya, orang-orang seperti ini harus diwaspadai, yang mungkin dia akan memanfaatkan kita untuk kepentingannya pribadi. Orang seperti ini wajib tidak boleh mengalah demi kepentingan pribadinya. Hanya menjadi beban saja nantinya. Jika kita harus dibebani dengan orang-orang diatas kita akan lambat berkembang dan selalu saja pada posisi lemah dan dimanfaatkan orang. Kita tidak akan pernah mendapatkan posisi strategis.
Ketika saya dengan kendaraan dengan sepeda motor tua, saya lambat terjebak di jalur sebelah kiri. Karena saya hendak belok ke kanan, tentunya akan memotong jalur-jalur cepat di sebelah kanan, dan baru ketemu jalur kedua dan di seberangnya baru bertemu simpang yang hendak saya tuju. Saya berhenti dengan posisi kendaraan agak serong ke kanan karena akan menyeberang. Saya lama juga menunggu Trans Metro lewat, dan ada beberapa kendaraan pribadi Pajero dan Fortuner lewat. Begitu kendaraan tersebut lewat, dan jalan kelihatan sepi, saya mulai memajukan kendaraan saya bermaksud hendak menyebrang. Saya kaget ketika seseorang melewati di depan hidung kendaraan saya, sambil membentak saya. Saya tidak melihatnya karena dia datang dari arah yang berlawanan. Tentu saja saya jadi balas membentak memarahinya dan tambah mengomel-ngomel. Orang yang saya omeli kelihatan lebih tua dari saya, tetapi dia dengan santainya mendengar ocehan saya seperti tanpa dosa. Jelas, jelas-jelas dia yang salah, karena datang dari arah depan saya, jelas melawan arus. Kalau ditinjau dari posisi dia, berarti dia berjalan di sebelah kanan jalan. Posisi orang tersebut jelas salah, tapi mengapa dia begitu beraninya membentak saya? Saya berpikir jawaban yang pasti adalah satu, yaitu saya memakai kendaraan tua, yang sedikit kelihatan lebih jelek dari yang dia pakai. Dan memakai jaket rombeng, yang menimbulkan imej bahwa level penghidupan saya adalah kelas bawah. Makanya dengan sepelenya dia membentak saya. Coba seandainya saya memakai mobil Fortuner atau Pajero, dengan posisi pada sepeda motor saya tadi, mungkin orang tersebut, akan berpikir untuk menyalip di depan mobil saya, jangankan mau membentak, mendekat saja tidak berani. Dari kejadian ini, dapat saya tarik pelajaran, posisi strategis, imej yang kuat, membuat orang tidak berani macam-macam kepada kita. Posisi yang lemah, gambaran (imej) yang lemah, membuat orang tergiur untuk menjatuhkan kita pada yang lebih rendah lagi. Tidak peduli kita pada posisi yang benar atau tidak. Zaman seperti sekarang ini, bagi orang seperti orang yang membentak saya tadi, berlaku hukum rimba: "Yang lemah siap jadi santapan yang kuat."
Sejak kejadian itu, dan rentetan kejadian-kejadian sebelumnya, mengertilah saya, mengapa saya selalu saja disepelekan orang. Karena bagi mereka berlaku hukum rimba tersebut. Kalau kita mau aman, kita harus merebut posisi strategis. Kalau tidak ancaman selalu saja mengintai, dan senantiasa akan selalu menjadi bulan-bulanan orang lain. Jangan salahkan orang tersebut, karena orang tersebut memang pasti salah. Seolah-olah kita berada dalam hutan rimba yang dipenuhi dengan binatang buas. Hanya kitanya lagi yang perlu meningkatkan keamanan kita dengan meraih posisi strategis dan aman.
Kita yang salah selama ini, jika kita selalu saja menciptakan sikap, dan imej rendah, murahan, sepele dan sebagainya. Yang meminta-minta dijalan memakai pakaian muslim, berpeci dan berkain sarung, ditambah lagi membaca ayat-ayat Quran dijalan. Apa Imej yang di dapat? Islam itu miskin, sepele dan sebagainya. Membuat surau-surau di dekat hutan yang sepi, dan menyendiri disana, sekali keluar dengan jubah lusuh dan jenggot yang sangat panjang. Rambut gondrong dan tasbih yang besar. Begitukah Islam? Apa imej yang di dapat? Silahkan simpulkan gambaran sendiri. Atau seperti orang mengaji di dalam Pesantren yang terpencil, dengan kiyai yang sangat disegani. Mengkaji Islam dengan kitab kuning, kelihatan kitab itu lusuh dan lama sekali umurnya. Kiyai menekankan untuk selalu mengikuti sunnah-sunnah nabi saw. Tamat dari pesantren itu, didapatinya bahwa banyak sekali perbuatan orang umum yang menyalahi ajaran yang selama ini didapat di pesantren. Sehingga dia mulai banyak tidak di sukai masyarakat karena selalu saja menganggap bid'ah tradisi yang ada di masyarakat, seperti menabur bunga di pusara, kenduri menujuh hari, Yasinan. Dia mengemukakan fatwa segala yang tidak diperbuat di zaman nabi adalah bid'ah, menonton tv haram, facebook haram. Apa imej yang di dapat? Islam tidak bermasyarakat dan anti pada kemajuan zaman.
Contoh-contoh diatas adalah menjadikan kita berada di posisi dilecehkan orang, atau pada posisi tidak strategis. Berakhlak mulia menjadikan kita pada posisi yang strategis, disegani, disenangi orang, dianggap orang baik dan sebagainya. Tetapi jadi tidak posisi strategis ketika dianggap orang sebagai orang yang terlalu baik dan gampang diajak kompromi. Tidak jelas lagi batas perbuatan baiknya. Tidak punya prinsip yang tegas dan lain sebagainya. Ibarat pepatah, berbuat baik berpada-pada berbuat jahat jangan sekali-kali dilakukan. Berbuat baik, berakhlak mulia, adalah perintah Allah swt, dan sunnah nabi saw. Tetapi berbuat baik pada orang yang tidak tepat, adalah dilarang Allah swt.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِAyat diatas jelas melarang kita bertolong menolong dalam berbuat kejahatan. Walau kita tidak tahu, bahwa niat baik kita akan di selewengkan, atau kita memang berniat baik dalam menolong, tetapi perbuatan baik itu ternyata mempunyai andil dalam kejahatan orang tersebut, maka, kita terkena dosa dalam perbuatan kejahatan tersebut.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.(QS Al Maidah:2)
Meningkatkan kwalitas hidup, tampilan, adalah kuncinya, untuk meraih posisi strategis. Jangan apatis, terima apa adanya. Karena tuhan menciptakan manusia, supaya berusaha, dan berjuang, dan diketahui oleh tuhan siapa yang paling baik amalannya.
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌ,ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْAllah menyuruh kita berjuang. Seandainya Allah tidak menyuruh kita untuk berjuang, tentu diciptakanya kehidupan dengan dengan penuh fasilitas, tanpa harus diusahakan. Seandainya tuhan tidak menyuruk kita berjuang, tentu tidak diciptakannya orang jahat dan musuh, yang menjadi penghalang orang-orang yang menegakkan kebenaran dan berada dijalan kebaikan. Bahkan Allah swt telah mengingatkan kita tentang adanya musuh yang nyata bagi kita yaitu syaitan yang senantiasa membujuk manusia, dengan langkah dan strateginya pula.
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(QS Mulk: 1-2)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةًۭ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭDan juga orang-orang kafir yang menjadi pengikut syaitan, mengikuti langkah-langkah syaitan, dia termasuh golongan syaitan, walaupun dia memasuki agama yang bernama Yahudi, atau Nasrani, dia tetap musuh abadi. Yang harus diperjuangkan melawannya.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.(QS Al Baqarah : 208)
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS Al Baqarah : 120)
Orang Kafir dari agama Yahudi dan Nasrani, akan senantiasa menjadi ancaman bagi kita, kecuali kita masuk agama mereka. Orang-orang kafir adalah engkar kepada Allah. Dan siapa saja yang engkar pada Allah dia adalah musuh Allah dan berada pada kelompok musuh Allah. Hizbu Sayitan (Kelompok pembela Syaitan).
ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَٰنِ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَDan siapa saja yang berada dalam ketaatan pada Allah swt dia adalah Hizbullah, kelompok Pembela Allah
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.(QS Mujadilah : 19)
لَّا تَجِدُ قَوْمًۭا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.(QS Mujadilah : 22)
Oleh sebab itu, berperang, atau bersiap-siap untuk perang adalah sangat disarankan bagi setiap muslim. Dan bagi orang Kafir yang memusuhi Islam kita selalu siap siaga untuk berperang melawannya.
وَقَٰتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌۭ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ ٱنتَهَوْا۟ فَلَا عُدْوَٰنَ إِلَّا عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَAllah memerintahkan kita untuk memerangi orang-orang yang memusuhi Islam. Dapat dijadikan petunjuk bahwa Islam, memerintahkan kita untuk berpikir strategis kedepan.
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang lalim.(QS Al Baqarh : 193)
Islam memberi contoh, untuk menggunakan strategi dalam peperangan.
- Ketika perang Uhud, di masa Rasulullah, pasukan pemanah, ditempatkan dibukit Uhud, dan dipesankan kepada mereka untuk tidak meninggalkan bukit Uhud, sampai ada komando untuk turun. Seandainya strategi tidak dipakai dalam Islam, tentunya umat Islam tidak perlu menempatkan pasukan panah di bukit Uhud.
- Ketika Perang Khndak, para sahabat bersusah payah menggali parit untuk pertahanan kota Madinah. Sampai perang usai, parit tersebut sangat berfungsi menahan pasukan kafir Qurays menyerang kota Madinah, sampai perbekalan mereka habis. Seandainya tidak perlu strategi, tentunya perang itu tidak perlu membangun parit untuk peperangan, dan kemungkinan kalah pada perang tersebut besar.
- Pada perang Badar begitu pula, Rasulullah membuat pentas yang tinggi agar dapat dengan mudah memberikan komando penyerangan. Dan dengan berpikir strategis pula, Rasul meguasai sumur-sumur badar, agar musuh-musuh yang hendak menyerangnya, tidak dapat menggunakannya dan akan kehausan.
- Mengapa ketika Rasul Hijrah, tidak langsung menuju Madinah, melainkan bersembunyi dulu di gua syur? Ini adalah strategi rasulullah dalam mengelabui pengejaran.
- Mengapa ketika rasulullah berjalan Hijrah menuju Madinah, mereka mengambil jalan lain yang tidak biasa dilalui orang? Tentunya sekali lagi, Islam memberikan contoh dan teladan, untuk menggunakan strategi yang baik dalam berusaha memenangkan pertentangan.
Kalau seandainya yang memimpin dunia adalah orang Kafir, maka, tentunya akan sewenang-wenang saja dia di muka bumi, tanpa rasa bersalah, dia akan membuat kerusakan, karena tidak ada pedoman, batas yang tegas, yang mana yang dibolehkan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Jika orang kafir yang berkuasa di dunia ini, maka, kepentinganlah yang menjadi tuhan-tuhan mereka selain Allah. Seperti Amerika serikat, penyerangannya ke Afghanistan adalah kepentingan ekonomi semata, yang berdalih memerangi Terorisme.
Kesimpulan
Kita harus merubah cara berpikir kita, yang senantiasa mengalah, membiarkan dizalimi, lemah, pasrah, menyerahkan urusannya hanya kepada Allah, sikap mengalah, tawakkal yang benar, itu bagus tetapi tidak meninggalkan berpikir bagaimana agama kita agar menang, dalam posisi yang disegani, dan terpandang; itulah yang dimaksudkan dengan berpikir strategis.
pak...Lanjutkan terus artikel bapak...,
BalasHapusbyk menginspirasi masyarakat muslim se-indonesia.
seandainya seorang muslim berpikiran terbuka lebar seperti bapak...,pasti muslim yg ada skrg kuat tidak seperti buih diLautan,Yang menyedihkan skrg ini
Denny P
Sahabat muslim dari jakarta
allah huakbar
Insya Allah
Hapus2012, dan 2017 ini tulisan bapak harus disebarkan lagi. Ilmu ini tidak boleh disimpan. Terlebih sekarang ini.
BalasHapus