Secara Aqidah, tidak ada yang salah pada pengakuan kita pada tuhan. Yang salah adalah mengapa banyak orang tidak menjadikan tuhan sebagai sembahannya? Tuhan dalam artian pencipta langit dan bumi, pengatur sekalian alam, pemberi rizki, yang menentukan hidup dan mati seseorang, telah diakui adalah Allah, baik oleh orang Islam maupun Kristen dan Yahudi. Tetapi bagaimana tuhan sebagai sesembahan? Kita semua ternyata juga sepakat menempatkan Allah sebagai sesembahan, Tuhan yang mempunyai kekuatan supranatural, berkuasa melebihi segalanya, yang menentukan nasib buruk dan nasib baik dan sebagainya.
Tidak ada yang salah pula dalam konsep ketuhanan sebagai sesembahan ini. Tapi mengapa kita tidak mau menyembahnya? atau sering melalaikannya? Bukankah tuhan sebagai sesosok wujud supranatural dan superlative (maha segala-galanya)? bukankah sudah sangat cocok dan tepat diposisikan sebagai sembahan? Mengapa orang masih tidak mengindahkan segala aturan dan perintahnya? Bukankah DIA sebagai tuhan yang telah menciptakan penghidupan atau kehidupan kita?, yang sudah selayaknya mendapatkan imbalan ucapan terima kasih kita padanya atas kehidupan yang telah diberikannya pada kita dengan beribadah padanya? Bukankah sudah patut kita berbuat demikian? Dengan menyembahnya kita berarti telah menghormatinya, berterima kasih padanya, yang juga menjadikan kita sebagai diri yang mulia, karena kita telah berterimakasih padanya, berarti kita menjadi orang yang tahu berterima kasih, tahu artinya balas jasa, tahu akan betapa besarnya nilai dan harganya perngorbanan yang telah diberikan tuhan pada kita demi penghidupan kita yang sebenarnya nilai dan harganya itu tidak akan pernah dapat kita balas karena betapa besar nilai dan harga yang telah Allah berikan kepada kita. Apakah kita tidak malu menggunakan sarana dan fasilitas yang Allah telah berikan pada kita, hanya kita gunakan dan kita pakai secara gratis? Walaupun Allah swt sebenarnya tidak mengharapkan balas jasa itu semua, tetapi sadarkah kita, balasan apa yang seharusnya kita berikan sebagai wujud tanda cinta dan terima kasih kita pada tuhan yang telah memberikan pada kita segala sesuatu di dunia ini?
Kalaulah kita tidak mengerti akan balas jasa itu, apalagi tidak mau mengerti atau tidak mau tahu masalah ini, tentunya samalah kita bagaikan preman yang tukang palak dan tukang peras di jalan dan di pasar, yang kerjannya makan diwarung nasi orang tetapi tidak mau bayar, naik oplet atau bus tidak mau bayar, yang posisinya tentunya akan jadi manusia hina di mata manusia.
Tidak ada yang salah pula dalam konsep ketuhanan sebagai sesembahan ini. Tapi mengapa kita tidak mau menyembahnya? atau sering melalaikannya? Bukankah tuhan sebagai sesosok wujud supranatural dan superlative (maha segala-galanya)? bukankah sudah sangat cocok dan tepat diposisikan sebagai sembahan? Mengapa orang masih tidak mengindahkan segala aturan dan perintahnya? Bukankah DIA sebagai tuhan yang telah menciptakan penghidupan atau kehidupan kita?, yang sudah selayaknya mendapatkan imbalan ucapan terima kasih kita padanya atas kehidupan yang telah diberikannya pada kita dengan beribadah padanya? Bukankah sudah patut kita berbuat demikian? Dengan menyembahnya kita berarti telah menghormatinya, berterima kasih padanya, yang juga menjadikan kita sebagai diri yang mulia, karena kita telah berterimakasih padanya, berarti kita menjadi orang yang tahu berterima kasih, tahu artinya balas jasa, tahu akan betapa besarnya nilai dan harganya perngorbanan yang telah diberikan tuhan pada kita demi penghidupan kita yang sebenarnya nilai dan harganya itu tidak akan pernah dapat kita balas karena betapa besar nilai dan harga yang telah Allah berikan kepada kita. Apakah kita tidak malu menggunakan sarana dan fasilitas yang Allah telah berikan pada kita, hanya kita gunakan dan kita pakai secara gratis? Walaupun Allah swt sebenarnya tidak mengharapkan balas jasa itu semua, tetapi sadarkah kita, balasan apa yang seharusnya kita berikan sebagai wujud tanda cinta dan terima kasih kita pada tuhan yang telah memberikan pada kita segala sesuatu di dunia ini?
Kalaulah kita tidak mengerti akan balas jasa itu, apalagi tidak mau mengerti atau tidak mau tahu masalah ini, tentunya samalah kita bagaikan preman yang tukang palak dan tukang peras di jalan dan di pasar, yang kerjannya makan diwarung nasi orang tetapi tidak mau bayar, naik oplet atau bus tidak mau bayar, yang posisinya tentunya akan jadi manusia hina di mata manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar