Sabtu, 10 September 2011

Alasan Muhammadiyah memakai Metode Hisab dalam Menentukan Bulan

Ada sekedar Informasi yang ingin saya sampaikan disini, yang saya dapatkan dari seorang kenalan di facebook, dalam catatannya ia menulis, sebagaimana saya kutip dibawah ini. Kelihatannya dia sedang mengutip sebuah makalah, atau artikel, yang penulisnya bernama Inamul Haqqi Hasan, tetapi sayang dalam catatan kenalan saya itu yang berinisial Prince Heri, tidak mencantumkan secara jelas dari mana sumber kutipan tersebut. Tetapi walau demikian tidak mengurangi makna pentingnya informasi yang ia sampaikan. Berikut ini, adalah kutipan catatan tersebut.
Awal kutipan
MENGAPA MUHAMMADIYAH MEMAKAI HISAB...???

Oleh Inamul Haqqi Hasan

Salah satu saat Muhammadiyah ‘naik’ di media massa adalah ketika menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Pasalnya, Muhammadiyah yang memakai metode hisab terkenal selalu mendahului pemerintah yang memakai metode rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah. Hal ini menyebabkan ada kemungkinan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal versi Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah. Dan hal ini pula yang menyebabkan Muhammadiyah banyak menerima kritik, mulai dari tidak patuh pada pemerintah, tidak menjaga ukhuwah Islamiyah, hingga tidak mengikuti Rasullullah Saw yang jelas memakai rukyat al-hilal. Bahkan dari dalam kalangan Muhammadiyah sendiri ada yang belum bisa menerima penggunaan metode hisab ini.

Umumnya, mereka yang tidak dapat menerima hisab karena berpegang pada salah satu hadits yaitu “Berpuasalah kamu karenamelihat hilal dan bebukalah (idul fitri) karena melihat hilal pula. Jika bulanterhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’bantigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut (dan juga contoh Rasulullah Saw) sangat jelas memerintahkan penggunaan rukyat, hal itulah yang mendasari adanya pandangan bahwa metode hisab adalah suatu bid’ah yangtidak punya referensi pada Rasulullah Saw. Lalu, mengapa Muhammadiyah bersikukuh memakai metode hisab? Berikut adalah alasan-alasan yang saya ringkaskan dari makalah Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. yang disampaikan dalam pengajian Ramadhan 1431 H PP Muhammadiyah di Kampus Terpadu UMY.

Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak, ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk. Sedangkan argumen mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab, bukan rukyat, adalah sebagai berikut.

Pertama, semangat Al Qur’an adalah menggunakan hisab. Hal ini ada dalam ayat “Matahari dan bulan beredarmenurut perhitungan” (QS 55:5). Ayat ini bukan sekedar menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti sehingga dapat dihitung atau diprediksi, tetapi juga dorongan untuk menghitungnya karena banyak kegunaannya. Dalam QS Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa kegunaannya untuk mengetahi bilangan tahun dan perhitungan waktu.

Kedua, jika spirit Qur’an adalah hisab mengapa Rasulullah Saw menggunakan rukyat? Menurut Rasyid Ridha dan Mustafa AzZarqa, perintah melakukan rukyat adalah perintah ber-ilat (beralasan). Ilat perintah rukyat adalah karena ummat zaman Nabi saw adalah ummat yang ummi,tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan melakukan hisab. Ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim,“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dantidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Yaknikadang-kadang dua puluh sembilan hari dan kadang-kadang tiga puluh hari”.. Dalam kaidah fiqhiyah, hukum berlaku menurut ada atau tidak adanya ilat. Jika ada ilat, yaitu kondisi ummi sehingga tidak ada yang dapat melakukan hisab, maka berlaku perintah rukyat. Sedangkan jika ilat tidak ada (sudah ada ahli hisab), maka perintah rukyat tidak berlaku lagi. Yusuf Al Qaradawi menyebut bahwa rukyat bukan tujuan pada dirinya, melainkan hanyalah sarana. Muhammad Syakir, ahli hadits dari Mesir yang oleh Al Qaradawi disebut seorang salafi murni, menegaskan bahwa menggunakan hisab untuk menentukan bulan Qamariah adalah wajib dalam semua keadaan, kecuali di tempat di mana tidak ada orang mengetahui hisab.

Ketiga, dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender. Rukyat tidak dapat meramal tanggal jauh ke depan karena tanggal baru bisa diketahui pada H-1. Dr.Nidhal Guessoum menyebut suatu ironi besar bahwa umat Islam hingga kini tidak mempunyai sistem penanggalan terpadu yang jelas. Pada hal 6000 tahun lampau di kalangan bangsa Sumeria telah terdapat suatu sistem kalender yang terstruktur dengan baik.

Keempat, rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global. Sebaliknya, rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan Qamariah, termasuk bulan-bulan ibadah. Hal ini karena rukyat pada visibilitas pertama tidak mengcover seluruh muka bumi. Pada hari yang sama ada muka bumi yang dapat merukyat tetapi ada muka bumi lain yang tidak dapat merukyat. Kawasan bumi di atas lintang utara 60 derajat dan di bawah lintang selatan 60 derajat adalah kawasan tidak normal, di mana tidak dapat melihat hilal untuk beberapa waktu lamanya atau terlambat dapat melihatnya, yaitu ketika bulan telah besar. Apalagi kawasan lingkaran artik dan lingkaran antartika yang siang pada musim panas melabihi 24jam dan malam pada musim dingin melebihi 24 jam.

Kelima, jangkauan rukyat terbatas, dimana hanya bisa diberlakukan ke arah timur sejauh 10 jam. Orang di sebelah timur tidak mungkin menunggu rukyat di kawasan sebelah barat yang jaraknya lebih dari 10 jam. Akibatnya, rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qamariah di seluruh dunia karena keterbatasan jangkauannya. Memang, ulama zaman tengah menyatakan bahwa apabila terjadi rukyat di suatu tempat maka rukyat itu berlaku untuk seluruh muka bumi. Namun, jelas pandangan ini bertentangan dengan fakta astronomis, di zaman sekarang saat ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat jelas pendapat semacam ini tidak dapat dipertahankan.

Keenam, rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah. Bisa terjadi di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah barat sudah, atau di Makkah sudah rukyat tetapi di kawasan sebelah timur belum. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qamariah. Masalahnya, hal ini dapat menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha di ujung barat itu. Kalau kawasan barat itu menunda masuk bulan Zulhijah demi menunggu Makkah pada hal hilal sudah terpampang di ufuk mereka, ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau balau.

Argumen-argumen di atas menunjukkan bahwa rukyat tidak dapat memberikan suatu penandaan waktu yang pasti dan komprehensif. Dan karena itu tidak dapat menata waktu pelaksanaan ibadah umat Islam secara selaras diseluruh dunia. Itulah mengapa dalam upaya melakukan pengorganisasian sistem waktu Islam di dunia internasional sekarang muncul seruan agar kita memegangi hisab dan tidak lagi menggunakan rukyat.

Makalah disampaikan dalam acara Temu pakar II untuk Pengkajian Perumusan Kalender Islam (Ijtima’ al Khubara’ as Sani li Dirasat Wad at Taqwimal Islami) tahun 2008 di Maroko dalam kesimpulan dan rekomendasi (at Taqrir alKhittami wa at Tausyiyah) menyebutkan: “Masalah penggunaan hisab: parapeserta telah menyepakati bahwa pemecahan problematika penetapan bulan Qamariah di kalangan umat Islam tidak mungkin dilakukan kecuali berdasarkan penerimaan terhadap hisab dalam menetapkan awal bulan Qamariah, seperti halnya penggunaanhisab untuk menentukan waktu-waktu shalat”.

Akhir Kutipan

Rabu, 03 Agustus 2011

10 Hikmah Puasa Ramadhan


Inilah 10 Hikmah yang terkandung dalam setiap bulan Ramadhan. Sebenarnya banyak hikmah yang terkandung dalam setiap bulan Ramadhan. Karena setiap tahun Ramadhan datang, bagaikan pengunjung setia dan rutin, sehingga banyak hikmah yang ia berikan sering terabaikan. Ini adalah sepuluh diantaranya.

  1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.

  2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
    dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan Akhirat.

  3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti persaudaraan, dan silaturahmi. Di keluarga orang yang tidak mengerti akan arti persaudaraan. Persaudaraan di keluarga tidak begitu akrab, adik beradik bertengkar, Ibu dan Ayah kadang saling tidak memperhatikan. Persaudaraan dari Gang Jalanan, banyak juga perkelahiannya. Persaudaraan atas satu kelompok, satu bangsa, satu tanah air, hanya selogan dan nama, kurang sekali mendapat makna. Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid. Semuanya didapat gratis tanpa bayaran. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama saling menanyakan kabar. Sama-sama sholat tarawih tadarus dengan saling mengajarkan Qur'an, dan banyak makanan sedekah di Masjid. Ya tentunya Gratis. Persaudaraan sesama muslim sebenarnya punya pelajaran dan bab khusus, ada ayat qur'an tentang persaudaraan, ada banyak hadits nabi, tetapi jarang diperhatikan orang betapa pentingnya arti persaudaraan itu. Tetapi dibulan Ramadha ia akan tampak dengan sendirinya.

  4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di bulan Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan. Baik karena kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah mengataka orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai orang yang salah menilai atau memandang kehidupan.

  5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan. Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.

  6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

  7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, terutama yang mengandung dosa. Dibulan Ramadhan kita berpuasa. Kita menahan Lapar dan dahaga. Bukan itu saja. Tetapi juga menahan segala yang dapat membatalkan puasa, juga segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang dapat menimbulkan dosa. Sehingga di dalam bulan Ramadhan kita dapat terbiasa dan terlatih untuk menghindari dosa-dosa kita agar kita senantiasa bersih dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Latihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.

  8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan. Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa. Dengan Sabar hasutan Syeitan untuk memperuncing konflik menjadi gagal. Kitalah pemenangnya dari godaan Syeitan tersebut. Masalah orang menggunjing, memfitnah, biarlah itu jadi dosa-dosanya, janganlah kita ikut berdosa dengan dosa orang lain.

  9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana. Setiap hari kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa. Dari sekian banyak kue dan minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas teh buatan kita sendiri yang diminum. Yang lain banyak tertinggal dan sebagian terbuang keesokan harinya. Hal ini menyadarkan kita, bahwa apa yang kita beli banyak-banyak sebelum berbuka, hanyalah hawa nafsu saja. Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis! Mengapa kita harus membeli banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya tidak kita makan? Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita sedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.

  10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita. Rasa syukur kita akan adanya nikmat makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa. Kita merasakan lapar, tetapi kita masih mempunyai makanan. Bagaimana dengan orang yang merasakan lapar tetapi bukan karena ia juga puasa, tetapi karena memang tidak punya makanan? Kita sakit, kita dapat makan obat ketika buka, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak punya obat, ketika ia sakit? Kita enak, ketika kita puasa merasa lapar dan haus, kita lengahkan dengan menonton televisi atau hal-hal lain seperti internet. Bagaimana dengan orang ketika ia lapar dan haus mereka lengahkan lapar dan hausnya dengan bekerja memenuhi tuntutan majikannya? Bukan karena memang tidak punya televisi atau internet, tetapi karena tuntutan hidup, yang mengharuskan ia bekerja untuk makan hari ini dan hari ketika ia tidak bekerja. Tidakkah harusnya kita bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan pada kita?


Inilah barangkali beberapa hikmah yang didapat di bulan yang penuh hikmah dan berkah ini. Lain orang lain pula hikmah yang telah ia dapat. Allahu rahiim, Raaziq, Al Khobiir, Al Hakiim.

Minggu, 31 Juli 2011

Ketika Nikmat Menjadi Bencana

Nikmat adalah suatu anugrah tuhan yang tiada terkira. Bagaimana hidup dunia jika tidak diberikan kenikmatan oleh tuhan. Tentulah kehidupan dunia tidak lagi nyaman, melainkan penuh penderitaan dan kepedihan.

Tetapi Allah menciptakan kenikmatan di dunia, tetapi juga di ciptakannya penderitaan, sebagai penyeimbang dari kenikmatan tersebut. Nikmat akan terasa nikmat apabila telah mengalami penderitaan. Bagaimana jika kehidupan ini hanya nikmat saja tanpa penderitaan? Jangan dikira enak! Kenapa? Karena nikmat, nyaman, menjadi suatu hal yang biasa, dan rutin saja, bukanlah menjadi suatu kenikmatan, malah akan timbul kebosanan. Orang akan lupa bahwa kenimatan itu adalah nikmat. Orang akan sadar atas betapa pentingnya nikmat kesehatan yang telah ia miliki, apabila ia telah merasakan sakit. Ketika sakit, betapa terhalangnya segala macam perbuatan. Orang yang sakit, ia akan berkata "seandainya aku sehat". Tetapi bagi orang yang sehat tidak pernah ia teringat seandainya ia tidak sehat ia tidak dapat berbuat seperti biasa yang ia lakukan. Itulah sebabnya Allah ciptakan di dunia ini seimbang, ada sehat ada sakit, ada kaya ada miskin, ada enak ada derita, ada nikmat ada juga Bencana.
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
(QS: ayat)

Kenikmatan akan berubah menjadi bencana ketika kenikmatan tersebut diperturutkan. Menikmati kenikmatan juga ada seninya. Kenikmatan tersebut ada batasnya. Jangan terlalu diperturutkan. Karenakan akan dapat merusakkan. Rusak bukan saja nikmatnya jadi rusak, tetapi orang penikmatpun menjadi rusak. Nonton Televisi itu nikmat, tetapi menonton TV saja terus-menerus, tidak lagi nikmat. Mata butuh istirahat, badan butuh makan dan Istirahat, begitu juga Otak yang dapat lelah. Menonton Televisi dalam waktu yang lama akan menimbulkan ketegangan-ketegangan syaraf yang seharusnya butuh istirahat.

Begitu pula kenikmatan yang lainnya. Vidio Game, adalah contoh yang lebih parah lagi. Main Game Komputer atau Vidio Game selama 3 hari 3 malam tanpa tidur bisa mati ditempat.

Begitulah Allah ajarkan kepada kita untuk membatasi atas nikmat yang telah diberikan kepada kita jangan terlalau dipakai secara berlebihan. Karena akan dapat menimbulkan bencana, kerusakan. Agama Islam mengajarkan kepada kita, agar tidak memperturutkan hawa nafsu. Di bulan suci Ramadhan kita dilatih untuk hidup seimbang, wajar, dan manusiawi. Itulah Allah katakan bahwa Quran itu adalah petunjuk bagi manusia, agar manusia menjadi manusia, bukan robot.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
(QS: ayat)

Hidup seimbang, ada bekerja yang bermanfaat bagi kehidupan, ada hubungan vertikal dengan tuhan, melalui sholat, ada hubungan horizontal, sosial, ketika bertemu tetangga di masjid sholat berjamaah, Dalam sholatpun manusia rileks, semua ketegangan saraf-sarafnya mengendur, dan peredaran darahnya lancar. Ketika sujud adalah mengalirkan darah ke otak sekaligus memberikan Oksigen yang cukup bagi otak.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(QS: Al Jatsiyah ayat 23)

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
(QS: Thoha ayat 124)

Ketika orang lupa pada tuhan, menikmati kenikmatan secara berlebihan, memperturutkan hawa nafsu, bahkan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Maka manusia tidak lagi manusia. Manusianya sudah mati, yang ada hanya mayat-mayat yang berjalan, bagaikan robot-robot yang hidup tanpa ruh.

Demikianlah Allah sebenarnya mengajarkan seimbang dalam hidup kita, antar hubungan dengan tuhan dan hubungan dengan manusia, antara bekerja mencari rizki dengan menikmati hidup yang menyehatkan. Allah memberi petunjuk bagi manusia agar manusia menjadi manusia, bukan hewan, bukan robot, dan bukan mayat hidup. Allahu a'lam.

Sabtu, 30 Juli 2011

Tujuan Hidup Seorang Muslim (2)


Setiap orang mempunyai tujuan hidup dan Tujuan Hidup yang mana yang seharusnya dipilih seorang Muslim.
Tujuan Hidup seorang Mukmin
Seorang Mukmin Hidupnya disandarkan pada Allah yang maha pencipta dan penguasa kehidupan, selain kita diharuskan juga berusaha, begitu pula tujuan Hidup.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS: Al An 'aam ayat 162 )

Seperti ayat diatas, bukankah menjadi do'a setiap kali sholat, menjadi do'a pembuka sholat? Artinya hal itu memang penting dan itulah yang menjadi tujuan seorang muslim.
Segala Sholat, dan apapun ibadah yang ia lakukan, segala macam yang ada dan atas kehidupannya, Bahkan jiwanya, nyawanya, kematiannya, jika dikehendaki Allah harus mati, dia pun rela melepasnya demi keridhoan Allah semata.

Orang-orang yang tujuan hidupnya selain Allah, kehidupannya sempit sebatas dunia saja. Tidak ada bagian akhirat, bahkan mungkin tidak mempercayai adanya akhirat. Orang-orang seperti ini hanya mencari kesenangan sesaat, untuk kebutuhan dunia saja, bahkan mungkin saat ini saja, tanpa memikirkan masa depan, apalagi jauh kedepan yaitu akhirat. Orang yang hanya memikirkan kepentingan sesaat, pragmatisme, selalu tidak peduli aturan, asal kepentingan dan kebutuhan saat ini tercapai, maka akibat masa yang akan datang tidak menjadi pikirannya.
Orang-orang seperti ini tidak mau menempuh cara-cara yang sulit dan jauh, karena mereka untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja tanpa memikirkan masa depan dia maupun orang-orang yang bersamanya atau terlibat dengannya.
Sesuai sekali sebagaimana yang digambarkan tuhan kepada kita.
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu" Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta (QS: At Taubah ayat 42)


Bagi orang-orang yang tujuan hidupnya untuk mencapai keridhoan Allah, maka dia berada pada tujuan yang benar, tujuan yang haq, tujuan yang dikehendaki Allah swt yang maha pencipta dan penguasa alam raya, tujuan yang selamat dunia dan akhirat.

Orang muslim yang bersandar pada Allah dan tujuannya untuk mencapai keridhoan Allah semata, maka Allah ridho dan memberikan ganjaran berupa pahala bagi setiap kehidupannya, karena telah menjadikan kesegala kehidupannya menjadi ibadah ikhlas hanya pada Allah semata. Inilah tujuan yang dikehendaki Allah, tujuan mengapa manusia dicipatakan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(QS: Adz Dzariyaat : 56)

Diciptakan Jin dan Manusia untuk menjadikan seluruh kehidupannya menjadi ibadah semata-mata untuk mendapat ridhonya, menjadi ibadah, dan mendapat ganjaran pahala atas kehidupannya, karena Allah ridho dan sesuai dengan yang dikehendakinya.

Jika tujuannya untuk mendapat ridho Allah di setiap detik kehidupannya, maka dia berada pada jalan yang benar, berpegang pada pegangan yang kuat, pada tujuan yang tidak tergoyahkan.
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا
barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus (QS: Albaqarah ayat 256)

Meraka berjanji kepada Allah dengan syahadat yang mereka ucapkan, untuk menjadikan hidup dan matinya hanya untuk keridhoan Allah, dan dengan itu mereka rela mati, dan sebagian ada yang gugur di medan juang dan sebagian lagi menunggu-nunggu terhadap tugas perjuangan yang akan dibebankan padanya.
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), (QS: Al Ahzab ayat 23)

Sedangkan orang-orang yang tujuan hidupnya selain ridho Allah mereka hanya untuk kepentingan dunia saja. Mereka berbuat hanya untuk kebanggaan diri sendiri, kebesaran dunia sajalah yang mereka bangga-banggakan, tanpa tahu hakekat kehidupan sebenarnya.
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?(QS: ayat)

Kehebatan fisik, tubuh-tubuhnya membuat kagum, tetapi hanya itulah yang mereka cari, mereka membangga-banggakan kekuatan fisiknya, kekayaan yang mereka miliki, peralatan yang mereka punyai, tetapi hilang dari arti hakikat kehidupan, perjuangan menegakkan keadilan, sehingga mereka digambarkan seperti pohon yang tersandar, berdirinya tidak karena kekuatan akarnya, mereka lemah, dengan sedikit dorongan saja dapat rubuh seketika. Mereka mengira setiap tindak tanduk orang muslim adalah untuk menyerangnya, sehingga sekarang orang-orang seperti ini timbul penyakit yang bernama islamfobia. Allahu a'lam.

Jumat, 29 Juli 2011

Tujuan Hidup Seorang Muslim (1)


Dalam hidup harus mempunyai tujuan hidup. Hidup tanpa tujuan adalah sia-sia atau tidak berdaya guna. Bagi yang mempunyai tujuan, setiap orang yang mempunyai tujuan, tidak sama antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Mempunyai tujuan hidup saja tidak cukup, karena dari sekian banyak tujuan hidup, tentu ada satu tujuan hidup yang baik dan benar. Maka jika mempunyai tujuan hidup, maka tujuan hidup itu harus tujuan yang baik dan benar. Dalam hal ini setiap orang harus memilih, tujuan hidup yang mana yang dianggap baik dan benar. Dalam hal memilih inilah orang harus memilih dengan tepat, harus dipertimbangkan untung ruginya kalau pilihan yang tidak tepat tentunya akan mendapat kerugian. Oleh sebab itu keberhasilan seseorang dalam kehidupan sangat tergantung pada ketepatan dalam memilih ini, terutama sekali adalah memilih tujuan hidup.

Setiap perbuatan pasti ada tujuannya. Hanya saja setiap tujuan itu, bernilai baik dan benar, jika dipandang sebab akibatnya jauh kedepan. Setiap perbuatan sesungguhnya dapat dinilai dari tujuannya. Jika nilai tujuan perbuatan itu tidak baik dan benar maka perbuatan tersebut tidak baik dan benar pula.

Ada tujuan yang dapat dicapai dengan berbagai cara. Dan ada pula tujuan yang hanya dapat dicapai hanya dengan satu cara. Tujuan yang dapat dicapai dengan berbagai cara, ada yang dengan cara baik, ada dengan cara yang lebih baik, atau dengan cara yang terbaik. Kalau dengan cara buruk pun demikian, Cara Buruk, lebih buruk, sampai pada yang paling buruk. Cara mencapai tujuan adalah merupakan proses untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang hanya dapat dilaksanakan dengan satu cara, seperti seseorang yang ingin membuat roti, harus dengan cara membuat roti, tidak bisa dengan cara lain. Sholat contoh lain. Tujuan sholat hanya mendapat ridho Allah semata tidak ada yang lain. Perbuatannya adalah dengan cara yang telah ditentukan oleh Nabi dan RasulNya. Tidak syah sholat jika tidak sesuai dengan cara-cara yang diajarkan Nabi kepada kita.
Rasulullah saw pernah bersabda:
مَنْ عَمِِلََ عََمَلاً لَيْسَ بِهِ أَمْرِنََا فَهُُوَا رَئْدٌ
barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah, jika diluar perintahku maka ianya tertolak(Hadits Mutafaqun alaih)


Mengenai cara ini juga penting, karena merupakan proses tercapainya tujuan baik tujuan utama maupun tujuan antara. Jika prosesnya salah maka tujuan tidak tercapai. Oleh sebab itu bagaimana cara mencapai tujuan itu juga penting. Apakah sudah benar caranya? Kalau benar apakah cara tersebut sudah merupakan cara yang terbaik? Ini perlu dikaji ulang.

Tujuan Hidup Seorang Mukmin
Seorang Mukmin dalam sholatnya setiap pembukaan selalu berdo'a:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Tuhan semesta alam.
Inilah pernyataan yang benar, yang seharusnya dimiliki oleh seorang mukmin, segalanya diserahkan kepada Allah ta'ala, tetapi ini tidak ada paksaan, tetapi bukankah Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah semata?

Kabar dari Palestina tentang Upaya Gencatan Senjata.

Osama Hamdan: Gerakan Hamas berupaya dengan segala kekuatan dan efektivitas untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengintensifkan upaya untuk ...