Sabtu, 22 Agustus 2009

Ramadhan bulan Ibadah


Ibadah dibulan Ramadhan adalah kesempatan meraih keridhoan Allah subhanahu wata’ala, selain juga mengharap pengampunannya. Karena dalam suatu hadits diterangkan bahwa :

من قام رمضان إيمانا واختشابا غفر له ما تقدم من ذنبك

Barang siapa yang mendirikan malam-malam bulan Ramadhan karena penuh rasa keimanan dan pengharapan akan keridhoan Allah subhanahu wata’ala maka diampunkan dosa-dosa yang telah ia perbuat dimasa lalu. (Hadits)

Oleh karena itu kita melaksanakan ibadah Ramadhan harus Ikhlas dan penuh pengharapan akan Ridho Allah subhanahu wata’ala.

Seandainya kita melakukan hanya menunaikan kewajiban saja tentunya kita tidak mendapat berkahnya. Orang-orang ini tidak akan mendapat berkanya selain itu juga termasuk orang-orang yang tidak disapa oleh Ramadhan.


Orang-orang yang tidak Ikhlas melakukan ramadhan tentunya mempunyai nasib yang malang karena tidak disapa Ramadhan.

Dalam satu Hadits diterangkan:

كم من صائمين ليس له من صيامه إلا جوع والعطش

Berapa banyak dari orang-orang berpuasa tetapi tiada yang dapat ia peroleh dari puasanya tersebut kecuali lapar dan dahaga saja.

Tentunya sangat tidak kita harapkan hal tersebut terjadi pada diri kita.

Bulan Ramadhan adalah bulan bonus yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada kita yang bersungguh-sungguh beribadah padanya hanya semata-mata mengharap ridhonya dengan pahala yang besar dan berlipat ganda, jika dibandingkan kalau ibadah tersebut dilakukan dibulan Ramadhan.

Selain pahala yang besar jika beribadah dibulan Ramadhan maka dibulan ini dibuka pintu Tobat, sebagaimana hadits diatas, yang menjadi nama pula dibulan Ramadhan ini sebagai bulan pengampunan, Syahrul Maghfiroh

Bapak-bapak ibu-ibu serta anak-anak sekalian yang dimuliakan Allah subhanahu wata'ala.

Orang yang berpuasa karena Allah ta'ala, maka Allah akan banggakan orang-orang yang berpuasa ini pada seluruh alam, Dilangit, dan dihadapan seluruh para malaikatnya, Lihatlah hamba-hambaku tunduk dan patuh pada ku dengan sepenuh hati. Mengapa Allah subhanahu wata'ala membanggakan kita yang berpuasa ini? Karena Allah mengetahui yang mana yang benar-benar berpuasa dan mana yang tidak benar-benar berpuasa.

Puasa adalah ibadah syiriyah, tersembunyi, hanya pribadi orang yang berpuasa tersebut dan Allah yang tahu tentang ibadah yang ia perbuat. Karena manusia dapat ditipu, makan dan minum dapat bersembunyi dari manusia, tetapi dari hadapan Allah tidak dapat bersembunyi. Oleh sebab itu orang berpuasa juga melatih kejujurannya, kepada manusia, juga kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ibadah yang dapat kita lakukan dibulan Ramadhan adalah misalnya membaca Al-Qur'an yang pahalanya satu huruf satu kebaikan. Sama ketika kita melakukan kebaikan apa saja diluar misalnya membantu orang, membuang duri dijalan, sama pahalanya dengan membaca satu huruf al-Qur'an. Bukan Alif lam mim satu huruf kata rasul, tetapi alif satu huruf, lam setu huruf, mim satu huruf. jadi jika membaca alif lam mim maka kita akan mendapat pahala sama dengan melakukan tiga kebaikan. Dapat dibayangkan bagaimana jika dapat membaca quran satu qur'an penuh tiga puluh juz, tentunya akan mendapat pahala beribu-ribu jumlah kebaikan. Karena Al-Qur'an lebih dari enam ribu ayat, kira-kira 6.235 ayat, dan satu ayat terdiri dari beberapa huruf, rata-rata lebih dari dua puluh huruf. Membaca al-Qur'an dengan berwuduk pahalanya, yang beribu-ribu tadi, dikalikan tiga dan dibulan Ramadhan dikalikan lagi sepuluh. tentunya akan kita dapat beratus-ratus ribuh pahala kebaikan dengan hanya membaca Al-Qur'an saja.

Itu baru contoh membaca Al-Qur'an belum lagi misalkan sholat. Sholat sunat pahalanya disamakan dengan sholat wajib. Dan pahala sholat wajib lebih berlipat ganda lagi. Sholat jama'ah pahalanya 27 kali lipat dibanding dengan sholat sendiri. Kalau sholat jama'ah dilakukan dibulan Ramadhan pahalanya lebih berlipat ganda lagi. Dibanding orang yang sholat berjama'ah dengan orang sholat sendiri, seperti seseorang yang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki yang dengan kecepatan 1 km perjam, dibanding dengan orang yang naik sepeda dengan 27 km perjam. Mungkinkah orang yang berjalan kaki dapat mengejar orang yang naik sepeda? tentunya tidak karena orang berjalan kaki berkali lipat kecepatannya dibanding dengan orang yang naik sepeda. Begitu pula, orang yang sholat sendiri tidak dapat mengejar pahala orang yang sholat berjama'ah.

Begitu pula sedekah: sedekah berlipat ganda pahalanya seperti sebutir padi, yang kemudian tumbuh menjadi tujuh tangkai, kemudian tiap-tiap tangkainya tumbuh seratus biji. Begitulah pahala sedekah yang telah kita buat.

Dalam satu hadits:

تعدل بين اثنين صدقه وتعين ارجل دابته فتحمله عليها أوترفع له عليها متاعه صدقه, والكلام طيبة صدقه٫ وكل خطوة تمسيها إلى صلاة صدقه, وطميط الأذى عن طريق صدقه٠

Berbuat Adil diantara dua orang adalah sedekah, menolong orang mengangkatkan barangnya keatas kendaraannya atau engkau membawakan barang-barangnya, adalah sedekah, setiap perkataan yang baik adalah sedekah, dan setiap langkah kaki yang dilangkahkan pergi sholat adalah sedekah, dan membuang duri dijalan adalah sedekah.

Dapat dibayangkan berapa sedekah yang dapat kita lakukan dibulan ramadhan dan berapa pahalanya?
Allahu a'lam

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini semoga bermanfaat hendaknya wabilahi taufiq wal hidayah asalaamu alikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Kamis, 20 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan


Salah satu kewajiban ummat Muslim adalah melakukan puasa di bulan Ramadan. Puasa dibulan Ramadan adalah salah satu rukun dari lima rukun Islam, yang salah satu rukunnya adalah puasa. Srbagai mana firman Allah Ta'ala dalam Surat Al Baqoroh ayat183 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Maka setiap diri muslim diwajibkan atasnya berpuasa yang menjadi rukun Islam tersebut yang jatuh pada bulan Ramadhan, yang Insya Allah jatuh pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2009, esok hari.


Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia bagi ummat Islam karena diturunkannya Al-Quran, Kitab suci ummat Islam yang menjadi petunjuk bagi orang-oang yang diberi predikat oleh Allah sebagai orang yang bertaqwa, sama seperti puasa yang tujuan akhirnya adalah agar orang-orang yang melakukan puasa tersebut menjadi insan yang bertaqwa di sisi Allah Subhana wata'ala.

Sebagaimana Firman Allah Subhana wata'ala:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ


(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Oleh sebab itulah Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an, yang dalam bahasa Arab disebut sebagai Syahrul Qur'an. Selain itu Ramadhan disebut juga Syahrul Syiam, bulan diwajibkan puasa atau bulan puasa. Puasa yang menjadi kewajiban ummat Islam yang sekaligus merupakn rukum Islam yang keempat, ada juga yang bilang ketiga, keduanya betul tidak perlu menjadi permasalahan.

Puasa pada hakekatnya adalah melatih diri untuk berlaku sabar, melatih kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wata'ala, melatih diri untuk selalu menigkatkan ibadah kepada Allah Subhanahu wata'ala, melatih diri untuk berlaku jujur, melatih diri untuk selalu ta'at pada perintah Allah subhanahu wata'ala, sehingga tujuan puasa tercapai yang menjadikan kita sebagai insan yang bertaqwa, mudah-mudahan diri kita semua dalam mencapainya setelah puasa sebulan penuh, Amin ya rabbal 'alamiin.

Karena Ramadhan sebagai pelatih kesabaran maka disebut pulalah Ramadhan sebagai bulan kesabaran, Syahrus Shobri, Dan sebagai bulan yang penuh latihan disebut pula Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, bulan pendidikan.

Kita dididik, dilatih sebulan penuh selama Ramadhan, untuk mencapai predikat taqwa. Oleh sebab itu sangatlah rugi jika kita mensia-siakan kesempatan ini. Karena bulan ini selain bulan untuk melatih kita menjadi Insan bertaqwa, juga sebagai bulan penuh limpahan Rahmat, Syahrur Rahmah, dimana setiap amalan sunah dilipat gandakan oleh Allah subhanawata'ala pahalanya seperti amalan wajib. Satu bulan ini setiap amalan dilipat gandakan sehingga seperti bulan penuh bonus dan pahala yang extra murah, obral pahala. Barang siapa mengerjakan amalan wajib akan dilipat gandakan pahalanya berkali-kali lipat. Oleh sebab itu yang perlu dilakukan dibulan puasa ini adalah mendatangi masjid, iktikaf didalamnya, dan melakukan amalan-amalan yang sunah dan wajib yang mendapat pahala berlipat-lipat di sisi Allah subhanahu wata'ala. Oleh karena itu bulan Ramadhan disebut juga sebagai bulan limpahan berkah dari Allah subhanahu wa ta'ala, Syahrul Barokah.

Jika sedang tidak berada di Masjid, juga perlu meluangkan kesempatan untuk beribadah sunat, membaca Qur'an, memberi nasehat, berzikir dan sebagainya.

Itulah yang dimaksud oleh Rasulullah salallahu alaihi wasalam dengan mendirikan bulan Ramadhan.

Sebagaimana sabda beliau:

Barang siapa yang mendirikan bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan intropeksi diri maka, niscaya diampunkan Allah subhanahu wata'ala dosa-dosanya di masa lalu.

Pengampunan juga yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wata'ala pada bulan Ramadhan menjadikan Ramadhan juga dinamakan sebagai Syahrul maghfirah, bulan pengampunan. Karena nanti jika kita telah melewati sepuluh malam terakhir bulan ramadhan disubut sebagai malam-malam pengampunan, layalil maghfiroh.

Untuk menegakkan bulan ramadhan tersebut agar kita mendapat pengampunan Allah ta'ala salah satunya dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an. Karena bulan puasa selain namanya bulan Al-Qur'an membaca Quran termasuk cara mudah mendapatkan banyak pahala. Karean menurut Rasulullah salallohu alaihi wasalam mengabarkan pada kita semua bahwa membaca Qur'an mendapat pahala disetiap hurufnya, bukan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. Coba bayangkan bagaimana jika membaca satu Quran penuh dibulan Ramadhan, tentunya beribu-ribu pahala akan kita dapatkan dari membaca al-Qur'an.

Jika kita membaca dalam keadaan berwuduk maka pahalanya dikalikan tiga. Dan jika membaca al-Qur'an di bulan Ramadhan maka pahala yang sudah dikalikan tadi akan dikalikan lagi dengan sepuluh. tentunya akan dapat ratusan ribu pahala jika kita membaca al-Qur'an dibulan Ramadhan.

Ini baru contoh beribadah dengan membaca Al-Quran. Bagaimana dengan ibadah-ibadah yang lain seperti sholat sunat, berzikir, bersedekah. Bahkan dalam salah satu hadits disebutkan bahwa, berbuat adil terhadap sesama manusia dihitung pahalanya sebagai suatu sedekah, membantu orang lain mengangkatkan barangnya, dihitung satu sedekah, dan setiap langkah, yang dilangkahkan kaki kita pergi ke masjid dihitung sebagai satu sedekah. Caba bayangkan berapa banyak sedekah yang dapat kita buat. Apa lagi bulan Ramadhan setiap pahala sedekah yang kita lakukan pahalanya akan dikali lipatkan.

Demikianlah sedikit yang saya sampaikan semoga bermanfaat, dan semoga kita dapat menjadi Insan yang bertaqwa dalam menegakkan amalan-amalan bulan ramadhan dan segala pahala kita diridhoi olah Allah subhanahu wata'ala. Amiin Ya Rabbal 'Aalamiin.

Jumat, 10 Juli 2009

Perbedaan Penetapan Awal Ramadhan


Bulan Ramadhan sudah dekat, ini lah perayaan umat islam yang beriman dengan ibadahnya. Bulan Ramadhan pesta ibadah. Sayangnya bulan ramadhan yang dinantikan penuh berkah tersebut, di Indonesia, selalu diwarnai silang pendapat mengenai penentuan hari pertama dan akhir ramadhan. Ada yang memakai perhitungan semata dan ada mengharuskan dengan melihat hilal. Kita di Indonesia selalu berbeda karena perbedaan pandangan dan prinsip ini. Di Arab Saudi murni memakai hisab, sedangkan di Indonesia masih ada berprinsip wujudul hilal وجود الحلال (munculnya bulan sabit). NU ada kriteria minimal hilal (hilal = bulan sabit) dapat dilihat (imkamur ru’yat) yaitu 2 derajat. Standar Internasional untuk dapat melihat hilal adalah 4 derajat. Ternyata bukan perbedaan antara yang satu pakai hisab dan yang satunya lagi pakai ru’yat saja, tetapi juga pada kriteria antara ahli hisab.

Sebenarnya ketentuan rasulullah saw adalah memastikan hadirnya bulan dengan melihat bulan. Maksudnya setiap ibadah itu harus dipastikan memang waktunya sudah tepat dilaksanakan. Seperti Solat Apabila Matahari telah terbenam maka masuk waktu magrib. Kalau belum terbenam Solat Magrib tidak syah dilaksanakan, karena masuknya waktu magrib dimulai terbenamnya matahari, kalau belum terbenam ya solat magribnya tidak syah. Nah begitu pula puasa. Harus pasti masuknya bulan puasa dengan munculnya bulan sabit.

Sabda Rasulullah saw:
عَنْ اَمِيْرِ مَكَّةََ الحَارِثِ قَالَ:عَهِدَ اِلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ نَنْسِكَ لِلْرُّؤْيَةِ فَاِن لَمْ نَرََهُ وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلِ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا. [ رواه : أبو داود والدارقطنى ]
Artinya: Dari amir makkah, Al-Harits Ibnu Hatib, dia telah berkata: “Telah menjanjikan rasulullah saw kepada kami supaya puasa dengan melihat bulan; jika kami tidak dapat melihat bulan itu, supaya kami puasa dengan kesaksian dua orang yang adil. “ (Riwayat: Abu dawud dan Daruquthni)


Begitu kuatnya ketentuan Rasulullah saw sehingga jika tidak dapat melihat bulan perlu saksi dua orang yang adil untuk menggantikan kesaksian akan melihat bulan sabit. Padahal melihat bulan sabit itu tidak mudah. Tetapi orang yang berpegang teguh dengan prinsip harus melihat bulan membantah dengan alasan teknologi yang ada sekarang memungkinkan milihat anak bulan setiap saat yaitu: ada Satelit Hubble.

Kalau kita dalami riwayat yang ada ketika zaman tabi’in, mereka paling tahu bagaimana ketentuan rasulullah tentang penetapan bulan Ramadhan tersebut. Sehingga pada suatu tempat yang daerahnya lebih tinggi dapat melihat bulan sabit lebih dahulu, tetapi daerah yang lebih rendah terlambat melihat hilal, maka awal puasa mereka berbeda, boleh kita simak riwayat berikut:

Dari Kuraib, sesungguhnya dia telah diutus oleh Ummul-Fadhli ke Syam untuk menemui Muawiyah. Katanya: Saya sampai di Syam, lalu saya selesaikan keperluan Ummu-Fadhli. Sewaktu saya di Syam itu terjadilah Ru’yat Hilal Ramadhan. (penampakan bulan sabit bulan Ramadhan) Saya melihat bulan sabit pada malamJjum’at, kemudian saya kembali ke Madinah pada akhir bulan. Abdulah bin Abbas bertanya pada saya, katanya: “Bila kamu melihat bulan?” Saya jawab: “Pada malam Jum’at.” Abdullah bertanya lagi: “kamu sendiri melihatnya” Saya jawab: “Ya, saya sendiri melihatnya dan orang banyakpun melihatnya pula lalu mereka puasa, dan Muawiyahpun puasa.” Kemudian berkata Abdullah: “Tetapi kami melihat bulan pada malam sabtu, maka kami teruskan puasa sampai cukup tiga puluh atau sampai kami melihat bulan.” Lalu saya bertanya: “Apakah tidak cukup, dengan Muawiyah melihat bulan dan berpuasanya?” (Maksudnya Apakah dengan ditetapkan awal bulan Ramadhan diawali dengan terlihatnya bulan sabit oleh Muawiyah dan keputusan puasa keesokan harinya tidak cukup bukti dan alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa hari Jum’atlah awal bulan Ramadhan?) Jawab Abdullah: “Tidak! Begitulah yang diperintahkan Rasulullah saw (Riwayat jama’ah ahli hadis kecuali Bukhari dan Ibnu Majah)

Karena ada perbedaan georafis antara Syam dan Madinah maka kedua daerah tersebut berbeda dalam penentuan awal ramadhan ketika itu, karena masing-masing berbeda waktu dalam melihat hilal.

Kalau dianalogikan dengan perbedaan antar Syam dan Medinah maka penggunaan satelit yang tingginya jauh dari permukaan bumi maka tidak dapat dijadikan patokan. Karena perbedaan Syam dengan Medinah dalam penentuan awal ramadhan dikarenakan tinggi Syam berada pada dataran tinggi karena daerah berbukitan, sedangkan Madinah lebih rendah karena berada di lembah pegunungan Paran. Selain itu Syam dan Madinah berbeda letak (lintang dan bujur koordinat) Geografis. Madinah di Timur Syam dan Syam di sebelah Barat Madinah, sehingga ada kemungkinan ketika malam jum’at hilal muncul lebih dahulu di Madinah dengan ketinggian kurang dari 2 derajat sehingga tidak terlihat, tetapi ketika sudut koordinat rotasi bumi dan peredaran bulan hingga di Syam sudah sama atau lebih dari 2 derajat, sehingga bulan sabit muncul di Syam. Jadi orang penduduk Madinah ketika itu baru dapat melihat munculnya hilal pada malam Sabtu.

Jika perbedaan karena tinggi rendahnya wilayah pengamatan dengan ketinggian setinggi bukit saja dapat menimbulkan perbedaan, bagaimana perbedaan tinggi antara daratan dengan satelit Hubble? Tentunya alasan bahwa bulan dapat dilihat dengan satelit tidak dapat diterima karena tinggi satelit pasti lebih tinggi dari puncak bukit, Memang Satelit Hubble dapat melihat bulan dengan tanpa halangan awan tetapi dengan ketinggian seperti itu harusnya yang ikut puasa menurut pengamatan satelit harus puasanya di satelit, karena supaya sama tingginya dengan satelit tersebut. (bercanda).

Nah dari riwayat diatas berarti penggunaan satelit hanya dapat melihat akan munculnya bulan sabit pada koordinat satelit, tidak berada pada permukaan bumi. Dengan demikian antara Satelit dengan darat dapat diibaratkan seperti Syam dan Madinah dalam contoh kasus diatas.
Dalil yang dipakai oleh Ormas Muhammadiyah dalam menentukan bulan Ramadhan

Kalau kita analogikan dengan ibadah sholat. Sholat syah dilakukan apabila telah masuh waktu. Misalnya Magrib sholah wajib dan syah dilaksanakan ketika telah masuk waktu magrib ditandai dengan terbenamnya matahari. Jadi lihat dulu matahari baru lakukan sholat. Bagaimana jika matahari tidak kelihatan misalnya karena mendung yang sangat tebal, kabut selesai hujan, kabut asap, kabut debu dan sebagainya. Ulama seluruh dunia sepakat, tanpa perbedaan, bahwa sholat dilakukan dengan melihat jam, walaupun matahari kelihatan karena tidak begitu praktis maka peredaran matahari digantikan dengan perhitungan jam. Kalau dalam mengerjakan sholat dapat disepakati dengan perhitungan jam. Kenapa penentuan waktu (hari) puasa tidak disepakati dengan menggunaka perhitungan pula? Mengingat penampakan bulan sabit tidak selalu dapat dilihat didaratan karena terlindung awan. Teropong secanggih apapun kalau cahaya bulan itu terlindung awan tebal tetap tidak bisa dilihat. Lagi pula ada masa-masa bulan sabit itu tidak dapat dilihat apabila bulan sabit muncul dibawah ufuk, terlindung oleh permukaan bumi sendiri. Kesepakatan menggunaka hisab mungkin dapat mempermudah umat islam dalam menentukan hari awal ramadhan, seperti kita ibadah sholat, cukup dengan melihat jadwal sholat dan melihat jam. Bagaimana dengan Puasa? Mungkin cukup dilihat di komputer yang ada program perhitungannya, sehingga oleh pemerintah dapat ditetapkan harinya.

Sabtu, 27 Juni 2009

Adakah Pertentangan Ayat Dalam Al-Quran?(2)


Ada pula Goldziher yang mempermasalahkan potret iblis dalam versi Al-Qur’an. Mempertanyakan perihal titah Allah kepada malaikan untuk sujud kepada Adam. Sementara Islam dikenal sangat ekstrim dalam mengingkari praktek-praktek syirik dan sujud kepada selain Allah.
Kata “sajada” memiliki banyak makna. Misalnya “Sajadat ‘ainuhu” ia memejamkan matanya “Asjadat ainaha” ia menahan pandangannya, “sajadat nakhlah” pohon kurma itu miring, “sajada”, menghormat dengan menundukkan kepala, “sajada li ‘azhimin,” hormat dihadapan pembesar.
Jelas tidak ada pertentangan dengan makna sujud
kepada Adam dan nilai-nilai tauhid. Sujud yang dimaksud adalah penghormatan yang dilatarbelakangi dengan penghormatan manusia pada manusia lainnya seperti alur kisah yang diceritakan oleh alq.
Jadi sujud pada Adam oleh para malaikat sebagaimana yang diperintahkan Allah pada mereka bukan merupakan sujud dalam artian menghormati segala-galanya tanpa batas, yang bergaris bawah ini artinya sama dengan menyembah. Tetapi sujud yang diperintahkan Allah pada malaikat adalah sujud dalam bentuk penghormatan kepada yang menciptakan Adam, walaupun aksinya sujud pada Adam, tetapi penghormatannya tetap pada Allah.
Goldziher juga mempermasalahkan adanya pertentangan antara sifat-sifat Allah, yang satau sisi, maha kasih, maha penyayang, maha pengampun dan di sisi lain maha perkasa, maha menentukan, maha keras sangsinya,
Sebenarnya Allah tidak bertentangan atas sifat-sifatnya karena sifat-sifatnya tetap tidak berubah pada objek atau sasaran kepada siapa sifat itu ditujukan. Allah SWT memilah-milah sifatnya dan tidab berlaku pada semua orang. Allah maha kasih dan maha penyayang pada orang-orang yang dikehendakinya. Allah maha perkasa dan maha keras sangsinya bagi orang-orang yang tidak mau tahu aturan hidup yang Ia ciptakan atau dengan kata lain Allah maha keras pada orang-orang yang tidak diridhoinya, dan dibencinnya. Walaupun Allah membenci tetapi tidak merubah sifat kasih dan sayang Allah. Allah tetap memberikan rizki, kebutuhan untuk hidup bagi setiap makhluk ciptaanya. Tetapi kasih sayang Allah tentunya terbatas jika dibandingkan dengan ummat yang disayanginya. Bagi ummatnya yang beriman dan diridhoinya tentunya berbeda dengan ummatnya yang tidak beriman. Orang beriman dan diridhoi Allah mendapat surga dan balasan kebaikan yang diberikan didunia maupun akhirat selain rezeki, kebutuhan hidup seperti oksigen untuk bernapas, kesempatan hidup, kesehatan dan lain-lainnya yang ada di dunia. Tetapi orang yang tadinya melanggar aturan Allah, lantas kemudian ia sadar dan taubat, maka Allah tidak memperhatikan atau tidak mempermasalahkan perbuatannya dimasa lalu, tetapi mengampuninya atas dosa-dosanya dan perbuatannya dimasa yang telah lalu tersebut.
> Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman, sesungguhnya tuhan kamu, sesudah taubat yang diiringi dengan iman itu adalah maha pengampun lagi maha penyayang.
Jadi bukan orang atau manusianya yang dibenci dan disayangi Allah tetapi lebih pada perbuatannya, sikapnya, cara pandangnya, yang menjadi patokan.
Dalam ayat ini sebenar ditujukan pada orang yang sudah Islam sendiri, tetapi tetap melakukan kejahatan. Tetapi jika orang diluar Islam tidak termasuk dalam ayat ini

Jadi kesimpulannya tidak ada pertentangan. Kelihatan sepintas seperti bertentangan tetapi setelah ditelusuri lebih dalam lagi ternyata tidak bertentangan, bahkan menambah kekaguman kita pada prinsip-prinsip Islam.

Sabtu, 02 Mei 2009

Adakah Pertentangan Ayat dalam Al Qur'an?(1)


Seorang Orientalis yang kerap menyudutkan dan upaya mengkerdilkan Islam adalah Ignaz Goldziher. Goldziher bersama Lucian, tidak mengakui kesucian al Qur’an berasal dari wahyu. Mereka menuduh bahwa ayat al Qur’an saling bertentangan satu sama lain. Menurut mereka Al Qur’an murni rekayasa Muhammad. Walau telah dibantah dalam tulisan sebelumnya, tetapi menurut mereka berdua al Qur’an tetap masih ada pertentangan satu sama lain.
Umpanya al-Qur’an menfirmankan bahwa Allah menciptakan makhluk hidup dari air. Setelah itu dalam ayat berbeda menyebutkan Allah lah yang langsung menciptakan manusia. Kemudian kenyataan ini akan behadapan dengan tujuh ayat lain yang saling berbenturan.

Dalam ayat pertama dijelaskan Allah menciptakan manusia dari “atturab.” Ayat kedua menyebutkan penciptaan dari ”at-thiin.” Ayat ketiga dari ”al-fakhkhar”. Ayat ke empat dari ”al-shalshalah”. Ayat ke lima dari al-shalshalah ka al-fakhkhar”. Ayat ke enam ”al-hammaa’in masnuun”. Dan terakhir dari “al-maa’u”.
Kesemuanya adalah kontradiksi-kontradiksi yang menguatkan asumsi bahwa penulisan al-Qur’an tidak dilakukan dalam satu zaman dan oleh satu orang.
Tuduhan ini bukanlah hal baru. Di zaman Quraisy juga pernah dilakkukan tuduhan serupa. Tuduhan ini selalu mendapatkan bantahan generasi sezamannya.
Ayat-ayat yang mengatakan bahwa penciptaan manusia berasal dari air merupakan ayat yang mengomentari penciptaan paska Adam yang tercipta dari tanah ”at-Turraab”. Maksud air disini adalah sperma. Dalam surat as Sajadah dalam disebutkan al Maahin yaitu air yang hina. Al-daafiq air yang memancar dengan kuat menerobos uterus dalam surat at Thaariq.
Adapun manusia berdasarkan prosesnya pertama diciptakan dari al shalshalah tanah kering seperti keramik, hamaa tanah yang hitam sebab kedekatannya dengan air dalam waktu yang lama, al masnuun yang berbentuk rangka manusia yang kosong dan al fakhkhar tanah yang dibakar untuk dijadikan batu.
Proses pembentukan manusia pertama dimulai dari turaab, selanjutnya dari athiin, hammaain masnuun, kemudian al-shalshalah dan seterusnya. Tidak ada pertentangan dalam hal penciptaan manusia dari tanah atau yang lainnya.
Ayat-ayat tersebut tidak menyebutkan bahwa proses penciptaan manusian dari besi, emas, udara, gas, al-Qur’an tidak pernah proses penciptaan yang seperti itu. Namun kesemua ayat menjelas proses penciptaan dari turaab kemudian thiin selanjutnya hamaa’in masnun dan kemudian al shalshalah. Seluruh proses ini berkaitan semuanya dengan turaab. Semuanya merupakan proses yang runtun dan berkelindan dari turab itu sendiri. Tidak ada kontroversi disini, apa lagi sampai dikatakan sebagai tidak rampung.

Rabu, 22 April 2009

Apakah Al-Qur'an adalah karangan Pendeta?


Adanya tuduhan bahwa Al-Qur’an dan Ajaran Islam adalah hasil karya pendeta Bahira. Ia kemudian memberikan pada Muhammad saw ketika berada di Syam. Muhammad bersama pamannya pernah sekali berkunjung ke Syam. Di Bushra pernah mengenal pendeta warga Natsuri di sebuah biara Kristen yang mengajarkan ilmu tentang Taurat.
Tuduhan tersebut terbantahkan dengan pendeta yang mereka sebut-sebut tidaksama. Tergantung pada tuduhan dan sumber berita bohong yang mereka olah.
Ketika sumbernya adalah Kristen, pendeta yang dimaksud adalah Sergius atau Bahira. Atau bahkan Waroqoh bin Naufal. Namun ketika bersumber dari Yahudi, maka Al Qur’an buatan pendeta Yahudi yang tidak dikenal. Kita tidak tahu persis bagaimana hal itu bisa terjadi. Konon Bedrody Alfonso, pria yang disinyalir keturunan bani Israel adalah guru Muhammad saw.
Ada beberapa alasan yang membantah tuduhan tersebut antara lain:


  1. Versi yang tumpang tindih memnunjukkan bahwa tuduhan ini tidak memiliki keuatan. Terkadang Bahira, kemudian Waraqah, atau Badrody Alfonso, Bukankah kenyataan ini sudah cukup untuk membantah kebohongan tersebut?

  2. Sewaktu berada di Syam bersama pamannya, Muhammad kala itu masih berusia sembilan tahun. Sungguh tidak masuk akal, bila seorang bocah yang tidak pernah sekolah dapat mengerti apa yang didiktekan Bahira. ?
    Ketika berusia dua puluh lima tahun, Muhammad bersama Maisarah, orang kepercayaan Khadijah, kembali mengunjungi Syam dalam sebuah perjalanan niaga. Maisarah hanya menutukan penampakan pemeliharaan Allah pada Muhammad. Pada kesempatan ini, Muhammad tidak perna bertemu seorang pendeta pun. Lalu mengapa kita menafikan mukjizat-mukjizat Allah kepada nabinya dalam perjalanan niag ini? Mengapa timbul prediksi bahwa menerima agama baru pada perjalanan ini.
    Ketika Muhammad berusia sembilan tahun sungguh tidak masuk akal ia mampu memahami Al-Qur’an. Terlebih lagi ia tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Kemungkinannya Muhammad saw baru memahami Al-Qur’an pada ketika ia telah berusia dua puluh lima tahun. Namum asumsi ini termentahkan oleh bantahan rsional bahwa ketika berusia sembilan tahun dirinya tidak mengenal baca tulis. Ketidakmampuannya baca tulis Muhammad, pun tidak beda ketika ia berusia dua puluh lima tahun.
    Kemudian bagaimana Muhammad mengatur bisnis dengan Khadijah binti Khuwailid, sementara Khadijah belum resmi jadi istrinya? Mungkinkah dirinya dengan kantong pribagi pergi ke Syam secara sembunyi-sembunyi dalam rangka menemui Bahira untuk menerima Al-Qur’an?
    Apa hubungan Muhammad saw dengan Buhira? Mengapa Bahira memilih Muhammad saw untuk mengemban misi ini? Mengapa bukan anak, keluarga dekat atau bahkan mungkin dirinya sendiri?
    Mengapa Bahira dengan cuma-cuma memberikan polularitas transendental, titel manusia terbaik dan penyelamat umat kepada seoran Arab yang yatim ini? Bukankah dirinya lebih memiliki kelayakan dibanding yatim Abu Talib?

  3. Dalam perjalanan pertamannya, Muhammad tidak memiliki banyak waktu dengan Bahira. Sebab kerumunan disekitarnya. Ditambah lagi ketika itu Romawi menguasai Syam dan warga asing yang berada di Syam terancam dibunuh. Sementara waktu dan keamanan merupakan faktor yang mesti diperthatikan. Apakah seorang bocah yang tidak sekolah memapu memahami global dan rindi sebuah Al-Qur’an hanya dua atau tiga hari?
    Seandainya Muhammad menerima sesuatu dari Bahira, sudah dapat dipastikan ketika dirinya mengklaim kenabian, kaum Quraisy akan mengatakan Bahiralah yang mengajarkan agama baru padanya. Tentunya hal ini adalah kartu mati yang dikiliki Quraisy. Karena Muhammad tidak akan dapat berkelit dengan yang dia dapat dari Bahira. Sebab mereka juga menyaksikan pertemuan Muhammad dengan Bahira. Hal ini tidak pernah diekpos Quraisy dalam perang opini melawan Muhammad dan al Qur’an. Namun argumen itu kini mengemuka dalam upaya menggugat Nabi dan al Qur’an.

  4. Telah terbukti secara rasional objektif bahwa al Qur’an bukan produk manusia. Bahira begitu pula Waraqah bin Naufal dan Badrody Alfonso, semua adalah manusia. Meski Muhammad mengajar mereka ribuan tahun mereka tidakakan pernah mampu menjiplak al Qur’an dan menemukan format hukum yang menakjubkan.

  5. Baik Bahira maupun Waraqah tidak hidup sezaman dengan rentetan waktu kejadian yang disebut dalam al Qur’an.
    Dimana Bahira dan Waraqah ketika Rasulullah menanyakan suatu permasalahan? Ketika al Qur’an langsung memberikan jawaban dan penegasan. Bukti ini sangat membantah dugaan al Qur’an berasal dari mereka. Tentu kejadian-kejadian yang terjadi sesudah mereka disebut Nabi dengan gaya bahasa yang berbeda. Kemudian meniscayakan dualisme gaya bahasa dalam al Qur’an. Hal ini jelas tidak dapat dibenarkan. Sepintar apapun Bahira maupun yang lain, ia tidak akan pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi sepeninggal dirinya sepuluh tahun mendatang.

  6. Dalam al Qur’an banyak sekali ayat yang bertentangan dengan akidah Kristen dan Yahudi. Bagaimana mungkin Bahira atau Waraqah yang Kristen dan Pendeta Yahudi membeberkannya?

  7. Adakah Bahirah yang pendusta atau Waraqah tukang bohong? Pembenaran apa yang dapat membenarkan ketika agamawan yang kerap iktikaf di biaranya, yang akal dan ruh aktif beribadah, melakukan praktek kebohongan? Bohong di kalangan masyarakat awan adalah aib yang mencederai kredibilitas seseorang. Bagaimana ketika yang melakukan bohong itu dilakukan oleh seorang tokoh agama terkemuka? Mungkinkah seseorang dari mereka mengatakan keberasalan al Qur’an dari Allah yang diturun kepada Muhammad bi Abdullah saw, padahal sebenarnya al Qur’an berasal dari mereka sendiri?

  8. Al Qur’an yang mereka sebut sebagai hasil karya Bahira ataupun manusia lain adalah al Qur’an yang telah mereka preteli. Hingga interpretasi-interpretasi versi Eropa sangat tidak mewakili unsur estetis dan perundangan al Qur’an. Kehilangan kejujuran sejarah dan ilmiyah dalam menukil, sebab kepentingan yang melatarbelakangi otak-otak interpreter.
Pengada-adaan yang tidak masuk akal: Mengatakan kebohongan bahwa al Qur’an berasal dari pendeta sangat tidak dapat diterima.

Sabtu, 11 April 2009

Al-Qur’an buatan Nabi Muhammad ?


Dalam ”The readers Companion To World Literature” halaman 298 diseburkan bahwa Muhammad adalah pemimpin religius dan penulis Al-Qur’an. Begitu pula Julius welhausen dalam buku “Tarikh ad Daulah al ‘Arabiyah” mengatakan demikian dan demikian pula Dr. Bruce Guru besar Bible Universitas Bill dan Dirmingham, dan demikian pula Labon dalam buku sejarah Arab juga berpendapat yang sama. Tulisan ini berasal dari tulisan DR. Syauqi Abu Khalil dalam buku ‘Islam menjawab Tuduhan’ dengan ringkasan dan sedikit perubahan.

Al Qur’an tidak mungkin karya Nabi Muhammad disebabkan oleh beberapa hal:

  • Pertama: Gaya bahasa Al Qur’an berbeda dengan gaya bahasa Nabi Muhammad. Jika dibandingkan antara hadis-hadis nabi yang tersebar diberbagai buku dan Al Quran maka akan terasa jelas bedanya. Gaya dialog, orasi, makna populer dalam kalangan Arab. Berbeda dengan
    gaya bahasa Al Qur’an yang tidak memiliki kemiripan dengan gaya bahasa Arab kebanyakan.

  • Kedua: Mereka yang membaca hadis akan merasakan eksistensi sosok manusia, ego yang takut dan lemah di hadapan Allah. Berbeda dengan Al Qur’an yang memamerkan kepada pembaca melalui ayat-ayatnya, ego yang maha perkasa, maha adil, maha bijak, maha pencipta, maha kasih, dan Kasih Nya tidak membuatnya lemah.Seandainya Al Qur’an karya Muhammad tentunya ada kesamaan antara gaya bahasa Al qur’an dengan gaya bahasa Nabi Muhammad. Adalah aksioma ahli bahasa bahwa tidak mungkin seseorang mempunyai dua gaya bahasa dengan perbedaan prinsip dalam penuturannya.

  • Ketiga: Nabi Muhammad adalah seorang yang buta akasara bahwa tidak mungkin seorang yang buta aksara dapat mampu menciptakan buku hukum yang paripurna, yang diakui oleh kalangan Timur dan Barat, Muslim dan Non Muslim, hingga menjadi rujukan hukum eropa.

  • Keempat: Visi al Qur’an tentang kosmos, kehidupan, pola pikir, interaksi, perang, pernikahan, ibadah ritual, ekonomi dan visi lainnya yang kompleks, komprehensif dan solid, tidak mungkin sebagai karya manusia seperti Nabi Muhammad. Aturan hokum yang dibuat tidak mungkin dibuat oleh beberapa orang (Tim) walau kepintarannya bertaraf Internasional, dan dengan spesialisasi yang mendalam, dan dengan rentang waktu beberapa tahun saja. Apakah nabi Muhammad yang buta akasara dapat membuat hukum tentang kosmos, dan segala aspek kehidupan, secara konprehensif.

  • Kelima: Kalau benar nabi Muhammad membuat karya tulis berupa al Qur’an mengapa karyanya ia nisbatkan pada orang lain. (Ia tidak mengakui karya besarnya). Al Qur’an jelas merupakan kreasi tanpa tanding, yang menyebabkan hasil karyanya (nabi Muhammad) yaitu (al Qur’an) menobatkan ia menjadi manusia luar biasa. Apa sebenarnya yang mendasari keengganan nabi Muhammad mengakui al Qur’an sebagai karyanya?

  • Keenam: Al Qur’an karya ilmiah yang memberitakan tentang sejarah yang sama sekali berbeda dengan yang diberitakan kitab-kitab sebelumnya. Karya Ilmiah tentang fisika, luar angkasa, kosmos, dan sekarang dapat tebukti dengan laboratorium dan satelit. Juga Al Qur’an memberitakan kejadian yang terjadi sesudahnya, yang kemudian benar-benar terjadi.

  • Ketujuh: Al Qur’an banyak ayat yang mengkritik nabi Muhammad. Kalau memang al Qur’an karya nabi Muhammad, mengapa nabi mengkritik perbuatan salahnya sendiri. Mengapa perbuatan salah yang sengaja ia buat kemudian ia kritik sendiri.

  • Kedelapan: Banyak permasalahan-permasalahan mendesak yang terjadi ketika zaman al Qur’an di turunkan, tetapi nabi Muhammad tidak segera mendapat jawabannya dan harus menunggu turunnya wahyu sampai berhari-hari untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dialami.
Jika Al Qur’an adalah hasil karya nabi Muhammad, bagaimana menjawab delapan permasalahan diatas? Bukankah akal manusia yang rasional dan logis menolak bahwa al Qur’an sebagai karya nabi Muhammad?

Kabar dari Palestina tentang Upaya Gencatan Senjata.

Osama Hamdan: Gerakan Hamas berupaya dengan segala kekuatan dan efektivitas untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengintensifkan upaya untuk ...