Sabtu, 09 Juli 2011

Marhaban Ya Ramadhan


Tidak lama lagi kita memasuki bulan suci lagi mensucikan, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, dan bulan yang penuh pengampunan, itulah bulan yang dinanti-nantikan oleh orang mukmin, yaitu bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan selain sebagai bulan suci untuk beribadah, tetapi juga bulan untuk pembelajaran, pelatihan sekaligus pembuktian pada diri kita masing-masing, pada diri setiap umat Islam, dan setiap manusia ciptaanNya. Pembelajaran bahwa ternyata tidak hanya makan dan minum kebutuhan kita, kebutuhan akan makan dan minum dapat ditekan demi untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu untuk mendapatkan ridho Allah swt.

Bukan itu saja dibalik bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah kita dapat melihat betapa efisien penggunaan waktu di bulan ramadhan, walau sekolah dan pekerjaan hanya berjalan setengah hari, atau setengah kegiatan, tetapi ternyata terbukti bahwa hasil yang dicapai ternyata tidak kurang dengan hasil yang dicapai ketika kita bekerja penuh di bulan lain, selain bulan Ramadhan.

Hal ini membuktikan bahwa perintah tuhan berpuasa di bulan Ramadhan, adalah benar-benar wahyu, yang datang dari tuhan, di peruntukkan bagi hambanya yang mukmin agar hambanya yang mukmin dapat mengambil hikmah dan pelajaran di bulan Ramadhan tersebut, selain beribadah dan mensucikan diri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS: Al Baqoroh ayat 183)

Yang diseru oleh ayat yang diatas adalah orang-orang yang beriman.

Hal ini memberikan hikmah dan pelajaran pula bagi manusia, barangkali pekerjaan kita yang sangat menyibukkan di luar bulan Ramadhan, di hari-hari biasa, yang sangat sibuk, ternyata kesibukan kita hanyalah kesibukan yang tidak efisien. Ternyata pada bulan puasa pekerjaan dapat dipotong waktu dan pekerjaannya jadi separuhnya.

Bagaimana seandainya manajemen puasa ini diterapkan pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan? Dengan waktu lebih cepat, pekerjaan lebih sedikit, biaya yang tentunya jadi lebih irit, tetapi mendapat hasil yang sama dengan pekerjaan yang dilakukan ketika di luar bulan Ramadhan. Mungkin barangkali ummat Islam akan lebih maju beberapa langkah dibanding dengan ummat-ummat lain yang diluar Islam.

Walau mungkin perlu diteliti lebih lanjut, benarkah puasa memang dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih efisien, artinya, kita dengan tidak sengaja membuang pekerjaan yang tidak perlu?

Apapun hikmah yang dikandung bulan Ramadhan tentunya harus kita sambut bulan suci ini dengan gembira, semoga memberikan berkah, kepada kita bersama. Amiin

Rabu, 06 Juli 2011

Rasional Islam (2)

Kaum Rasionalisme kebablasan, demikian pula Mu'tazilah
Paham Mu'tazilah, adalah aliran pemikiran Islam yang berkembang diabad ke lima atau ke enam hijriah. Paham inilah yang kita bahas pada tulisan yang lalu, adalah sebagai paham yang sangat mendewakan akal, atau logika, atau Rasio. Padahal tidak semua dapat dilogikakan karena keghaiban dan keanehan alam semesta serta kekuasaan penciptanya melampaui logika dan akal manusia. Latar belakang munculnya Paham ini adalah karena munculnya perbedaan pendapat dan cara berpikir ummat setelah wafatnya Baginda Rasulullah saw dan berkembangnya ilmu Filsafat dan logika yang berasal dari Yunani yang banyak mempengaruhi cara berpikir ulama pada masa abad kedua hijriah. Selain Paham Mu'tazilah sebelumnya berkembang paham Jabariyah dan Qodariyah, yang kedua-duanya juga memiliki kesalahan dalam berprinsip dan berpikir.

Walau ada yang baik yang diambil dari paham mu'tazilah, seperti menerima hukum kausalitas, tetapi hal tersebut kemungkinan besar adalah adopsi dari pemikiran filsafat Yunani (barat) dari pada hasil pemikiran mereka sendiri.

Dengan hanya mengandalkan logika semata maka, banyak celah kesalahan logika yang mereka ciptakan, demi mendukung peran logika dan hukum kausalitas, yang mereka perjuangkan dan pertahankan. Seperti tidak menerima takdir, dan ketentuan (Qadho) Allah. Padahal Takdir dan Qodho adalah elemen penting dari iman dan aqidah Islam. Karena jika mereka menerima takdir dan Qodho Allah, maka mereka meniadakan hukum kausalitas yang dibuat oleh manusia, artinya setiap perbuatan yang dibuat oleh manusia adalah perbuatan sebab akibat (kausalitas), sehingga manusia memperoleh hasil dari perbuatannya sendiri. Misalkan manusia menanam padi di sawah sehingga manusia mendapat hasil, berupa padi, oleh karena sebab manusia bertani dan bekerja di sawah.
Dan lain sebagainya.

Pengaruh filsafat Yunani sangat besar dengan mendewa-dewakan akal dalam memahami sesuatu. Yang tidak sesuai dengan akal maka mereka tolak, den tidak mau mempercayainya, walaupun hal tersebut sudah nyata di depan mata. Sehingga mereka tidak mau percaya pada hal yang gaib-gaib. Tidak percaya pada Malaikat, Jin, Iblis, Setan, dan hari akhirat karena tidak sesuai dengan akal dan rasio mereka atau tidak ada bukti yang syah. Terhadap ayat-ayat al-Quran yang berarti demikian mereka tafsirkan secara menyimpang dari arti sebenarnya.

Dalam Filsafat Yunani, besar sekali pengaruh Bapak filsuf barat, pemikir, ahli logika, dan ahli matematika, kala itu yang sangat Rene Descartes. Menurut Rene Descartes "semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir." Bahkan Rene sendiri pernah mempertanyakan dirinya,
apakah ia ada atau tidak ada. Kalau ada apa buktinya bahwa ia ada? Jangan-jangan tidak ada, apa pula buktinya jika ia tidak ada? Saya berpikir, berarti saya ada, cogito ergo sum.
Aliran filsafat yang dibawakan Rene ini berpendapat bahwa semua harus rasional. Bahwa semua yang tidak sesuai dengan rasional berarti tidak benar. Sekalipun itu hasil cerapan panca indra. Oleh karena itulah Rene meyakini atas keberadaan dirinya setelah separuh umur yang telah ia lewati.

Oleh sebab itulah kelompok pemikir Mu'tazilah berpendapat bahwa semua yang tidak sesuai rasio tidak benar dan tidak dipercayai. Pemikiran Mu'tazilah sebenarnya adalah kelompok pemikir yang berasal atau belajar dari kelompok pemikir Islam sebelumnya, yaitu kelompok pemikiran Qodariyyah yang berpendapat bahwa Manusia mempunyai kehendak bebas mutlak, dan kehendak bebas mutlak ini tidak berkaitan dengan kehendah Allah yang pencipta, tetapi manusia sendirilah yang menentukan nasib baik maupun buruknya.

Paham Qodariyyah ini sebenarnya tantangan dari paham Jabarriyyah sebelumnya yang menyatakan bahwa manusia dalam bertindak bukanlah kehendak manusia tetapi kehendak Allah sebagai sang pencipta dan penguasa, jika ada sandaran pada kehendaknya maka sandaran tersebut sandaran semu atau palsu.

Paham Asy 'Ariyah atau ahlu sunnah wal jamaah, berpendapat memadukan kedua pendapat itu, yaitu: Manusia dalam bertindak tidak bebas secara Mutlak. Artinya semua itu karena ada izin Allah swt. Namun demikian Allah memberi kebebasan pada manusia untuk berusaha dan berikhtiar untuk selalu senantiasa dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

Senin, 04 Juli 2011

Rasional Islam (1)

Islam agaman yang mengedepankan rasio, atau akal dalam melaksanakan agamanya. Tidak cukup hanya iman saja, tanpa akal yang mempertimbangkannya. Kita tidak dapat melaksanakan sholat jika akal kita sedang tidak dapat berfungsi dengan baik. Allah melarang hambanya sholat dalam keadaan mabuk,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,... (QS: An Nisa : 43)
karena mabuk tidak dapat menggunakan akal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan sholat, seperti anak-anak dan orang gila.

ada tiga belas ayat dalam al Qur'an yang mempertanyakan "Apakah kamu tidak mempergunakan akal?" اَففَلَا تَعْقِِلُونْ , artinya betapa pentingnya menggunakan akal dalam beragama Islam. Akal adalah potensi yang diberikan dan diciptakan tuhan bagi manusia, sangat sayang dan tidak bertanggung jawab namanya jika tidak dipergunakan.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS: Al Isra' ayat 36)

Sedangkan lebih dari tujuh ratus lima puluh ayat (> 750) menurut syaikh Thanthowi adalah ayat kauniyah, yaitu ayat yang mengajak, menyuruh kita berpikir mengenai fenomena alam, sementara hanya sekitar seratus limapuluh saja yang berbicara mengenai fiqih. Hal ini juga berarti kita diperintahkan untuk berfikir dan memperhatikan alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Rasional kebablasan Mu'tazilah
Tetapi tidak semua dapat dirasionalkan karena daya rasio dan akal manusia terbatas, dan sangat terbatas.
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا
... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS: Al Isra' ayat 85)

Mu'tazilah adalah paham atau aliran pemikiran dalam Islam yang mendewakan akal. Semua ayat-ayat, dapat pemikiran, konsep, semua dirasionalkan oleh kelompok ini. Artinya ayat-ayat atau pendapat, pernyataan yang tidak dapat diterima akal maka tidak mereka terima. Pemikiran seperti ini dianggap paham sesat dan menyimpang karena tidak semua dapat dirasionalkan. Orang yang berpaham mu'tazilah beranggapan perjalanan Isra' Mi'rajnya Rasul sebagai mimpi saja. Dan Jin ditafsirkan sebagai suku badui yang sembunyi dibalik bukit, atau Syaikh Muhammad Ridha adalah menafsirkan Jin sebagai Jasad Renik atau microba.

Ada sesuatu hal ghaib yang tidak dapat di rasionalkan, seperti perjalanan Isra' Mi'raj misalnya, bagi ilmu manusia, logika dan akal manusia mengatakan tidak mungkin melakukan perjalanan dari Makkah ke Palestina sekitar 1.233,3 km (seribu dua ratus tiga pulu tiga koma tiga kilo meter) hanya dalam waktu beberapa detik saja, ketika dizaman nabi muhammad saw belum ditemukan pesawat Concorde, pesawat tercepat yang membawa manusia melebihi kecepatan suara. Logika manusia mengatakan tidak mungkin, tetapi Kekuasaan, dan ilmu Allah swt melampaui logika manusia, kita hanya bisa mengimaninya.

Yang berkaitan dengan hukum-hukum fiqih, adalah ketetapan Allah yang harus kita patuhi dan kita amalkan seperti yang diperintahkan apa adanya, tidak boleh ditambah-tambah atau pun dikurangi, tidak boleh pula ditafsir-tafsirkan. Hal ini berlaku prinsip Sami'na wa atho'na ( سَمِعْنِا وَ اَطَعْنَا )"aku dengar dan aku ta'ati." Begitu pula ayat-ayat yang berhubungan dengan mu'jizat dan kekuasaan Allah yang harus kita yakini dan kita imani saja tanpa, bertanya-tanya, mereka-reka maksudnya, menafsir-nafsirkannya dan sebagainya.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS: Al Baqaroh ayat 286)

Terlalu memaksakan agar sesuai dengan logika manusia adalah salah, karena tidak sama logika manusia dengan logika Allah, yang dapat berbuat sekehendaknya dan berkuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan sesuatu yang baru kapan saja. Karena Allah maha Pencipta.

Tidak memakai logika dan akalpun salah pula karena tidak menggunakan potensi akal yang diberikan Allah kepada kita dan menjadikan sesuatu tidak jelas lagi mana yang benar dan mana yang salah.

(Bersambung)

Selasa, 21 Juni 2011

Sunatullah (2)



Sunnatullah adalah suatu ketentuan, yang harus ada karena memang demikian adanya. Bumi berputar pada porosnya, dan mengelilingi matahari sesuai dengan aturan yang ditetapkan Allah. Aturan itulah yang dimaksud sunnatullah.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.(QS Al Ambiyaa ayat 33)

لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.(QS Yasiin ayat 40)

Aturan Allahlah yang menentukan matahari bulan dan bumi agar beredar menurut garis edarnya itulah sunnatullah. Konsekwensi logis dan alamiah itulah sunnatullah.

Ilmu pengetahuan modren dapat menyaksikan fenomena alam, dan dapat menerangkan bagaimana fenomena itu terjadi. Tetapi ilmu pengetahuan modren tidak dapat menjawab mengapa semua itu terjadi. Ilmu pengetahuan modren mengistilahkan keteraturan alam sebagai hukum alam. Jantung yang selalu berdetak dibawah sadar manusia disebut hukum alam. Sel-sel darah yang berkembang dalam hati manusia disebut hukum alam. Yang segala sesuatu yang bekerja dengan sendirinya, tanpa ada kesadaran dan kesengajaan ilmu pengetahuan menamakannya sebagai hukum alam.


Jika Agama Islam menjawab, atau seorang muslim berkeyakinan dan harus berkeyakinan bahwa semua fenomena alam itu atas aturan, kekuasaan dan petunjuk (inayah) Allah subhanawata'ala. Itulah yang namanya sunnatullah. Jika kita dapat melihat bagaimana sel-sel darah merah memproduksi hemoglobin didalam hati dengan adanya oksigen, kita melihat suatu keajaiban alam, kita melihat kekuasaan Allah, itulah tanda-tanda (ayat-ayat) Allah di alam.

Para ilmuwan modren tidak bisa menjawab fenomena-fenomena alam yang rumit, kecuali hanya menjawab bahwa ada rancangan cerdas yang mengatur itu semua. Karena sangat-sangat kecil kemungkinan bahwa kerumitan kompleks tersebut dapat terjadi dengan sendirinya dan kebetulan semata. Ilmuwan mengukur kemungkinannya adalah satu per sepuluh pangkat seratus lima puluh (1/10150), mungkin lebih. Artinya memang sangat-sangat kecil kemungkinan hal-hal tersebut dapat terjadi dengan sendirinya. Perancang Cerdas itu adalah Allah ta'ala.

Allah telah mengatur semuanya sehingga Matahari bulan dan planet-planet berada pada orbitnya dengan perhitungan yang sangat teliti dan demikian tidak terjadi salah atau tabrakkan antara planet-planet, bulan-bulan di masing-masing planet, dan Matahari.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus ayat 5)

وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (QS An Nahl ayat 12)

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (QS Al Hajj ayat 18)

Demikianlah, bahkan tumbuhnya pohon-pohonpun adalah sesuai dengan sunnatullah, Gunung pun begitu tidak terlepas dari aturan dan kekuasaan Allah swt. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada manusia betapa besar kekuasaan dan penguasaannya terhadap sekalian makhluknya.

Minggu, 12 Juni 2011

Permasalahan Kepemimpinan Wanita

Ketika Pilkada di Pekanbaru, Isu kepemimpinan wanita sangat santer dibicarakan, karena tentunya adanya muatan politik. Karena salah satu calon walikota pekanbaru adalah wanita. Sehingga banyaklah selebaran yang beredar ditengah kota pekanbaru mengenai kepemimpinan wanita, baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung. Saya mengumpulkan tulisan-tulisan tersebut. Dan tulisan-tulisan bernada mendukung berkali lipat lebih banyak saya dapatkan dari pada tulisan yang mengatakan sebaliknya.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللاتِي تَخَافُونَ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
(QS An Nisaa' ayat 34)

Saya tidak mau ikut terlibat dari polemik seputar politik, dan ikut berkampanye mendukung salah satu calon. Karena itulah saya tidak menurunkan tulisan ini disaat hebohnya calon kepemimpinan wanita. Pilkada telah lewat beberapa hari, saya ingin mengulas sedikit tentang pendapat saya mengenai polemik seputar kepemimpinan wanita dalam Islam.

Yang tidak mendukung kepemimpinan wanita dalam Islam berdalil "Ar-rijaal qowwamuna alan Nisaa'" (QS An Nisa ayat 34). Bagi yang mendukung kepemimpinan wanita dalam Islam mengatakan ayat tersebut hanya untuk kepemimpinan rumah tangga, sedangkan kepemimpinan pada umumnya wanita dibolehkan.

Menurut pendapat saya, setiap ayat al Quran diturunkan maka berlaku umum dan berlaku dalam segala kondisi. Jadi tidak dibatasi pada waktu dan kondisi tertentu. Saya teringat hal ini sama kasusnya ketika heboh seragam berjilbab tahun 90 an dan ada pula orang yang mengatakan bahwa ayat tersebut hanya berlaku untuk istri rasulullah. Why! bagaimana mungkin ayat al-quran turun kemudian terkotak-kotak pemberlakuannya? Pada masa sahabat, Ibnu Abbas memakai ayat bagaimana mendamaikan kedua pihak suami istri, dengan perwakilan pihak laki-laki dan pihak perempuan untuk diterapkan dalam mendamaikan sengketa antara Muawwiyah dan Ali pada tahun 37 Hijriah. Kedua belah pihak mau menerima dalil yang dikemukakan Ibnu Abbas dalam sengketa antara Muawwiyah dan Ali, dan keduanya sepakat berdamai, walaupun dalil yang dikemukankan oleh Ibnu Abbas adalah ayat Al Quran mengenai konflik rumah tangga (QS An Nisa ayat 35). Bagaimana mungkin orang menolak ayat yang disampaikan dalam al quran masih dalam satu surat, dan masih dalam satu masalah yang sama, ayatnya pun berdampingan ayat 34 dan 35, sedangkan dahulu para sahabat menerimanya, tanpa berdalih ini ayat untuk rumah tangga?!

Jadi jelas sebenarnya ayat ini menjelaskan bahwa laki-lakilah yang lebih layak sebagai pemimpin dibandingkan wanita. Tidak dibatasi kondisi berumah tangga atau bukan.

Yang tidak mendukung kepemimpinan wanita, juga mengemukakan dalil hadits:

لَنْ يُفْلِحُ قَوْمٌ وَلَوْا أَمْرَهُمْ إِمْرَأَةً
Tidak akan beruntung suatu kaum yang akan menyerahkan urusan mereka kepada wanita. (Hadis Riwayat: Bukhari, an Nasai, at Turmuzi, dan Ahmad)


Bagi yang tidak mendukung kepemimpinan wanita, mengatakan bahwa memang dibolehkan kepemimpinan wanita dalam Islam sebatas, kepemimpinan kerja. Tetapi tidak kepemimpinan publik. Logikanya kepemimpinan di rumah tangga saja harus lelaki apalagi untuk kepemimpinan publik.

Sedangkan yang mendukung atau yang menyetujui sepenuhnya sebagai pemimpin publik dalam Islam, mengatakan bahwa konteks hadits tersebut terbatas pada raja Persia saja. Mereka menolak memakai hadits tersebut sebagai dalil karena tidak sesuai konteks hadits.

Saya berpendapat, bahwa kepemimpinan wanita dalam Islam sangat tidak cocok jika masih adanya laki-laki yang mampu memimpin. Karena bagi saya permasalahannya tidak pada dalil yang lemah. Dalil yang dikemukakan cukup shahih, dan ayat al Qur'anpun cukup mengena, tanpa harus memperhatikan hanya untuk hubungan rumah tangga atau tidak. Permasalahannya terletak pada, ciptaan wanita, tidak sangat tidak cocok dijadikan pemimpin bagi kaum lelaki, karena wanita punya fisik yang lemah, keadaan yang harus menjaga kesuciannya jika harus berada ditengah-tengah lelaki. Permasalahan Ikhtilat, campur baur antara laki-laki dan perempuan, Seorang pemimpin harus berada ditengah-tengah ummat hampir 24 jam, Kadang juga mengharuskan menyelesaikan masalah dengan rapat sampai larut malam, harus keluar rumah, dan lain sebagainya, benarkah masih juga mereka mengatakan dengan persamaan gender perempuan harus menjadi pemimpin masyarakat? Bagaimana kodrat wanita harus menyusui anak, hamil, haid dan sebagainya? Apakah harus kepemimpinan diwakilkan jika selama sang pemimpin hamil?

Jika kita merenungi fiqih kewanitaan, seharusnya mengerti bagaimana fungsi dan kedudukan wanita dalam kehidupan dunia. Kepintaran hampir sama pintarnya dengan laki-laki. Kenapa saya katakan hampir karena menurut penelitian gen dan gender mendapati bahwa Pria lebih pintar dari pada Wanita.

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى
Dan Anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita (QS Ali Imran ayat 36)

بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), (QS Ali Imran ayat 34)


Ada kelebihan pada diri laki-laki yang menyebabkan dirinya diciptakan sebagai pemimpin. Dan ada pula kelebihan pada diri wanita sehingga mereka layak sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak. Keduanya menempati posisi dan fungsinya masing-masing.

Laki-laki diciptakan tidak berhalangan untuk melakukan aktifitas diluar, lebih tegas, lebih cermat dan bijak, lebih cerdas dalam mengambil suatu tindakan dan keputusan. Sedangkan wanita lebih lembut, lebih penyayang, dan lebih tahan terhadap tekanan stres yang terus menerus.

Kabar dari Palestina tentang Upaya Gencatan Senjata.

Osama Hamdan: Gerakan Hamas berupaya dengan segala kekuatan dan efektivitas untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengintensifkan upaya untuk ...