Senin, 23 Mei 2011

Berhala Modern

Berhala modren di zaman modren, dilakukan oleh orang-orang jahilyah modren. Bahkan berhala sekarang dapat berupa manusia yang dianggap keren. Atau suatu kelompok komunitas tertentu, yang mewajibkan anggotanya melakukan kegiatan tertentu yang sudah dianggap nge-tren.

Berhala adalah sesuatu yang dipuja dan disembah, sesuatu yang dianggap dapat menimbulkan musibah. Jahilyah Modren pemikiran yang dapat cepat mewabah. Bahkan penyebarnya sangat dipuja sebagai orang modren yang bersifat perubah.

Orang-orang jahiliyah bukanlah orang yang tidak berilmu pengetahuan dan memiliki teknologi. Bahkan mereka menguasai teknologi tinggi. Tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak dapat memaknai keberadaan tuhan yang hakiki.

Bagaimana kita dapatkan contoh yang diberikan Allah dalam Al-Qur’an yang termuat, mengenai kondisi segolongan umat, nabi Huud dan kaum ‘Aad. Yang memiliki kota Iram dengan gedung bertingkat, dan menara yang menjulang hebat. Sesuatu yang tidak pernah didapat suatu penemuan di negeri mana pun di dunia sebelumnya, seperti yang mereka buat.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ, إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ, الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ, وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Aad?, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,(QS: Al-Fajr: 6-9)


Sesuatu yang secara metafisik ditakuti dan dianggap dapat mendatangkan manfaat dan dapat menimbulkan mudharat, itulah makna ilah yang katakan oleh Abul A’la Al-Maududi.

Orang-orang yang menjadikan berhala atau yang menserikatkan tuhan kepada selain berkata bahwa penyembahannya pada selain Allah agar mereka dapat mendekatkan diri pada Allah dengan sedekat-dekatnya. Seperti dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 3:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".


Jadi menjadikan berhala sebagai fasilitas, atau apapun wujudnya, tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Walaupun itu adalah usaha untuk mendekatkan diri pada Allah swt. Jadi apapun bentuk fasilitasnya, melalui fasilitas itu mendekatkan diri pada Allah, baik wujudnya berupa benda sakti, manusia sakti, atau Jin dan makhluk halus yang sakti, maka itu adalah berhala. Dan ciri-ciri berhala itu adalah sakti dan dianggap dapat menimbulkan mudhorot jika tidak melakukan sesuatu sesuai anggapannya dan dianggap dapat menimbulkan manfaat jika dilakukan sesuatu sesuai dengan anggapan atau prasangka penyembahnya.

Apa saja yang dapat menjadi berhala di zaman modren ini? Yang perlu kita waspadai jika seandainya berhala tersebut ada disekitar kita, dan mungkin dapat melibatkan diri kita dapat terikut menjadikannya berhala yang dapat menjadikan diri kita dapat terjerumus ke kemusyrikan.
  1. Menjadikan jabatan dan kedudukan sebagai berhala. Dapat kita lihat betapa banyak calon legislatif yang setres gara-gara tidak terpilih di PEMILU. Betapa banyak calon pemimpin kepala daerah, yang tidak terima kekalahan di PEMILU KADA.
  2. Ada orang yang menjadikan sesuatu profesi dijadikan sebagai berhala. Sehingga menganggap profesi tersebut diduga dapat mendatangkan bahaya, jika tidak melakukan ritual laba. Seorang pedagang mengharuskan dirinya setiap kali penjualan pertama, menepuk-nepukkan uang hasil penjualannya itu kepada barang dagangan yang lainnya. Pada profesi lain pun demikian. Ketika panggilan azan, sementara sedang ada kesibukan pekerjaan. Panggilan mana yang didahulukan?
  3. Menurut Al-Quran dapat saja seseorang itu menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Jika kehendak hawa nafsunya lebih ia ikuti dari pada kehendak dan perintah Allah swt.QS Yunus : 29 Allah berfirman "Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami)" Artinya, orang yang menyembah berhala itu sebenarnya bukanlah menyembah berhala, tetapi hawa nafsunya sendirilah yang mereka sembah.

Sabtu, 14 Mei 2011

Beriman Dengan Akhirat

Beriman dengan adanya hari akhirat, adalah salah satu hal penting dalam keimanan seseorang. Banyak ayat-ayat dalam al quran menjelaskan bahwa beriman pada hari akhirat ditempatkan setelah perkataan beriman pada Allah swt. Karena hari akhir adalah hari pembalasan amal kebajikan, kebaikan dan perbuatan keburukan.

Apakah jika akhirat itu tiada tidak lagi menyembah Allah? Pertanyaan ini sebenarnya diluar konteks pembicaraan tulisan ini, tetapi cukup menarik untuk dikaji dan dikaitkan dengan beriman pada hari akhirat. Tuhan sebagai maha pencipta, termasuk menciptakan diri kita, adalah zat yang paling berhak disembah, baik ada hari akhirat maupun tiada. Tetapi motivasi apa, yang dapat dijadikan alasan seseorang berbuat baik? Kalau tidak adanya balasan di hari akhirat? Tidak ada Surga, dan tidak ada Neraka? Jika anda menemukan jawaban untuk mendapatkan Ridho Allah swt, ya memang itulah jawaban satu-satunya, karena apa lagi selain itu. Memang benar untuk mendapatkan Ridho Allah swt, yang sebenarnya dibalik kata-kata itu juga mengharapkan Surga Allah swt juga, bukan?

Bagaimana seandainya seseorang tidak percaya pada hari akhirat?

Orang yang tidak percaya pada hari akhirat, yang percaya hidup hanya sebatas hidup didunia saja, dan tidak ada lagi hari setelah kematian, tidak ada Surga dan Neraka, maka orang tersebut:
  1. Mati-matian mengejar dunia. Seandainya dunia tidak ia dapatkan maka ia akan frustasi bisa jadi bunuh diri. Bagi yang mendapatkan sedikit kesenangan dunia, ia akan takut akan kematian. Karena ia merasa bahwa sudah berusaha keras untuk mendapatkan kebahagiaan, belum sempat ia nikmati seluruhnya, atau merasa sayang untuk meninggalkan dunia ini. Padahal sebenarnya mau atau tidak mau kematian itu akan pasti datang, cepat atau lambat, seseorang tersebut pasti akan meninggalkan dunia ini.


  2. Stress pada penyakit dan ketuaan atau usia lanjut. Sama seperti kematian usia lanjut dan penyakit juga amat ditakuti oleh orang yang tidak percaya pada hari akhirat, karena kebahagiaan hidupnya hanya sebatas umur manusia, yang dipotong usia muda. Penyakit dan Ketuaan adalah perenggut waktu, kesenangan dan kebahagiaan dunia.


  3. Tidak ada kata tanpa pamrih. Bagi orang yang hanya percaya hidup didunia, sangat mengharap balasan atas segala perbuatan baiknya. Balasan yang diharapkan tentunya balasan didunia. Mulai dari materi, harta, uang, upah, sampai pada promosi pangkat, goal tujuan tertentu, pujian, kedudukan dan sebagainya. Orang yang tidak percaya pada hari akhirat sangat membenci kerja bakti.


  4. Stres jika perbuatan baiknya hanya dilakukan sendiri. Ada juga orang yang tidak percaya pada akhirat, mereka berbuat baik karena adanya kepentingan bersama. Seperti menjaga kebersihan lingkungan. Sadar mereka melakukan perbuatan tidak akan mendapat upah atau gaji atau pujian, tetapi mereka dapatkan adalah hasil dari menjaga kebersihan itu sendiri, yaitu lingkungan mereka yang bersih. Hal ini mereka mau melakukan karena bersama-sama. Kalau hanya sendiri menjaga kebersihan lingkungan iapun sama seperti lingkungannya tidak mau menjaga kebersihan. Kesadaran pribadi untuk berbuat baik itu tidak ada, tanpa pamrih, atau ikhlas.


Selasa, 26 April 2011

Ibadah


Apakah yang disebut ibadah. Ibadah ialah merupakan kegiatan kemanusiaan, yang kaitan dan hubungannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Bukan saja kegiatan yang dilakukan tergolong penyembahan seorang hamba pada tuhannya, tetapi juga segala macam kegiatan yang baik dilakukan dan dirihoi tuhan adalah ibadah. Segala macam kebaikan, yang bertujuan dan berdampak baik adalah ibadah. Bahkan Allah subhnahu wata’ala menegaskan bahwa bukanlah kegiatan ritual yang disebut sebagai kebajikan, tetapi kebajikan adalah hal-hal yang diluar kegiatan ibadah seperti sholat, do’a, dan ibadah mahdhoh lainya.
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّ
وا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ


Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-rang yang bertakwa. (QS: Al Baqoroh :177 )


Jadi sebenarnya kebajikan adalah ibadah yang diperintahkan Allah swt kepada kita umat manusia. Termasuk sholat dan zakat, juga beriman kepada Allah swt dan rasulnya, adalah merupakan bagian kebajikan. Dan segala macam kebabaikan-kebaikan, adalah ibadah dan Ibadah semacam sholat, Puasa, adalah puncak segala kebaikan. Kebajikan adalah keluasan ketaatan kepada Allah SWT.

Apakah yang dimaksud menghadapkan ke Timur dan ke Barat dalam ayat diatas? Menurut asbabun nuzul ayat tersebut dijelaskan bahwa ayat ini turun disebabkan oleh adanya pandangan orang kafir Jahiliah, yang mengatakan mengapa orang mukmin merubah qiblatnya dari masjid Al Aqsho di Paletina ke Masjidil Haram di Mekkah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka turunlah ayat ini. Jadi yang dimaksud dengan menghadap ke Timur dan ke Barat adalah sholat atau ibadah. Sedangkan Kebajikan adalah ibadah dengan ketaatan yang lebih luas lagi.

Kebaikan itu ibadah, dan segala macam ibadah adalah kebaikan. Nabi saw bersabda:
ألإحسن ان تعبد الله كانّك تراه فإنلم تكن تراه فإنّّه تراك
Al Ihsan an ta'budulloh ka'annaka taroohu fa illam takum tarohu fa innahu tarooka
Kebaikan adalah kamu beribadah kepada Allah sekan-akan kamu melihat Allah, seandainya kamu tidak dapat melihat Allah, sesungguhnya Allah melihat kamu.Mutafaqun alaih

Ibadah yang ditentukan oleh Allah tata caranya, sebahagian wajib dikerjakan untuk menunaikan hak Allah dan melaksanakan fungsi manusia, dan sebahagian lagi hanya sebagai ibadah sunat, tambahan saja, jika dikerjakan akan mendapat pahala, tetapi jika tidak dikerjakan tidak akan mendapat dosa. Ibadah yang telah ditentukan tata caranya seperti ini, adalah ibadah yang dikenal dengan ibadah mahdhoh, ibadah yang ada karena adanya perintah atau anjuran untuk melaksanakannya. Ibadah seperti ini rutin dikerjakan berdasarkan waktunya. Misalkan ibadah sholat, rutin dikerjakan jika waktu ibadah sholat sudah sampai. Puasa, rutin dikerjakan jika tepat pada waktunya, yaitu di siang hari, di bulan Ramadhan, atau waktu-waktu yang dianjurkan melaksanakan puasa, seperti hari senin, kamis. Begitu juga Zakat, ada waktunya membayar Zakat. Begitu pula Haji, ada waktunya pula beribadah haji.

Adapun kebajikan, kebaikan, atau perbuatan baik, yang diridhoi Allah, dan dilakukan hanya semata ingin mendapatkan ridho Allah semata, maka ini, sesuatu yang bernilai ibadah. Artinya apabilah perbuatan baik ini dikerjakan akan mendapat pahala dari Allah swt. Sesuatu yang mendapat pahala dari Allah swt apabila dikerjakan, karena Allah ridho atas perbuatan itu, tetapi tidak ada perintah atau anjuran khusus untuk itu, inilah sesuatu yang bernilai ibadah, yang juga berarti ibadah ghoiru mahdoh. Ibadah ghoiru mahdhoh seperti ini dapat dilakukan kapan saja, dan tidak terikat oleh waktu tertentu. Ia berpahala karena ridho dari Allah swt.

Tetapi ibadah ghoiru mahdhoh seperti ini tidak boleh dijadikan ibadah mahdhoh, maksudnya seseorang mengikat diri, mengharuskan diri sendiri, untuk berbuat ibadah ini, atau rutin harus dikerjakan menurut waktu tertentu, misalnya bersyukur atas nikmat umur yang telah diberikan Allah kepada kita adalah mempunyai nilai ibadah. Tetapi jika dijadikan rutin dilakukan setiap tahun, dengan upacara atau seremonial tertentu, pada waktu tertentu biasaya pada hari kelahiran, bersedekah makanan, memang dianjurkan tetapi jika berkaitan dengan hari seremonial pesta kelahiran ini maka, apapun kegiatannya menjadi tidak boleh dilakukan karena, karena sudah berubah menjadi kegiatan ibadah mahdhoh. Dan kegiatan ibadah mahdhoh ini, hanya boleh dilakukan jika ada perintah, atau contoh yang dilakukan nabi saw.

nabi saw bersabda:
مََن عمِِل عملا ليس به مِن أمرنا فهو ردٌّ
man amila 'amalan laisa bihi min amrina, fahua raddun

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah dari ku maka ianya tertolak.(Al Hadits)


Karena usul fiqh juga mengatakan:

الأصل ععبدة آدم و ممنوع حتّى يأتى النص لأمرها
Al Ashlu ibadah aadamu, wa mamnu'un, hattaa ya'tin Naasha li amrihaa
Pada dasarnya setiap ibadah adalah tiada dan terlarang untuk dikerjakan sampai ada dasar hukum (dalil) yang memerintahkan demikian.


Biasanya ibadah ghoiru mahdhoh seperti ini dapat dilakukan oleh karena ada sebab untuk dapat melakukannya. Contohnya menolong orang. Menolong orang tentunya harus ada orang yang membutuhkan pertolongan, mungkin karena kecelakaan, bencana alam, dan lain sebagainya. Karena sebab ada orang membutuhkan pertolonganlah kita dapat melakukan ibadah menolong orang tersebut.

Jadikanlah sesuatu yang bukan ibadah, menjadi sesuatu yang bernilai ibadah. Ibadah yang bukan ibadah, maksudnya sesuatu yang bukan merupakan ibadah mahdhoh, karena Allah Ridho dengan perbuatan tersebut, maka Allah memberikan ganjaran pahala amal shaleh yang dikerjakan. Karena mendapatkan pahala, maka jadilah dia sesuatu pekerjaan yang bernilai ibadah. Itulah yang dimaksud ibadah yang bukan ibadah.

Sabtu, 19 Maret 2011

Berkah (2)

Berkah rizki dapat diukur dari seberapa besar pengaruhnya terhadap kebahagiaan si penerima rizki tersebut. Seorang Pengusaha yang cukup berada, selalu mengeluhkan tentang harta kekayaannya. Perusahaan rental alat berat dan trailernya yang selalu saja mengalami kerusakan, kecelakaan dan sebagainya. Ia punya sepuluh Bulldoser dan setiap mengalami kerusakan tidak sedikit memakan biaya perbaikan. Maklumlah harga satu unit alat berat tersebut bisa milyaran rupiah, tentu saja biaya perbaikannya juga sangat besar karena mahalnya harga Onderdil dan Spare Park alat berat tersebut. Jika satu alat berat rusak maka berkuranglah penerimaan hasil sewa alat berat berat tersebut, karena alat berat yang rusak tidak dapat dipergunakan dan disewakan, sementara alat berat tersebut membutuhkan dana untuk biaya perbaikan. Disinilah letak permasalahannya. Karena tidak tersedianya biaya untuk perbaikan.

Bagi seorang pengusaha yang bersandar dan berserahkan diri pada Allah. Maka ia menerima apapun keadaannya sebagai keadaan yang biasa-biasa saja, dan tidak menimbulkan stress, ini yang penting. Sehingga ia lebih bisa menyelesaikan masalah lebih tenang dalam mencari dan menyelesaikan masalahnya langsung pada akar permasalahannya.

Penyelesaian permasalahan tersebut barangkali, jika seandainya saya yang mendapat masalah tersebut maka saya akan menjual salah satu Carterpilarnya seandainya memang sangat dibutuhkan dana untuk perbaikan, sehingga cukup dana untuk memperbaiki sepuluh Alat berat selama setahun pemakaian. Dana ini saya namakan Dana A. Dan dana A inilah sebagai dana sementara saya untuk perbaikan alat berat yang rusak selama setahun. Dan setiap hasil sewa alat berat tersebut saya potong 20 persen yang berguna untuk dua hal. Yang pertama, 10 persennya saya tabung untuk biaya perbaikan alat berat, yang saya beri nama dana B. Dan 10 persen lagi saya tabung untuk pengembangan usaha. Dan dana ini saya beri nama dana C. Jika dana B sudah cukup untuk perbaikan sepuluh alat berat, kira-kira sama dengan dan A, maka saya akan alihkan dana perbaikan yang tadinya memakai dana A, saya alihkan menjadi memakai dana B, sedangkan dana A yang tersisa saya cadangkan untuk mebeli kembali Carterpilar yang terlanjur sudah saya jual tersebut, tentu saja dananya kurang. Kekurangan dana itu saya dapatkan dari tabungan dana C. Dana C saya buat untuk tabungan pembelian Carterpilar atau alat berat baru untuk pengembangan usaha. Tentunya berbeda ketika usaha yang dipegang pengusaha yang pertama dengan yang saya tangani, karena saya telah mepunyai dana B sebagai perbaikan peralatan yang rusak dan dana C untuk pengembangan Usaha. Walaupun sama-sama punya sepuluh alat berat, tetapi tidak ada lagi stres.

Rabu, 16 Maret 2011

Berkah

Disuatu pembicaraan dibawah pohon, saya dan para buruh angkat dan tukang las, disuatu jam istirahat siang, saya mendengar seorang tukang las, sebut saja namanya Yoto, kepercayaan bos, bercerita. “Saya mudah mendapatkan uang berjuta-juta, hanya dengan terima borongan las pembuatan konstruksi baja ini” tuturnya. “Tapi saya beda dengan Umar dan Amat, yang uangnya banyak, tapi habis buat main saja, dimeja judi. Uang saya, saya bawa kekampung untuk menyelesaikan pembangunan rumah di kampung yang tengah terbengkalai” jelasnya. “Kalau amat dan Umar uangnya tidak berkah, setiap rezki ditangannya selalu saja habis. Padahal Keluarga dan anak-anaknya banyak, mengharapkan hasil kerjanya.”

Uang panas. Itulah istilah teman saya untuk menjelaskan uang yang mudah diperoleh dengan cara haram, tetapi akan mudah habis, tanpa manfaat, bahkan mungkin mudarat yang malah akan timbul. Uang banyak yang mudah didapat, tetapi akan mudah habis, karena uang tersebut didapat dengan cara yang tidak benar. Uang hasil judi teman saya yang, yang hobi menghitung-hitung dan mengolah-olah angka, untuk dipasang dalam perjudian nomor buntut, mudah ia dapatkan, tetapi habis untuk, beli minuman memabukkan, biaya duduk berjam-jam di kedai kopi, traktir kawan minum miras, makan di warung nasi. Yang semuanya perlu biaya besar, merusak kesehatan, dan jauh dari sifat kemanusiaan. Itu semuanya, disebabkan oleh hilangnya berkah rezki, yang sepatutnya harus dijaga jangan sampai hilang.

Uang hasil curian, hasil judi, dan lain sebagainya, hilang berkahnya, karena didapat dengan cara yang tidak benar, tidak ada hak untuk mendapatkannya. Itulah uang panas. Uang yang dengan mudah mendapatkannya karena bukan haknya. Uang seperti ini kalau dipergunakan cendrung untuk foya-foya, ada setannya barangkali, sehingga kalaupun dibelikan ke kendaraanpun, kendaraannya akan mudah mendapat kecelakaan, tabrakan misalnya, masuk ke jurang, tabrak pohon dan sebagainya.

Uang yang berkah, jika belikan ke kendaraan, kendaraannya akan selalu dirawat dengan penuh kasih sayang, dan awet. Karena ada proses mendapatkannya yang penuh perjuangan. Dan hasil dari perjuangan tersebut, benar-benar menjadi haknya karena adanya pengorbanan untuk mendapatkannya.

Berkahnya akan bertambah jika hasil yang didapat dengan penuh perjuangan dan pengorbanan tersebut, diberikan sebagian pada orang lain sebagai perasaan ingin membantu orang lain, dalam bentuk sedekah, infak, wakaf, sumbangan, atau apapunlah namanya. Karena perjuangannya dan pengorbanannya tersebut, bukan saja bermanfaat bagi dirinya, juga bagi orang lain, juga menerima berkah rezki tersebut.

Tetapi berkah tidak saja ada pada rezki atau kekayaan, juga ada berkah umur, berkah ilmu, berkah kesempatan, berkah kesehatan, dan lain sebagainya. Supaya berkah itu ada dan bertambah, sering-seringlah bersedekah. Sedekah umur, selagi masih ada umur dan usia, manfaatkan demi kebajikan dan amal ibadah yang berguna bagi orang lain. Sedekah ilmu, ajarkan kebaikan pada orang lain, jangan pelit ilmu. Sedekah kesempatan, bantulah orang lain yang tidak mempunyai kesempatan. Bantulah orang yang sakit untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, menjenguknya, memberi semangat padanya agar senantiasa bersabar terhadap penyakit, dan selalu bersemangat hidup, dan lain sebagainya.

Jumat, 04 Maret 2011

Bahasa Manusia Sebagai Bahasa Qur'an

Dalam al Qur'an banyak kita jumpai bahasa dan bahasan logika yang disampaikan sesuai dengan pola pikir dan pemikiran manusia. Banyak konsep-konsep yang bagi orang yang mempelajari Islam sekarang ini dianggap aneh dan tidak masuk akal. Seperti ayat quran yang seolah-olah menyatakan tentang langit sebagai bahan yang material yang keras. Padahal menurut penelitian sekarang tidak ada wujud material keras atau benda padat disitu. Banyak ayat-ayat al Qur'an yang menyatakan seolah-olah bertolak belakang dengan pemikiran dan logika sementara manusia. Banyak ayat yang mengatakan bahwa langit sebagai atap. Kalau atap berarti suatu pelindung di bagian atas yang berfungsi untuk melindungi dari panasnya sinar matahari dan melindungi dari kebasahan oleh air hujan jika terjadi hujan. Termasuk juga melindungi dari angin, salju jika ada musim salju, hujan es dan sebagainya.
Seperti ayat qur’an yang tercantum dalam ayat 22 dari surat Al Baqoroh berikut ini:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah30, padahal kamu mengetahui.(QS Al Baqarah ayat 22)


Jika dianggap sebagai atap, maka seperti atap rumah, adalah suatu material yang keras, yang dapat melindungi. Tetapi menurut ilmu pengetahuan sekarang tidak ditemukan material yang keras di atas sana, melainkan tembus kesuatu ruang angkasa luas, yang tak terhingga luasnya. Allah swt tidak menyebutkan bahwa langit itu adalah material yang keras, atau padat, sehingga tidak dapat pula disalahkan. Jika dipahami secara harfiah, kata atap berarti menurut pemahaman arab jahiliyah dahulu tentunya benda padat yang digunakan dapat melindungi dari panas matahari dan hujan. Melindungi dari salju dan badai. Seperti atap-atap bangunan istana raja-raja pada zaman nabi muhammad saw dilahirkan, Raja Persia Aiywan Kisra (227M), yang atap istananya yang terbuat dari batu-bata dan tanah liat itu retak dan menara-menara istananya rubuh karena gempa yang dasyat menimpa Persia tepat ketika nabi Muhammad saw dilahirkan.

Allah SWT tidak secara langsung mengatakan bahwa langit merupakan material keras, tetapi secara tersembunyi atau tersirat, ada mengatakan demikian. Tetapi hal tersebut, hanya dapat ditemui sebagai kesalahan atas logika yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan sekarang, jika ia ditafsirkan sebagai atap yang berwujud material keras! Jika seandainya ada atap yang tidak berwujud material, tetapi fungsinya seperti atap, yaitu melindungi dari gangguan dan bahaya yang datang dari luar atau atas, maka, Allah SWT tidak salah!

Allah SWT secara tersirat juga menegaskan bahwa langit yang dimaksud sebagai atap, tetapi tidak ada wujud material diatas sana! Dengan mengatakan bahwa atap tersebut tidak berpengaruh daya tarik bumi, beratnya nol gram, sehingga tidak diperlukan tiang penyangga dibawahnya untuk menahan supaya tidak rubuh!

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. QS Luqman ayat 10


Juga Allah menegaskan bahwa langit tersebut bukanlah berwujud material yang padat! Jika demikian, maka material yang padat akan timbul retak-retak karena kekuatan ikatan sejenis antara benda-benda padat tersebut tidak sama sehingga akan timbul retak-retak. Tetapi langit tidak retak-retak! Berarti langit bukan benda padat.

أَفَلَمْ يَنظُرُوا إِلَى السَّمَاء فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٍ

Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?(QS Qof ayat 6)


الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?(QS Mulk ayat 3)


Mengapa Allah swt melakukan silat lidah seperti itu? Mengapa Ia tidak mengatakan saja terus terang bahwa langit adalah suatu ciptaanya yang berfungsi sebagai pelindung, dan tidak berwujud material padat? Melainkan hal yang lain dari pada itu!? Seperti Gas, Medan Magnet, dan sebagainya!

Beginilah gaya Allah swt menyampaikan wahyunya, agar wahyunya tidak ditolak oleh orang dahulu, jahiliyah yang mengecap masa modren, yang belum melihat dan mengetahui bagaimana langit sebenarnya! Orang jahiliyah juga hanya percaya atas apa yang ia lihat! Dan tidak percaya pada apa yang belum pernah ia lihat, dan tidak masuk akal olehnya. Tidak mungkin Allah swt menurunkan ayat Al Qur’an seperti “selidikilah pakai pesawat ulang alik, kamu akan menemukan bukti bahwa langit dapat melindungi bumi dari benda-benda angkasa luar!” Tidak mungkin diterima oleh bangsa Arab Jahiliyah saat al Qur’an diturunkan.

Agar juga orang yang datang sesudahnya, yang sudah mengenal peralatan modren, tidak membantah atau mempertanyakan tentang kebenarannya! Yang tidak masuk akal oleh orang terdahulu, menjadi kenyataan ilmiah sekarang ini! Lihat Ilustrasi pada Video ini!



Mungkinkah yang dimaksudkan oleh Allah swt bahwa langit sebagai atap, itu adalah perisai bumi, yang melindunginya dari meteor dan benda-benda langit lain yang akan membahayakan bumi? Allahu a’lam!

Rabu, 02 Maret 2011

Jadikan Tuhan sebagai Tuhan

Secara Aqidah, tidak ada yang salah pada pengakuan kita pada tuhan. Yang salah adalah mengapa banyak orang tidak menjadikan tuhan sebagai sembahannya? Tuhan dalam artian pencipta langit dan bumi, pengatur sekalian alam, pemberi rizki, yang menentukan hidup dan mati seseorang, telah diakui adalah Allah, baik oleh orang Islam maupun Kristen dan Yahudi. Tetapi bagaimana tuhan sebagai sesembahan? Kita semua ternyata juga sepakat menempatkan Allah sebagai sesembahan, Tuhan yang mempunyai kekuatan supranatural, berkuasa melebihi segalanya, yang menentukan nasib buruk dan nasib baik dan sebagainya.

Tidak ada yang salah pula dalam konsep ketuhanan sebagai sesembahan ini. Tapi mengapa kita tidak mau menyembahnya? atau sering melalaikannya? Bukankah tuhan sebagai sesosok wujud supranatural dan superlative (maha segala-galanya)? bukankah sudah sangat cocok dan tepat diposisikan sebagai sembahan? Mengapa orang masih tidak mengindahkan segala aturan dan perintahnya? Bukankah DIA sebagai tuhan yang telah menciptakan penghidupan atau kehidupan kita?, yang sudah selayaknya mendapatkan imbalan ucapan terima kasih kita padanya atas kehidupan yang telah diberikannya pada kita dengan beribadah padanya? Bukankah sudah patut kita berbuat demikian? Dengan menyembahnya kita berarti telah menghormatinya, berterima kasih padanya, yang juga menjadikan kita sebagai diri yang mulia, karena kita telah berterimakasih padanya, berarti kita menjadi orang yang tahu berterima kasih, tahu artinya balas jasa, tahu akan betapa besarnya nilai dan harganya perngorbanan yang telah diberikan tuhan pada kita demi penghidupan kita yang sebenarnya nilai dan harganya itu tidak akan pernah dapat kita balas karena betapa besar nilai dan harga yang telah Allah berikan kepada kita. Apakah kita tidak malu menggunakan sarana dan fasilitas yang Allah telah berikan pada kita, hanya kita gunakan dan kita pakai secara gratis? Walaupun Allah swt sebenarnya tidak mengharapkan balas jasa itu semua, tetapi sadarkah kita, balasan apa yang seharusnya kita berikan sebagai wujud tanda cinta dan terima kasih kita pada tuhan yang telah memberikan pada kita segala sesuatu di dunia ini?

Kalaulah kita tidak mengerti akan balas jasa itu, apalagi tidak mau mengerti atau tidak mau tahu masalah ini, tentunya samalah kita bagaikan preman yang tukang palak dan tukang peras di jalan dan di pasar, yang kerjannya makan diwarung nasi orang tetapi tidak mau bayar, naik oplet atau bus tidak mau bayar, yang posisinya tentunya akan jadi manusia hina di mata manusia.

Kabar dari Palestina tentang Upaya Gencatan Senjata.

Osama Hamdan: Gerakan Hamas berupaya dengan segala kekuatan dan efektivitas untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengintensifkan upaya untuk ...